0187. QODAR DAN KEMA’SHUMAN NABI ADAM DARI DOSA

PERTANYAAN :
Mengapa nabi Adam as diceritakan Ma’siat ( membangkang perintah Allah agar tidak makan buah khuldi ) padahal Nabi itu terpelihara dari dosa ? [ AghitsNy Robby].

JAWABAN :
Salah satu yang wajib bagi para Rosul dan wajib bagi kita meyakininya adalah sifat amanah, yaitu terpeliharanya mereka daripada melakukan dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil, biak haram maupun makruh, baik sengaja maupun tidak. Untuk menyikapi masalah Nabi Adam, aku curhat dulu yach… aku pernah nonton tv film hidayah, disitu aku lihat ada orang jahat… banget sampai timbul rasa kebencian di hatiku kepadanya dan aku menjulukinya si penjahat berengsek….(hehe ma’af),  padahal kenyataanya apa.., ia (si penjahat) ternyata mendapat sambutan dan tepukan yang hangat dari sang sutradara bahkan mendapat uang (gaji) yang cukup besar…  yups…ia adalah pemain yang baik, secara shury (rupa / gambaran) ia adalah penjahat tetapi secara hakiky (yang sebenarnya) ia adalah seorang yang amat patuh kepada perintah atasan. Sama halnya dengan persoalan Nabi Adam as., lebih jelasnya coba kita intip tafsir showi juz 1:22
و الحق ان يقال ان ذلك من سر القدر فهي منهي عنه ظاهرا لا باطنا فانه بالباطن مأمور بالاولى من قصة الخضر مع موسى و اخوة يوسف معه على انه انبياء فان الله قال للملائكة اني جاعل في الارض خليفة كان قبل خلقه و هذا الامر مبرم يستحيل تخلفه فلما خلقه و اسكنه الجنة اعلمه بالنهي عن الشجرة صورة فهذا النهي صوري و اكله من الشجرة جبري لعلمه ان المصلحة مترتبة علي اكله و انما سمي معصية نظرا للنهي الظاهري فمن حيث الحقيقة لم يقع منه عصيان و من حيث الشريعة وقعت منه المخالفة و من ذلك قول ابن العربي لو كنت مكان ادم لاكلت الشجرة بتمامها لما ترتب علي اكله من الخير العظيم و ان لم يكن من ذلك الا وجود سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم لكفى
“Dan yang benar bahwa dikatakan sesungguhnya itu adalah sirrul qodar(rahasia taqdir), maka ia dilarang scr zhohir tetapi tidak scr batin. karena Nabi Adam as. pada batinnya adalah diperintah terlebih utama dari kisahnya Nabi Khidir serta Nabi Musa dan saudara Nabi Yusuf beserta Nabi Yusuf apalagi mereka itu adalah para Nabi. Sesungguhnya Allah SWT saat berfirman kepada para malaikat “seseungguhnya aku akan menjadikan di bumi seorang kholifah” adalah sebelum menciptakan Nabi Adam. Dan perkara ini adalah pasti n mustahil salah. Lalu saat Allah menciptakannya n menempatkannya di surga, diberi tahu dengan larangan makan buah pada rupanya(zohirnya). Larangan ini adalah larangan shury n makan buahnya adalah jabary dengan sengaja, tau n sadar karena ia tau bahwa kemaslahatan ada didalam memakannya. Dan itu disebut ma’siat karena memandang pada larangan yang zohir. Dan dilihat dari sisi syari’at terjadi drpdnya suatu pelanggaran. Dan diantara ma’na ini apa yang dikatakan oleh Ibnul ‘Aroby “jika aku di tempat Nabi Adam maka aku akan makan buah itu dengan sempurna karena ada dalam memakannya itu kebaikan yang banyak, n jika tak ada satu kebaikan pun selain wujudnya Sayyidina Muhammad SAW niscaya cukup”.  Lebih jelasnya liat lagi tafsir Showy pada juz dan halaman yang sama:
انه اجتهد فأخطأ فسمى الله خطأه معصية فلم يقع منه صغيرة ولا كبيرة انما هو من باب حسنات الابرار سيئات المقربين فلم يتعمد المخالفة
ومن نسب التعمد و العصيان له بمعنى فعل الكبيرة او الصغيرة فقد كفر و من نفى اسم العصيان عنه فقد كفر ايضا لنص الاية
“Bahwa sesungguhnya Adam berijtihad lalu salah ijtihadnya, maka Allah memberi nama kesalahannya itu dengan ma’siat padahal tak pernah terjadi dpdnya dosa kecil maupun dosa besar. Sesungguhnya ini termasuk dalam bab “hasanatul abror sayyiatul muqorrobin”(kebaikan orang abror adalah kejahatan orang muqorrobin).
BARANGSIAPA yang MEMBANGSAKAN SENGAJA N DOSA kepada NABI ADAM dengan MA’NA IA MELAKUKAN DOSA BESAR ATAU DOSA KECIL MAKA IA TELAH KAFIR, SEBAGAIMANA JUGA yang MENOLAK NAMA MA’SIYAT DARIPADANYA karena ADA NASH AYAT QUR’AN”.
