Stop Phubbing Hargai Orang Lain
Oleh: Isnaini
Istilah phubbing di kalangan masyarakat terutama remaja sudah menjadi tidak asing lagi. Namun walaupun bagi sebagian orang istilah phubbing ini masih terdengar asing, akan tetapi fenomena ini sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, yuk kita bahas pada artikel ini.
Apa Sih Phubbing Itu?
Kata phubbing berasal dari kata “phone” yang menunjuk pada ponsel dan kata “snubbing” yang berarti melecehkan. Terminologi ini pertama kali pada Mei 2012 di Australia diciptkan oleh Alex Haight mahasiswa Australia yang magang di sebuah perusahaan periklanan terkenal di Australia dan tergabung dalam jaringan agen periklanan amerika yang biasa disebut McCann di Australia bersama organisasi bernama Macquaire Dictionary untuk merumuskan sebuah istilah yang menggambarkan perilaku atau sikap tidak mempedulikan lawan bicara akibat fokus mengoperasikan gawai. Pelaku phubbing disebut sebagai phubber, sedangkan korban phubbing disebut sebagai phubbed. Menurut psikolog Bona Sardo M.Psi dari Universitas Indonesia, istilah phubbing merujuk pada aktivitas yang dilakukan seseorang dengan gadget ketika sedang bersama orang lain. Apabila dimaknai, individu yang terlalu konsentrasi pada ponsel justru dianggap melecehkan bagi orang di sekitarnya. Di Indonesia istilah phubbing dinamakan sikap “anti sosial”
Alex Haight menyatakan jika phubbing merupakan salah satu dampak dari Smartphone seperti mengabaikan seseorang dalam lingkungan sosial dengan mengalihkan perhatian kepada Smartphone. Haight (2015). Dengan kata lain, phubbing adalah perilaku mengabaikan seseorang dalam lingkungan sosial dengan mengalihkan fokusnya kepada Smartphone entah untuk mengecek facebook Whatsapp, atau aplikasi chatting lainnya. Seseorang yang memiliki perilaku ini dapat terlihat dari bagaimana caranya menggunakan ponsel, seperti:
- Sering melihat ponsel di tengah percakapan
- Memeriksa ponsel saat percakapan terhenti
- Menjaga smartphone tetap dekat dengan Anda, bahkan saat berduaan dengan seseorang.
- Sering menginterupsi percakapan untuk memfokuskan perhatian pada ponsel.
Perilaku phubbing dapat dianalisis menggunakan teori ketergantungan media. Secara seder hana, teori ini menegaskan bahwa semakin seseorang tergantung pada kebutuhannya dalam menggunakan media, maka semakin penting peranan media dalam kehidupan seseorang. Hal tersebut kemudian dapat memberikan banyak pengaruh kepada individu yang bersangkutan (Barran, 2010). Ketika seseorang keasyikan mengoperasikan gawai saat terlibat perbincangan, maka besar kemungkinania tidak dapat menyerap informasi dari lawan bicaranya secara maksimal. Tak jarang lawan bicara mereka harus mengulang pernyataan yang sama untuk menjelaskan. Robert Kaunt menyatakan bahwa indvidu yang menggunakan gawai secara berlebihan akan mengalami short attention span atau gangguan pemusatan perhatian.
Phubbing merupakan fenomena yang telah menjamur terjadi di kehidupan modern saat ini, baik dalam dunia pendidikan, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat adalah siswa yang masuk dalam generasi Z bahkan termasuk mahasiswa. Dimana kemungkinan perilaku phubbing rawan sekali dilakukan yang dinilai memberikan dampak negatif terkhusus dalam kaitanya dengan hubungan sosial. Bukan hanya itu, banyak orang mengabaikan teman dan keluarga yang berada tepat di depannya karena malah lebih asyik dengan ponselnya. Mungkin jika sesekali atau dua kali tidak memberikan efek yang signifikan, namun jika hal ini terjadi terus menerus, para pakar menjelaskan ini akan menjadi masalah. Masalah dalam diri sendiri karena melewati momen berharga dan masalah sosial dengan rusaknya hubungan kekeluargaan, pertemanan, atau percintaan yang tidak sopan dan tidak menghargai orang lain, bahkan bukan hanya itu hal ini juga bisa merusak kesehtan mental. Dikutip dari Healthline, salah satu penelitian membuktikan lebih dari 17 persen orang melakukan phubbing kepada orang lain, setidaknya empat kali sehari. Sementara itu, hampir 32 persen menjadi korban phubbing hingga dua sampai tiga kali sehari. Perilaku ini begitu mengganggu sehingga kini banyak orang mulai mengkampanyekan “Stop Phubbing atau Anti Phubbing”
Bagaimana Phubbing di lihat dari kaca mata Islam?
