King  Faisal Al Saud bin Abdul Aziz at that time could not deny  his family’s  kindred with the jews when he declared to the Washington Post on Sept.  17, 1969 stating:
“We, the Saudi Familiy, are cousins  of the Jews: we entirely  disagree with any Arab or Muslem Authority  which shows any antagonism to the Jews; but we must live together with  them in peace. Our country  (Arabia) is the fountain head from where the  first Jew sprang, and his  descendants spread out all over the world.”.
Terjemahan:
Raja  Faisal Al Saud bin Abdul Aziz pada saat itu tidak menyangkal  keluarganya adalah keluarga dengan Yahudi sebagaimana yang dia ungkapan  pada Washington Post pada 17 September 1969 yang menyatakan:
“Kami,  Keluarga Saudi, adalah saudara sepupu dari orang-orang Yahudi: kita  sama sekali tidak setuju dengan penguasa Arab atau Muslim yang  menunjukkan sikap permusuhan kepada orang Yahudi, tetapi kita harus  hidup bersama dengan mereka  dalam damai. Negara kami (arabia) adalah  sumber awal Yahudi dan nenek  moyangnya, lalu menyebar keseluruh dunia“
Hubungan kekeluargaan mereka  kita dapati juga keterangannya dari video pada http://www.youtube.com/watch?v=7tVQ5NNBFhc
Tampaknya  Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz menyampaikan apa adanya tentang  riwayat keluarganya namun beliau adalah seorang muslim.
Sepanjang  riwayat Penguasa dinasti Saudi, Raja Faisal bin Abdul Azis  sajalah yang  sesuai dengan apa yang kaum muslimin inginkan, namun atas  kehendak  Allah, beliau terbunuh.
Kenapa Raja Faisal bin Abdul Azis terbunuh ?
Hampir  seluruh informasi yang kita dapat menceritakan bahwa beliau terbunuh  karena kepemimpinan beliau tidak sesuai dengan keinginan orang-orang  yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman.
Allah ta’ala telah memperingatkan kita semua dengan firmanNya yang artinya “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 )
Setelah  resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan  pendirian Israel,  Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak  ayahandanya supaya  memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu  ditolak.
Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran  Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November  1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud di usir keluar dari  Arab Saudi ke Yunani.
Raja Faisal melakukan banyak  reformasi sewaktu menjadi raja, diantaranya adalah memperbolehkan  anak-anak perempuan bersekolah, televisi, dan sebagainya. Usahanya ini  mendapat tentangan dari berbagai pihak karena perkara-perkara ini  dianggap bertentangan dengan Islam. Ia berasa amat kecewa saat Israel  memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Pada  tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang  bertujuan untuk  memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17  Oktober 1973, ia  menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang  menyebabkan  harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi. Hal ini  dilakukan  untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari  wilayah  Palestina.
Namun kenyataan yang “tampak”  kemudian adalah pada tanggal 25  Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati  oleh anak adiknya, yaitu Faisal  bin Musad. Beberapa analisa mengatakan  pembunuhan ini ada dalam pengaturan kaum Zionis Yahudi.
Raja  Faisal adalah salah atu sosok penguasa negeri yang mentaati peringatan  Allah Azza wa Jalla untuk tidak menjadikan kaum Zionis Yahudi sebagai  teman kepercayaan.
Firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya,
“Hai  orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman   kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak   henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa   yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa   yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh   telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah  kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak  menyukai kamu, dan  kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila  mereka menjumpai  kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka  menyendiri,  mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci  terhadap  kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena  kemarahanmu  itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Tidakkah  kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum  yang dimurkai  Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan  kamu dan bukan  (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk  menguatkan  kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Begitupula  dengan sosok Saddam Huesin di luar masalah kepemimpinan, beliau juga  “memerangi” Amerika yang dibelakangnya adalah kaum Zionis Yahudi. Salah  satu alasan Amerika menggulingkan Saddam Husein adalah disebabkan beliau  mempelopori penggantian mata uang dolar sebagai alat tukarnya, termasuk  dalam komoditi minyak.
Seperti apa yg dirumuskan oleh  Nowmky, bahwa globalisasi merupakan konspirasi negara-negara barat, maka  Globalisasi tersebut dijadikan negara-negara barat untuk menguasai  bidang-bidang tertentu sehingga mereka bisa mengontrol apapun yang  dikehendakinya. Globalisasi itu sangat berpengaruh pada aspek ekonomi  maupun perdagangan. Sumber-sumber ekonomi negara-negara berkembang  maupun sedang berkembang dikuasai oleh barat. Dimana di dalamnya ada  konspirasi untuk menguasai dunia lewat hegemoninya. Dan di dunia  perdagangan, dolar merupakan salah satu jalan untuk memudahkan  konspirasi itu.
