PERTANYAAN :
Assalamualaikum. Mau tanya nich.. Bagaimna cara mengira-ngira waktu shalat di suatu tempat yaitu kutub utara yang tidak ada matahari sedang ia tidak membawa jam sedang suasana di sana gelap ? Bagaimana pula cara menentukan waktu mulai berpuasa dan berbuka ? mohon penjelasannya, syukron. [Santri Cah Gadog].
JAWABAN :
Wa’alaikumsalam. PATOKAN WAKTU PUASA DAN SHALAT PENDUDUK KUTUB ITU MENGIKUTI WAKTU PUASA DAN SHALAT DAERAH TERDEKAT
وَفِي بَعْضِ الْمَنَاطِقِ لاَ تَغِيبُ الشَّمْسُ مُطْلَقًا .
ذَهَبَ بَعْضُ عُلَمَاءِ الْحَنَفِيَّةِ إِلَى عَدَمِ سُقُوطِ هَذِهِ الصَّلَوَاتِ عَنْهُمْ ، وَيُقَدِّرُونَ لِكُل صَلاَةٍ وَقْتًا ، فَفِي السِّتَّةِ الأَْشْهُرِ الَّتِي تَسْتَمِرُّ فِي نَهَارٍ دَائِمٍ يُقَدِّرُونَ لِلْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالْوِتْرِ وَالْفَجْرِ وَقْتًا ، مِثْل ذَلِكَ السِّتَّةُ الأَْشْهُرِ الأُْخْرَى يُقَدِّرُونَ لِلصُّبْحِ وَالظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَقْتًا ، بِاعْتِبَارِ أَقْرَبِ الْبِلاَدِ الَّتِي لاَ تَتَوَارَى فِيهَا الأَْوْقَاتُ الْخَمْسَةُ ….
وَذَهَبَ بَعْضُ فُقَهَاءِ الْحَنَفِيَّةِ إِلَى سُقُوطِ الصَّلَوَاتِ الَّتِي لَمْ يَجِدُوا وَقْتًا لَهَا ؛ لأَِنَّ الْوَقْتَ سَبَبٌ لِلْوُجُوبِ ، فَإِذَا عُدِمَ السَّبَبُ – وَهُوَ الْوَقْتُ – عُدِمَ الْمُسَبَّبُ وَهُوَ الْوُجُوبُ . (1)
وَذَهَبَ بَعْضُ الْمَالِكِيَّةِ ، وَهُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيَّةِ (2) إِلَى تَقْدِيرِ مَغِيبِ شَفَقِ أَقْرَبِ الْبِلاَدِ إِلَيْهِمْ ، فَإِذَا كَانَ أَقْرَبُ الْبِلاَدِ إِلَيْهِمْ يَغِيبُ فِيهَا الشَّفَقُ بَعْدَ سَاعَةٍ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ ، وَمُدَّةُ اللَّيْل فِي هَذِهِ الْبِلاَدِ ثَمَانِي سَاعَاتٍ ، فَيَكُونُ أَوَّل الْعِشَاءِ عِنْدَهُمْ بَعْدَ سَاعَةٍ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ ، وَإِذَا كَانَتْ مُدَّةُ اللَّيْل فِي الْبِلاَدِ الَّتِي لَيْسَ فِيهَا عِشَاءٌ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ سَاعَةً ، فَيُقَدَّرُ مَغِيبُ الشَّفَقِ عِنْدَهُمْ بِسَاعَةٍ وَنِصْفٍ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ ؛ لأَِنَّ مُدَّةَ بَقَاءِ الشَّفَقِ فِي أَقْرَبِ الْبِلاَدِ إِلَيْهِمْ سَاعَةٌ ، وَهِيَ تُعَادِل الثُّمُنَ مِنَ اللَّيْل ؛ لأَِنَّ اللَّيْل عِنْدَهُمْ ثَمَانِي سَاعَاتٍ ، وَالْبِلاَدُ الَّتِي لَيْسَ فِيهَا عِشَاءٌ وَلَيْلُهَا اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً ، يُقَدَّرُ لِغِيَابِ الشَّفَقِ ثُمُنَ هَذِهِ الْمُدَّةِ ، وَهِيَ سَاعَةٌ وَنِصْفٌ . وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى وُجُوبِ قَضَاءِ الْعِشَاءِ عَلَى أَهْل هَذِهِ الْبِلاَدِ ، وَلاَ يَسْقُطُ عَنْهُمْ . (1)
__________
(1) الدر المختار ورد المحتار عليه 1 / 242 ، 244 .