Kema’siyatan Nabi Adam hanyalah sbuah skenario dari ALLAH tuk menurunkannya dari surga karena sebelum ALLAH menciptakn Adam ALLAH pernah berfirman ke para Malaikat tuk menjadikan seorang kholifah dibumi sedangkan Adam dicptakan disurga. lalu ALLAH buat Adam makan buah khuldi sehingga tercapailah tujuan ALLAH menjadikan kholifah di bumi. Yang wajib kita i’tikadkan adalah NABI ADAM MA’SIAT HANYA SCR ZOHIR/SYARI’ATNYA SAJA, SEDANGKAN SECARA HAKIKAT NABI ADAM ADALAH MA’SUM (TERPELIHARA dari MA’SIAT) bahkan Nabi Adam dikatakan ta’at karena sedang menjalankan skenario dari ALLAH. ini mslh aqidah, kalau blm jelas..mari kita bahas lebih lanjut….
Kenapa Allah tidak ciptakan saja langsung manusia di bumi sebagai khalifah? Artinya iblis yang kafir pun atas skenario Allah shingga iblis pun diusir lalu mempengaruhi adam-hawa untuk makan buah terlarang? Karena Allah ta’ala lah yang berkehendak…bukan manusiannya…bagaimana baiknya, Allah yang nurut dengan kehendak manusia atau manusia yang tunduk dengan kehendakNya? Berhakkah manusia mempertanyakan kehendak-Nya? Banyak hikmah-hikmah ALLAH ga menciptakan manusia langsung di bumi… bisa dilihat dari proses yang terjadi pada nabi Adam sehingga diturunkan dari surga..
لا يسأل عما يفعل و هم يسألون
Segala kehendak Allah ta’ala kepada mahlukNya pastilah mengandung hikmah, oleh karena itu…kurang pantaslah kalau kita mempertanyakan kenapa Tuhan begini dan begitu?seakan2 kita tidak berkenan/tidak terima/protes dengan Maha kehendakNya.
IMAN KEPADA TAQDIR SECARA HAKIKAT DAN AQIDAH:
Diantara yang wajib kita yakini adalah Segala sesuatu yang baik maupun yang buruk (menurut ukuran kita), semuanya adalah perbuatan Allah SWT. Kayanya manusia, miskinnya, cantiknya, jeleknya, baiknya, jahatnya, semua itu terjadi pada hakikatnya dengan irodat & qudrot-Nya.
Firman Allah SWT suroh As-Shoffat ayat 96 :
و الله خلقكم وما تعملون
“Dan Allahlah yang telah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat.”
MASALAH: jika seluruh perbuatan hamba itu terjadi dengan kehendak Allah, bkan berarti si hamba itu majbur(terpaksa) pada seluruh perbuatannya? Mengapa Allah minta pertanggungjawaban amal si hamba?
JAWABAN: Si hamba tidaklah tulen terpaksa atau majbur pada seluruh perbuatanya, karena ia mempunyai IRODAH JUZ’IYYAH (kehendak lokal) yang dengan ini ia mampu tuk memalingkan kehendaknya kearah kebaikan & kearah kejahatan, dan ia juga mempunyai akal tuk membedakan antara yang baik & yang buruk. Jika ia palingkan kehendaknya itu kepada kebaikan maka ia di beri pahala karena dzohir kebaikan itu atas usahanya, jika ia palingkan kehendaknya itu kepada kejahatan disiksalah ia karena dzohir kejahatan itu atas usahanya.
MASALAH: jika ada hamba yang dibuat-Nya baik lalu diberikan pahala & surga , ada juga hamba yang dibuat-Nya buruk lalu ditimpakan siksa, bukankah itu berarti Allah ga adil (dzolim) kepada hamba-Nya?
JAWABAN: kita smua ini milik Allah, Kepunyaan Allah, Allah bisa berbuat apapun terhadap milik-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
kalo kita punya 2 ekor ayam, yang 1 disembelih yang 1 lagi dipelihara, apa bisa kita disebut dzolim..? ow..tidak, karena kita yang punya & kita bebas tuk melakukan apapun terhadap yang kita miliki.
Oh..,kalo begitu kita boleh donk..mematah2kn kaki ayam ini & menyabungnya..?? waduuh…kita ga boleh mematah-matahkn kaki ayam ini & menyabungnya walaupun punya kita..karena kita dilarang oleh agama, kita terikat dengan peraturan & undang-undang.
Lain halnya dengan Allah, Allah ga bisa disebut dzolim dengan kehendak-Nya seperti membuat penyakit tuk anak-anak kecil yang ga berdosa , bencana alam yang ga selamanya menimpa orang-orang bersalah,dll, KARENA Allah tidak terikat dengan suatu peraturan & undang-undang, sehingga Ia bisa disebut dzolim. Perbuatan-Nya adalah absolute,mutlak, dan SEMUA TASHORRUF-NYA ADALAH PADA TEMPATNYA & MENGANDUNG HIKMAH, walaupun terkadang hikmahnya itu belum terjangkau oleh kemampuan berfikirnya manusia. Allah Maha Adil & Maha Suci daripada perbuatan Dzolim.
firman Allah suroh Yunus ayat 44:
ان الله لا يظلم الناس شيئا و لكن الناس انفسهم يظلمون
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzolim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzolim kepada diri mereka sendiri”
MASALAH: kalau semuanya udah Allah yang ngatur dan udah ditaqdirkan, mengapa kita harus cape-cape berdo’a?