Fenomena Phubbing ini, jika dilihat dari kaca mata Islam, memiliki beberapa masalah. Masalah pertama, adalah ia menjadi sikap yang tidak sopan atau tidak beradab terhadap orang lain kepada orang yang berbicara dengan kita. Dalam Islam, kita diajarkan untuk mempunyai adab dalam mendengarkan seperti: diam dan mendengarkan, tidak memotong pembicaraan, dan menghadapkan wajah dan tidak memalingkan wajah kepada orang lawan berbicara (selain berbicara dengan lawan jenis bukan mahrom). Kedua, menyalahi sikap adil. Ajaran Islam, memiliki konsep adil, yang berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ketika ada orang berbicara di depan kita, maka seharusnya meninggalkan sosial media terlebih dahulu karena hal itu bisa dilakukan di waktu lain. Hikmaknya adalah, untuk memberikan momen langsung dalam kehidupan berkomunikasi itu tidak merusak hubungan dengan sikap adab dan adil. Syed Al-Attas menyatakan bahwa persoalan hilangnya adab yaitu:
“As to the internal causes of the dilemma in which we find ourselves, the basic problems can – it seems to me – be reduced to a single evident crisis which I would simply call the loss of adab. I am here referring to the loss of discipline – the discipline of body, mind, and soul.”
Syed al-Attas menjelaskan maksud hilangnya adab adalah merujuk pada hilangnya kedisiplinan dalam raga, pikiran dan jiwa. Kedisiplinan yang dimaksud adalah disiplin dalam hal menuntut pengenalan dan pengakuan atas tempat yang tepat bagi seseorang dalam hubungannya dengan diri, masyarakat, dan umatnya. Dari sini, dapat disimpulkan fenomena Phubbing merupakan fenomena yang melupakan posisi dirinya dan posisi orang lain di sekitarnya, sehingga tidak sopan dan adil, maka hal ini dinilai sebagai tindakan yang tidak beradab.
Apa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Phubbing?
Menurut Nazir dan Bulut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku phubbing antara lain:
- Kecanduan Smartphone atau Kecanduan Internet
- Kecanduan Media Sosial
- Kecanduan Game
- Faktor Pribadi dan Situasional
Bagaimana Dampak Dari Perilaku Phubbing ?
Pada umumnya orang yang lalai akibat teknologi akan merusak psikologi dirinya sendiri. Fenomena phubbing dapat memberikan dampak negatif pada diri sendiri dan orang lain. Hal ini juga mengakibatkan lawan bicara merasa tidak dihargai sehingga kedekatan hubungan di antara korban phubbing dan phubber pun akan menjadi renggang, selain itu phubber juga akan semakin teralienasi oleh lingkungan sosialnya, dan mengakibatkan kepekaan terhadap lingkungan menjadi menurun. Akan tetapi fenomena ini bukan hanya berdampak negatif saja, terdapat juga dampak positif yaitu terjalinnya konektivitas baik jauh maupun jarak dekat, dan mengurangi jumlah waktu dimana kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain serta memudahkan informasi baik itu suara, gambar, teks data maupun kombinasinya dan juga dapat membina keterampilan dasar untuk membantu tercapainya tujuan. Namun, dampak positif ini juga menjadi negatif jika dilakukan tidak di waktu yang tepat, apalagi sampai melakukan phubbing. Selain itu terdapat kecemasan dan depresi dapat muncul akibat aktivitas seseorang yang melakukan phubbing dalam perkumpulan pertemanan sehingga berdampak lebih rendah terhadap tingkat kepuasan dalam pertemanan. Seseorang yang melakukan phubbing akan dijauhi sehingga mengurangi hubungan dekat dalam pertemanan mereka. Kondisi ini menyebabkan timbulnya rasa khawatir, cemas, hingga depresi pada orang tersebut.
Bagaimana Cara Mengatasi Perilaku Phubbing?
Kesel kan kalau kamu lagi ngomong serius tapi lawan bicaramu itu malah sibuk sendiri dengan gadget-nya. Nahh berikut adalah tips untuk tidak phubbing saat kumpul bersama teman,keluarga,atau sahabat:
Pertama, Tahan diri untuk tidak update kemana kita akan pergi. Biasanya rasa ingin kita untuk update ke jejaring sosial milik kita, dengan kita update mungkin akan mendapat komentar dan sebagaian lainnya, nah dengan begitu jadi kita sering memandang kepada smartphone kita daripada ke teman kita.
Kedua, Kumpulkan Smartphone kita saat berkumpul. Kumpulkan gadget kita dan teman-teman kita agar terhindar dari pegangpegang gadget tersebut.
Ketiga, Melakukan kegiatan bersama selain memainkan gadget. Mungkin kalian dan teman-teman bisa memainkan permainan seperti misalnya kartu UNO, Remi, Warewolf, atau mungkin memainkan tebak-tebakan/tebak gambar dan sebagainnya.
Kata phubbing muncul sebagai sebutan tindakan menyakiti, menghina serta mengacuhkan seseorang di dalam sebuah lingkungan sosial akibat terlalu terlalu asyik fokus memainkan smartphone di genggamannya. Fenomena ini tentu saja memberikan dampak negatif kepada diri sendiri dan orang di sekitarnya. Akan tetapi bagi sebagian orang tidak mempermasalahkan jika orang lain berbicara dengan mereka sembari menggunakan smartphonenya, namun sebagian besar orang merasa terganggu, disepelekan, dan tidak diapresiasi (Hanika, 2015). Phubbing pun bisa berdampak negatif terhadap hubungan sosial dan kesehatan mental kita.
Penulis: Isnaini, Mahasiswa Pascasarjana Konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta