0341. APA YANG KITA LAKUKAN SAAT MENYAKSIKAN ORANG YANG SEDANG SAKARATUL MAUT

PERTANYAAN :
Assalamu’alaykum. Apa yang sebaiknya kita lakukan ketika mendampingi seseorang yang sedang sakaratul maut ? [Si Trexz ].
JAWABAN :
Wa’alaykumussalaam. Berikut hal-hal yang sunah dilakukan terhadap orang yang sakit parah (muhtadhor, sakit yang membawa pada kematian) dan DETIK DETIK SAKAROTUL MAUT :
1. Mengahdapkannya ke arah kiblat
Hal ini bisa dilakukan dengan cara membaringkannya pada lambung sebelah kanan (kepal di utara), jika tidak mampu maka dengan membaringkan pada lambung kirinya (kepala di selatan), dan bila hal ini tidak mampu maka dengan posisi diterlentangkan (mlumah) dan member sejenis bantal dikepalanya agar bisa menghadap kiblat.
2. Membacakan surat yasin dengan keras dan surat Ar-Ra’du dengan lirih,
Jika keduanya mungkin di baca, namun jika hanya mungkin membaca salah satunya, maka dibacakan surat yasin untuk mengingatkannya pada urusan akhirat. Jika muhtadhlor (orang yang sudah sekarat) sudah tidak mempunyai perasaan maka yang lebih utama di bacakan surat Ar-Ra’du, untuk mempermudah keluarnya ruh.[4]
3. Mentalqin ( menuntun untuk membaca “laa ilaaha illallooh” ), Nabi bersabda :
« مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ »(رواه الحاكم)
“Barangsiapa yang akhir hayatnya membaca لا اله الاالله maka ia akan masuk surga”
Menurut qaul sahih penalkinan dilakukan satu kali (tidak perlu diulangi), kecuali apabila muhtadlor setelah ditalkin berbicara sekalipun masalaj ukhrawi, maka talkin sunah untuk diulangi lagi. Menurut imam As Shamiri talkin tidak sunat diulangi selama muhtadlor tidak membicarakan urusan duniawi. Talkin untuk orang muslim tidak memakai lafadz tasbih dan ashadu, kedua lafadz tersebut digunakan untuk mentalkin orang kafir yang diharapkan masuk islam.
Orang yang melakukan talkin disunahkan bukan ahli waris, bukan musuhnya atau orang yang hasud/iri kepadanya, hal ini bertujuan untuk menghindari dugaan bahwa mereka mengharapkan kematian muhtadlor.[5]
Jika yang ada hanya ahli waris maka hendaknya yang metalkin adalah ahli waris yang paling sayanng kepadanya.[6]
كتاب الجنائز
{ وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ وَعُثْمَانُ ابْنَا أَبِى شَيْبَةَ ح وَحَدَّثَنِى عَمْرٌو النَّاقِدُ قَالُوا جَمِيعًا حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . }
4. Memberi minum kepada Muhtadlor (orang yang sakit parah)
Hal tersebut disunnahkan, terutama apabila ada tanda bahwa ia meminta minum, sebab pada waktu itu syetan menawarkan minum yang akan ditukar dengan keimanan.
Tanda baik dan buruknya mayyit
Tanda-tanda mayyit yang baik :
1. Keningnya berkeringat
2. Kedua matanya mengeluarkan air mata
3. Janur hidungnya mengembang
4. Wajahnya ceria
Tanda- tanda mayit jelek :
1. Wajahnya kelihatan sedih dan takut.
2. Ruhnya sulit keluar, bahkan sampai seminggu
3. Kedua sudut bibirnya berbusa.
Tanda-tanda diatas bisa kelihatan semua, atau hanya sebagiannya saja.[7]
Keterangan  : Apabila ada tanda yang baik maka sunnah untuk disiarkan kecuali jika mayyit dhohirnya ahli maksiat atau orang fasik, maka tidak boleh di siarkan, agar perilaku jeleknya tidak ditiru orang lain. Bila ada tanda yang jelek maka wajib dirahasiakan, kecuali dhohirnya mayit adalah orang yang ahli maksiat atau orang fasik, maka boleh untuk diberitahukan orang lain agar perilaku jeleknya tidak diikuti orang lain.
Kesunnahan Setelah Ruh Dicabut
1. Memejamkan kedua matanya dengan mengusap wajahnya sambil membaca :
بسم الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلم
bila belum berhasil maka tariklah kedua lengan dan ibu jari kakinya secara bersamaan.
2. Kedua rahangnya hingga kepala bagian atas diikat dengan kain yang lebar agar mulut tidak terbuka.
3. Sendi-sendi tulang dilemaskan dengan cara melekukkan tangan pada lengan, betis pada paha, paha pada perut agar mudah didalam memandikan dan mengkafaninya
4. Pakaian mayit dilepas dengan pelan, lalu mayit ditutupi dengan kain yang tipis, ujungnya diselipkan dibawah kepala dan kedua kaki.
