PERTANYAAN :
Assalamu’alaikum. Serorang TKW bekerja selama 5 tahun dan selama itu pula itu dia dilarang sholat dan puasa oleh bosnya ( majikannya ) akan tetapi dia setiap malam menyempatkan diri membaca surat yasin, pertanyaannya :
1. Bagaimana cara mengqodho’ sholat & puasanya ?
2. Apakah amal membaca surat yasin yang ditujukan untuk orang tua dan saudaranya yang meninggal dunia akan diterima Allah ?
Kalo mengQodho’ puasanya apakah tetap 1x untuk mengqodho puasa 1 hari yang tidak dilakukannya ataukah jadi dobel kalau sudah melewati 2 x ramadhan tanpa diqodhonya ? [Althafunnisa Az-Zahra, Ahmad Yunsor].
JAWABAN :
Wa’alaikumsalam. Shalatnya tetap wajib diqadha, adapun cara mengatasi qadha yang bertahun-tahun itu dijelaskan oleh habib mundzir: “wajib meng qadha shalat yang kita tinggalkan, namun boleh kapan saja, misalnya qadha shalat dhuhur di waktu isya, atau yang semisalnya, boleh sebelum shalat atau sesudah shalat, atau dipadu dengan shalat sunnah, misalnya qadha shalat dhuhur dengan shalat dhuha diwaktu dhuha, atau qadha shalat subuh dipadu dengan tahajjud, hal ini pun boleh.”.
Dalil Qadha Shalat Bertahun-tahun. Ditegaskan oleh an-Nawawi bahwa qadha shalat bagi orang yang meninggalkannya dengan sengaja adalah wajib secara ijma’. Ibnu Hazm menyelisihi pendapat tersebut namun qaulnya dinilai bathil.
– Almajmu’ :
(فرع)
اجمع العلماء الذين يعتد بهم علي ان من ترك صلاة عمدا لزمه قضاؤها وخالفهم أبو محمد على ابن حزم فقال لا يقدر علي قضائها ابدا ولا يصح فعلها ابدا قال بل يكثر من فعل الخير وصلاة التطوع ليثقل ميزانه يوم القيامة ويستغفر الله تعالي ويتوب وهذا الذى قاله مع أنه مخالف للاجماع باطل من جهة الدليل وبسط هو الكلام في الاستدلال له وليس فيما ذكر دلالة أصلا والمجموع 3 / 71
Sedangkan mengenai qadha puasa diganti fidyah, saya tidak mendapati keterangan tersebut di berbagai kitab madzhab. yang ada adalah rukhsah fidyah sebagai ganti puasa sekedar diperuntukkan untuk orang tua renta yang tidak mampu lagi berpuasa. Bagi yang sengaja meninggalkan puasa sampai terlewat Ramadhan berikutnya justru malah diperberat dengan wajib dikenakan fidyah + qadha menurut jumhur, atau qadha saja menurut Hanafiyah dan satu versi dari Hanabilah.
– Mausu’ah Fiqhiyah :
الكتاب : الموسوعة الفقهية الكويتية ج28 ص76
وَلاَ يَجُوزُ عِنْدَ الْجُمْهُورِ تَأْخِيرُ قَضَاءِ رَمَضَانَ إِلَى رَمَضَانَ آخَرَ ، مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ يَأْثَمُ بِهِ ، لِحَدِيثِ عَائِشَةَ هَذَا (1) ، فَإِنْ أَخَّرَ فَعَلَيْهِ الْفِدْيَةُ : إِطْعَامُ مِسْكِينٍ لِكُل يَوْمٍ ، لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ عُمَرَ وَأَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالُوا فِيمَنْ عَلَيْهِ صَوْمٌ فَلَمْ يَصُمْهُ حَتَّى أَدْرَكَهُ رَمَضَانُ آخَرُ : عَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَإِطْعَامُ مِسْكِينٍ لِكُل يَوْمٍ ، وَهَذِهِ الْفِدْيَةُ لِلتَّأْخِيرِ ، أَمَّا فِدْيَةُ الْمُرْضِعِ وَنَحْوِهَا فَلِفَضِيلَةِ الْوَقْتِ ، وَفِدْيَةُ الْهَرَمِ لأَِصْل الصَّوْمِ ، وَيَجُوزُ الإِْطْعَامُ قَبْل الْقَضَاءِ وَمَعَهُ وَبَعْدَهُ (2)
وَمَذْهَبُ الْحَنَفِيَّةِ ، وَهُوَ وَجْهٌ مُحْتَمَلٌ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ : إِطْلاَقُ التَّرَاخِي بِلاَ قَيْدٍ ، فَلَوْ جَاءَ رَمَضَانُ آخَرُ ، وَلَمْ يَقْضِ الْفَائِتُ ، قَدَّمَ صَوْمَ الأَْدَاءِ عَلَى الْقَضَاءِ ، حَتَّى لَوْ نَوَى الصَّوْمَ عَنِ الْقَضَاءِ لَمْ يَقَعْ إِلاَّ عَنِ الأَْدَاءِ ، وَلاَ فِدْيَةَ عَلَيْهِ بِالتَّأْخِيرِ إِلَيْهِ ، لإِِطْلاَقِ النَّصِّ ، وَظَاهِرِ قَوْله تَعَالَى : { فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ (3) } .