(2) بلغة السالك 1 / 72 ، والمنهاج 1 / 110 .
(1) المنهاج 1 / 110 .
DAERAH YANG MATAHARINYA TIDAK TENGGELAM SAMA SEKALI
1.Sebagian Ulama kalangan Hanafiyah berpendapat shalat bagi mereka tidak semata menjadi gugur, namun masing-masing waktu shalatnya diperkirakan dengan daerah terdekat mereka
2.Sebagian kalangan Hanafiyah menilai gugurnya kewajiban shalat yang waktunya tidak mereka jumpai di daerah tersebut karena kewajiban shalat bergantung pada waktu yang akan hilang saat waktu shalatnya tidak mereka temukan.
3.Sebagian kalangan Malikiyyah dan pernyataan yang dijadikan madzhab di kalangan syafiiyyah memilih: diperkirakan dengan waktu daerah terdekat dengan mengurangi atau menambahi seukuran dekat jauhnya jarak kedua daerah. [ Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah VII/187-188 ].
وقال إمام الحرمين وغيره : لا خلاف أن الشمس تغرب عند قوم وتطلع على آخرين ، والليل يطول عند قوم ويقصر عند آخرين ، وعند خط الاستواء يكون الليل والنهار مستويين أبداً . وسئل الشيخ أبو حامد عن بلاد بلغار كيف يصلون فإنه ذكر أن الشمس لا تغرب عندهم إِلا بمقدار ما بين المغرب والعشاء ثم تطلع فقال : يعتبر صومهم وصلاتهم بأقرب البلاد إليهم ، والأحسن وبه قال بعض الشيوخ أنهم يقدرون ذلك ويعتبرون الليل والنهار ، كما قال في يوم الدجال الذي كسنة وكشهر : ( اقدروا له ) حين سأله الصحابي عن الصوم والصلاة فيه
Berkata Imam Haramain dan lainnya “Tiada perbedaan pendapat bahwa matahari tenggelam di suatu kaum dan terbit di kaum lainnya, malam menjadi panjang disuatu kaum dan terasa dikaum lainnya, saat berada digaris katulistiwa malam dan siang selamanya akan sama”.
Ditanyakan pada Syekh Abu Hamid tentang daerah Bulgaria bagaima penduduknya menjalankan shalat karena disebutkan matahari tiada tenggelam disana kecuali sekedar waktu antara maghrub dan isya’ kemudian mataharinya muncul kembali ?. Syekh Abu Hamid menjawab “Puasa dan shalatnya dipertimbangkan pada daerah terdekat mereka”.
Begitu jugalah jawaban sebagian Masyayikh “Diperkirakan dan dan dipertimbangkan akan malam dan siangnya” dengan berlandaskan sebagaimana jawaban Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam.
قَالَ أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلَاةُ يَوْمٍ قَالَ لَا اقْدُرُوا لَهُ ، رواه مسلم واحمد
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah perihal lamanya dajjal di dunia, maka Rasulullah menjawab :” masa dajjal hanya 40 hari, hari pertama seperti satu tahun, hari kedua seperti satu bulan, hari ketiga seperti satu minggu, lalu hari-hari berikutnya seperti hari-hari kalian (24 jam). Kami lalu bertanya :” Ya Rasulullah, apakah satu hari seperti satu tahun lamanya cukup bagi kami mengerjakan shalat satu hari saja (5 waktu dalam hari yang lamanya setahun) ?, Nabi menjawab :” tidak, akan tetapi ukurlah sesuai waktu shalat kalian dalam hari-hari biasa !”. (H.R. Muslim dan Ahmad). [ Tuhfah al-Muhtaaj II/26 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. [Masaji Antoro].