Keterangan :
a. Untuk mayit laki-laki yang dalam keadaan ihrom maka kepalanya harus terbuka (tidak boleh ditutupi)
b. Untuk mayit perempuan yang sedang ihrom maka wajahnya tidak boleh ditutupi.
5. Mayit diletakkan ditempat yang agak tinggi, sekira tidak menyentuh tanah, seperti di atas dipan (amben), agar tanah yang basah tidak mengenainya (supaya tidak segera membusuk).
6. Membakar dupa atau menaburkan wewangian disekitar mayit, agar bau yang tak sedap menjadi hilang.
7. Meletakkan sesuatu (selain mushaf) yang agak berat di perut mayit, dengan cara benda tersebut di bujurkan dan diikat agar perutnya tidak mengembang. Untuk beratnya kira-kira 54,3 gram atau 0,5 ons.
8. Segera melunasi hutang dan melaksanakan wasiatnya.
Diantara anjurannya adalah membacakan Ayat Quran (surat Yaasiin dan Arra’du), sebagaimana keterangan kitab Roudhotut thoolibiin II/97 :
ويستحب أن يقرأ عند سورة ( يس ) واستحب بعض التابعين سورة ( الرعد ) أيضا
Dan disunahkan membacakan surat Yaasiin pada orang yang sakit keras (sakarat almaut) sebagian para taabi’iin juga mensunahkan dibacakan surat arra’du.
وفي رباعيات أبي بكر الشافعي: ما من مريض يقرأ عند يس إلا مات ريانا، وأدخل قبره ريانا، وحشر يوم القيامة ريانا. قال الجاربردي: ولعل الحكمة في قراءتها أن أحوال القيامة والبعث مذكورة فيها، فإذا قرئت عليه تجدد له ذكر تلك الاحوال. (وقوله: والرعد) أي ويسن أن يقرأ عنده الرعد أي لقول جابر بن زيد: فإنها تهون عليه خروج الروح.
Dalam seperempat bahasan milik Abi Bakar assyafi’i dijelaskan : “Tidak seorang yang sakit (keras) dibacakan surat yaasiin kecuali bila meninggalnya dalam keadaan lega, saat memasuki kuburnya juga lega, saat digiring dihari qiyaamat juga lega”. Imam AlJarbardy berkata “Hikmah membacakan Yasiin adalah sesungguhnya keadaan hari Qiyamat dan kebangkitan disebut dalam surat tersebut, maka saat dibacakan dapat memperbaharui ingatannya kembali tentangnya”. Disunahkan juga membacakan surat arra’du berdasarkan riwayat jabir bin zaid “sesungguhnya surat arra’du dapat memudahkan keluarnya ruh”.
وروي. ما من ميت يقرأ عنده يس إلا هون الله عليه. ويستحب – إذا احتضر الميت – أن يقرأ عنده أيضا سورة الرعد فإن ذلك يخفف عن الميت سكرة الموت، وإنه أهون لقبضه، وأيسر لشأنه.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan “Tidak seorang yang (hendak) meninggal saat dibacakan yaasin kecuali Allah memudahkannya”. Disunahkan juga saat menjemput kematian dibacakan surat arra’du karena yang demikian dapat meringankannya dari sakarat almaut, mempermudah tercabutnya ruh, dan meringankan keadaannya. [ Hasyiyah iaanah at-thoolibiin II/107,164 ].
– Hasyiyah alBujairomi I/449 :
قوله ( وأن يقرأ عنده يس ) أي بتمامها روى الحرث بن أسامة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال من قرأها وهو خائف أمن أو جائع شبع أو عطشان سقي أو عار كسي أو مريض شفي دميري وصح في حديث غريب ما من مريض يقرأ عليه يس إلا مات ريانا وأدخل قبره ريانا ع ش على م ر يندب قراءة الرعد عنده لأنها تسهل طلوع الروح والمراد أن يقرأها بتمامها إن اتفق له ذلك وإلا فما تيسر له منها ولو تعارض عليه قراءتهما فهل يقدم يس لصحة حديثها أو الرعد فيه نظر وينبغي أن يقال بمراعاة حال المحتضر فإن كان عنده شعور وتذكر للقبر والبعث قرأ سورة يس وإلا قرأ سورة الرعد ع ش على م ر
Tetapi ada juga yang menyarankan cukup membisikkan terus kalimat Allah, Allah, Allah Allah Allah… ketika mendampingi seseorang yang sedang sakaratul maut, karena itu lebih mudah bagi mereka, cukup kalimat pendek tersebut (Allah ber ulang-ulang ), sebagai ganti talqin, karena dikhawatirkan bacaan La ILA HA ILLALLAH terputus di tengah jalan menjadi La Ila H, maaf bin afwan, sebab kondisi mereka yang sudah kepayahan mendekati ajal. Wallaahu A’lamu Bis showaab. [Nizar Arif, Kaheel Baba Naheel, Mbah Jenggot II, Masaji Antoro].
————————-
[4] Al mahalli juz 1 hal; 321
[5] Nihayatuz zain 147
[6] Qulyubi juz 1 hal;321
[7] Nihayatuz zain hal; 147  

Pos terkait