وَعِنْدَ غَيْرِ الْحَنَفِيَّةِ يَحْرُمُ التَّطَوُّعُ بِالصَّوْمِ قَبْل قَضَاءِ رَمَضَانَ ، وَلاَ يَصِحُّ تَطَوُّعُهُ بِالصَّوْمِ قَبْل قَضَاءِ مَا عَلَيْهِ مِنْ رَمَضَانَ ، بَل يَبْدَأُ بِالْفَرْضِ حَتَّى يَقْضِيَهُ ، وَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ نَذْرٌ صَامَهُ بَعْدَ الْفَرْضِ ، لأَِنَّ الصَّوْمَ عِبَادَةٌ مُتَكَرِّرَةٌ ، فَلَمْ يَجُزْ تَأْخِيرُ الأُْولَى عَنِ الثَّانِيَةِ ، كَالصَّلَوَاتِ الْمَفْرُوضَةِ (4)
(1) كشاف القناع 2 / 333 ، 334 .
(2) الإنصاف 3 / 333 ، وانظر الشرح الكبير للدردير 1 / 537 ، والقوانين الفقهية ص 84 ، والإقناع 2 / 343 ، وشرح المحلي على المنهاج 2 / 68 و 69 ، والمهذب 6 / 363 ، وكشاف القناع 2 / 334 .
(3) سورة البقرة : 185 ، وراجع مراقي الفلاح ص 375 ، والفتاوى الهندية 1 / 208 ، والإنصاف 3 / 334 .
(4) كشاف القناع 2 / 334 ، المغني مع الشرح الكبير 3 / 83 .
– As-Siraaj al-Wahhaaj I/145 :
و الأصح أنه لو أخر القضاء مع امكانه حتى دخل رمضان آخر فمات أخرج من تركته لكل يوم مدان مد للفوات ومد للتأخير للقضاء فان صام عنه وليه وجبت فدية التأخير فقط ومقابل الأصح يكفى مد واحد ومصرف الفدية الفقراء والمساكين دون بقية الأصناف
Menurut pendapat yang paling shahih (paling benar) bila seseorang mengakhirkan qadha puasa ramadhan hingga datangnya ramadhan yang lain (berikutnya) sementara terdapat kesempatan baginya sebelumnya mengqadhanya, kemudian ia meninggal maka dikeluarkan dari harta peninggalannya untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan dua Mud, satu mud akibat pengganti puasa yang diqadha, satu mud sebab pengakhiran qadha. Bila walinya berpuasa qadha untuknya maka hanya diwajibkan satu mud sebab pengakhiran qadha, sedang menurut muqabil ashah (bandingan pendapat yang paling shahih diatas) : Cukup baginya satu mud. Saluran Mud bentuk fidyah ini pada fakir miskin bukan golongan yang berhak menerima zakat yang lainnya. [ As-Siraaj al-Wahhaaj I/145 ]. SATU MUD (seperempat dari yang kita keluarkan saat zakat FITRAH FITRAH).
Kalo mengQodho’ puasanya apakah tetap 1 kali untuk mengqodho puasa 1 hari yang tidak dilakukannya ataukah jadi dobel kalau sudah melewati 2 kali ramadhan tanpa diqodhonya ? Tetap, 1 hari satu kali.
1. Jadi sholat dan puasa bisa / boleh diqodho’ ? Bukan boleh, tapi WAJIB
Semua Ulama sepakat bahwa wanita haid setelah masa suci wajib menjalani kewajiban sholat kembali hanya saja terjadi perbedaan pendapat diantara MADZAAHIB AL-ARBA’AH (Hanafi, Hambali, Maliki dan Syafii) tentang ukuran waktu yang menjadi batas wanita haid diwajibkan menjalani sholat. Menurut Imam syafii, Hanafi dan Hanbali wajib menjalani sholat saat dia suci sementara waktu masih tersisa sekedar Takbiratul Ihram sedang menurut Imam Maliki ukuran waktu yang tersisa minimal mampu menjalani shalat satu rakaat secara sempurna.
Cara menjalani sholat bagi wanita yang sudah suci namun belum sempat menjalani “mandi WAJIB” sebagai berikut : Kalau sucinya memasuki waktu shubuh berarti yang wajib dijalani hanya sholat shubuh, lain halnya bila sucinya sebelum waktu shubuh (masih masuk diwaktu isya) meskipun hanya tersisa sekedar menjalani takbiratul ihram (Menurut Imam syafii, Hanafi dan Hanbali) atau bisa menjalani satu rakaat dengan sempurna (menurut Imam Maliki) maka yang wajib dijalani (diqodho) adalah Isya dan maghrib, kenapa maghrib ikut wajib ? sebab sholat maghrib bisa dijama dengan isya, akan sangat beda bila sucinya sudah masuk waktu shubuh maka yang wajib dijalani hanya sholat shubuh sebab antara sholat shubuh dan isya (sholat sebelum shubuh) tidak bisa dijama’. (Syarh al-Kabiir li ar-Raafi’i III/73, Syarh al-Wajiiz III/73).
2. Kalau meng qodho’ puasa wajib, bolehkah digabungkan dengan puasa sunnah ? Bisa, dan keduanya tercukupi bila memang keduanya diniati.
– I’aanah at-Thoolibiin II/271 :
قال شيخنا كشيخه والذي يتجه أن القصد وجود صوم فيها فهي كالتحية فإن نوى التطوع أيضا حصلا وإلا سقط عنه الطلب ( قوله فإن نوى التطوع أيضا ) أي كما أنه نوى الفرض ( وقوله حصلا ) أي التطوع والفرض أي ثوابهما ( قوله وإلا ) أي وإن لم ينو التطوع بل نوى الفرض فقط ( وقوله سقط عنه الطلب ) أي بالتطوع لاندراجه في الفرض
Wallohu a’lam. [Umam Zein, Masaji Antoro].