JAWABAN: Do’a itu adalah ibadah & perintah Allah, tentu dengan berdo’a kita mndapatkan pahala dari Allah. Lalu.. ayo kita liat kitab Al-Adzkar Lin Nawawy:509
فصل : قال الغزالي : فإن قيل : فما فائدة الدعاء مع أن القضاء لا مرد له ؟.
فاعلم أن من جملة القضاء : رد البلاء بالدعاء ، فالدعاء سبب لرد البلاء ووجود
الرحمة ، كما أن الترس سبب لدفع السلاح ، والماء سبب لخروج النبات من الأرض ، فكما أن الترس يدفع السهم فيتدافعان ، فكذلك الدعاء والبلاء ، وليس من شرط الاعتراف بالقضاء أن لا يحمل السلاح ، وقد قال الله تعالى : (وليأخذوا حذرهم وأسلحتهم) فقدر الله تعالى الأمر ، وقدر سببه.
“Fasal, berkata Al-Ghozaly : maka jika ditanya: “apa faidahnya do’a padahal ketentuan Allah itu ga bisa ditolak. Maka ketahuilah olehmu, bahwa sejumlah daripada ketentuan Allah itu adalah menolak bala’ dengan do’a. maka do’a itu adalah sebab tuk menolak bala’ & adanya rahmat sebagaimana perisai itu sebab untuk menolak senjata dan air sebab tuk keluarnya tumbuh2an dari bumi. Maka sebagaimana perisai itu bisa menolak anak panah lalu bertolak-tolakkan maka bgtu juga dengan do’a n bala’. Dan tidak menjadi syarat tuk mengakui ketentuan Allah itu dengan tidak membawa senjata. Dan sungguh Allah telah berfirman : “…dan hendaklah mereka itu bersiap siaga & menyandang senjata…”(An-Nisa:102). Maka ALLAH TAQDIRKAN PERINTAH & ALLAH TAQDIRKAN SEBABNYA”.
SECARA SYARI’AT DAN ADAB:
Adab dalam menyikapi taqdir-Nya adalah yang baik-baik disandarkan kepada Allah & yang buruk-buruk disandarkan pada diri kita sendiri.
Perbandingannya gini…kalo kita memiliki sebuah mobil Ferrari F70 udah tentu kapasitas & keindahan mobil ini terbangsa kepada pabrik yang membuatnya. Akan tetapi kalau suatu saat mobil ini nabrak/nubruk tiang listrik..kita ga bisa menyalahkan pabrik yang membuatnya..,tentu kita yang salah, pabrik jangan di salahin..betulkan anak anak..!!eheii.
Yang baik-baik datang dari Allah, yang buruk-buruk timbul dari nafsu yang angkara murka. Inilah adab. Dengan adab seperti inilah para Nabi & para Wali memperoleh derajat n karomah di sisi Allah.
Coba renungkan perkataan Nabiyullah Ibrohim Kholilullah,sbagaimanaa di hikayatkan Allah dalam kitab suci-Nya Al-Qur’an suroh As-Syu’aro ayat 78-80:
الذي خلقني فهو يهدين . والذي هو يطعمني ويسقين . واذا مرضت فهو يشفين .
“Dialah Allah yang memciptakan aku lalu Dia memberiku petunjuk. Dan Dialah yang memberi aku makan & minum. Dan apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkan aku”
Coba lihat…Nabi Ibrohim menyandarkan petunjuk, pemberian makan & minum dan penyembuhan kepada Allah SWT. Dan beliau menyandarkan “penyakit” kepada dirinya. Beliau tidak mengatakan “dan apabila Dia memberikan aku sakit” tapi “dan apabila aku sakit”.
Beginilah ma’na dari firman Allah Ta’ala suroh An-Nisa ayat 79:
وما أصابك من حسنة فمن الله وما أصابك من سيئة فمن نفسك
“Dan apa-apa yang mengenai dirimu drpd kebaikan, maka dari Allah (di pandang dari segi terjadinya). Dan apa-apa yang mengenai dirimu dari pada keburukan, maka dari dirimu sendiri (di pandang dari segi usaha)”.
alHabib ‘Abdullah al-Haddad dalam NASHOIHnya hal 18
و اما الاحتجاج بالقدر الذي يجزيه الشيطان اللعين علي السنة كثير من عامة المسلمين ففيه خطر كبير
Dan dalam kitab dan halaman yang sama :
و قد قال عليه الصلاة و السلام اذا ذكر القدر فامسكوا فنهى عن الخوض فيه لما في ذلك من الخطر و كثرة الضرر
Intinya mah jangan membahas taqdir terlalu dalam.

Pos terkait