PERTANYAAN  :
Assalamualaikum, bagaimana  hukum pesta walimatul urusy yang akhir-akhir ini makin gede-gedean ?  [Fikri  Asim].
JAWABAN  :
Wa’alaikumsalam wr wb.  Walimah ialah makanan pesta perkawinan atau setiap makanan yang dihidangkan  untuk undangan (pesta) dan yang lainnya. Lihat Tuhfah al-Muhtaaj 31/373  :
وَالْوَلِيمَةُ  طَعَامُ الْعُرْسِ أَوْ كُلُّ طَعَامٍ صُنِعَ لِدَعْوَةٍ وَغَيْرِهَا .
BEBERAPA HADITS TENTANG  WALIMAH
عن  أنس: أن رسول الله صلى الله عليه وسلّم رأى على عبد الرحمن أثر صفرة وقال: «ما  هذا؟» فقال: يا رسول الله تزوجت امرأة على وزن نواة من ذهب. فقال النبي صلى الله  عليه وسلّم «بارك الله لك أولم ولو بشاة.
Dari Anas Ibnu Malik  Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah melihat  bekas kekuningan pada Abdurrahman Ibnu Auf. Lalu beliau bersabda: “Apa ini?”. Ia  berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah menikahi seorang perempuan  dengan maskawin senilai satu biji emas. Beliau bersabda: “Semoga Allah  memberkahimu, selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor kambing.”  (Shohih Bukhori XVII/233).
– Tafsir al Tsa’labi I/578  :
حَدَّثَنَا  مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورِ ابْنِ صَفِيَّةَ عَنْ  أُمِّهِ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ أَوْلَمَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم  عَلَى بَعْضِ نِسَائِهِ بِمُدَّيْنِ مِنْ شَعِيرٍ
“Nabi saw. Menyelenggarakan  walimah kepada sebagian isterinya dengan dua mud gandum” [Shohih Bukhori  XVII/578 ].
حَدَّثَنَا  مُسَدَّدٌ عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ شُعَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  – صلى الله عليه وسلم أَعْتَقَ صَفِيَّةَ ، وَتَزَوَّجَهَا وَجَعَلَ عِتْقَهَا  صَدَاقَهَا ، وَأَوْلَمَ عَلَيْهَا بِحَيْسٍ .
“Bahwa Rasulullah saw telah  memerdekakan Shofiyah dan menjadikan kemerdekaannya sebagai maskawinnya dan  beliau menyelenggarakan resepsi atas Shofiyah dengan Bubur Haisah. [Shohih  Bukhori XVII/259 ].
أنسَ  بنَ مَالِكٍ رضي الله عنه يقولُ: أَقَامَ رسولُ الله بينَ خَيْبَرَ والمدينةِ ثلاثَ  ليالٍ يُبْنَى عليهِ بِصَفِيَّةَ، فدعوتُ المسلمينَ إلى وليمةِ رسولِ الله ما كانَ  فِيْهَا خبزٌ ولا لحمٌ، وما كانَ إلاَّ أَنْ أَمَرَ بالأَنْطَاعِ فَبُسِطَتْ  وأَلْقَى عَلَيْهَا التَّمْرَ والأَقِطَ والسَّمْنَ
Sahabat Anas berkata: Nabi  Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah berdiam selama tiga malam di daerah antara  Khaibar dan Madinah untuk bermalam bersama Shafiyyah (istri baru). Lalu aku  mengundang kaum muslimin menghadiri walimahnya. Dalam walimah itu tak ada roti  dan daging. Yang ada ialah beliau menyuruh membentangkan tikar kulit. Lalu ia  dibentangkan dan di atasnya diletakkan buah kurma, susu kering, dan samin.  [  Sunan al Kubra lil Baihaqie juz 11 halaman 57 ].
– kitab Fat-hul Bari   :
ويستفاد  من السياق طلب تكثير الوليمة لمن يقدر
WA YUSTAFAADU MINASSIYAAQ  THALABU TAKTSIIRIL WALIIMAH LIMAN YAQDIRU
KESIMPULAN  : 
Sesuai dengan keterangan  hadits-hadits diatas maka tidak ada ketentuan dalam menyelenggarakan sebuah  acara walimah karena dalam satu riwayat Nabi menganjurkan memotong kambing,  diriwayat lain memakai dua mud gandum, buah kurma, susu kering, saminbahkan  dengan memakai masakan bubur. Karenanya para Ulama fuqaha khusus dalam masalah  walimah memberikan kesimpulan :
وأقلها  للمتمكن شاة ولغيره ما قدر عليه قال النشائي والمراد أقل الكمال شاة لقول التنبيه  وبأي شئ أولم من الطعام جاز وهو يشمل المأكول والمشروب الذي يعمل في حال العقد من  سكر وغيره اه.
Paling sedikitnya dalam  acara walimah bagi yang mampu melaksanakannya / memiliki pengaruh adalah seekor  kambing dan bagi lainnya sebatas kemampuannya, yang dimaksud dengan kata paling  sedikitnya adalah paling sedikitnya kesempurnaan sesuati keterangan ‘at-Tanbih’  dan dengan makanan apapun yang ia gunakan sebagai walimah diperbolehkan baik  berupa makanan, minuman yang dihidangkan saat akad perkawinan seperti gula dan  lainnya. [ Hawaasyi as-Syarwaani VII/425 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. Semoga  bermanfaat. [Masaji  Antoro, Abdullah Afif].
			
									