Perdagangan dunia sekarang ini, tak  lebih dari sekedar permainan, dimana AS menyediakan dolar dan negara  lainnya menyediakan komoditas yang bisa dibeli dengan dolar. Dunia yang  begitu terbelit ekonominya satu sama lainnya, berupaya keras untuk  melakukan hubungan dagang dengan harapan memperoleh keuntungan  komparatif. Mereka bersaing dengan memaksimalkan ekspor yang  sebesar-besarnya untuk mendapatkan dolar, yang pada akhirnya bisa  dipakai untuk membayar utang negara dalam bentuk Dolar, dan untuk  mempertebal cadangan devisa agar nilai tukar Mata Uang Domestiknya  terpelihara…”(Asia Times, 11 April 2002).
Penggunaan  dolar sebagai alat tukar (uang kartal) dalam transaksi-transaksi  dimulai ketika negara-negara OPEC pada tahun 1971 menerima dengan  “ikhlas dan sukarela” dolar sebagai satu-satunya alat tukar dalam  transaksi jual beli minyaknya. Dan mulai saat itu pula hegemoni AS  berjalan lancar untuk menguasai dunia. Selanjutnya bidang-bidang lainnya  kemudian menjadi latah dan ikut-ikutan menggunakan dolar sebagai alat  tukar. Akibatnya negara-negara lain harus mengikuti perkembangan nilai  dolar yang semakin menurun ketimbang dengan menggunakan uang dengan back  up emas yang justru nilainya semakin meningkat.  Bahkan nilai Euro  lebih besar dari dolar. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan holey  dolar di Australia dimana dolar tersebut di beking oleh emas sehingga  bisa meningkatkan nilai totalnya sebesar 25 % dan mencegah keluarnya  logam dari koloni.
Padahal jika mereka mengetahui  sejarah dolar yang dikeluarkan oleh federal reserve yang merupakan bank  buatan yahudi, maka tidak akan ada negara yang menggunakan dolar. Awal  terbentuknya dolar itu sendiri sarat dengan tujuan menguasai negara  lain.  Sebagaimana  yang dikatakan oleh  seorang milyuner Yahudi   kelahiran Jerman yang  memegang kerajaan dunia perbankan di Eropa, Meyer  Amshel Rothchild  (1743-1812),  give me control over a nations economic and I don’t care who writes its laws. Sedangkan James Abram Garfiled menyatakan  bahwa Whom ever that control the money or economic of nation , they would control the nation too.
Dari  apa yang dikatakan Rotchild dan Garfield penguasaan atas suatu negara  tidak harus dengan mengepur dengan persenjataan tetapi cukup dengan  menguasai ekonominya melalui menguasaan mata uangnya. Inilah kunci dari  permainan ekonomi AS dalam  menguasai dunia. Ini hanya salah satu aspek  saja hegemoni dari AS (barat) saja dan masih banyak aspek lain.
Seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, presiden AS, “Barangkali  ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul  uang kartal dolar, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok  pagi akan timbul revolusi“. Selain itu pada dasarnya siapa pun yang  menggunakan  dolar, maka mereka mempunyai utang atau bunga di federal  reserve,  secara rasional semakin banyak uang dengan dolar maka semakin  banyak  pula bunga (utang) yang diperoleh.
Di era globalisasi ini,  penggunaan dolar sebagai alat tukar internasional di segala bidang masih  dilakukan akan tetapi dengan adanya inflasi dolar di AS pada tahun 2008  yang mempengaruhi  seluruh negara dibelahan dunia itu membuat banyak  negara ingin  berpaling dari dolar. Pada tahun 1995 saja, menurut data  UNCTAD-WB-WTO, mata uang ekspor dunia dalam dolar sebesar 47,6 %.  Sedangkan koleksi Dolar di negara-negara berkembang dalam cadangan  devisanya sebanyak 63,5 % dan jumlah utang Jeratan utang dalam bentuk  dolar di negara-negara berkembang sebesar 50 %.
Kekhawatiran  AS meningkat ketika Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad  mengusulkan agar negara-negara  OPEC mengganti mata uang transaksi minyak  dari dolar ke euro pada  pertemuan KTT OPEC bulan Nobember 2007.   Tuntutan menggusur dolar AS  diperjuangkan kelompok negara anti-AS yang  dipelopori Iran dan Venezuela.  Namun, sampai KTT berakhir, sama sekali  tidak disebut-sebut soal usul pengubahan patokan mata uang ini. Diduga,  kubu pro-AS yang dimotori Arab Saudi mengeblok usul radikal tersebut.
Menurut  analisa William Engdahl dari Global Research,  “memiliterisasi” selat  Mandab dan perompak Somalia adalah merupakan upaya AS untuk menekan  negara-negara  OPEC agar tetap melakukan transaksi dalam dollar Amerika.   Semua  negara  Arab Saudi, Mesir, Somalia, Jibouti, Eritrea, Sudan, dan  Yaman  saling berhadapan dengan Selat Mandab (Bab el Mandab) yang  super-strategis, tanker-tanker minyak dari Teluk Persia harus lewat ke  Selat Mandab, baru kemudian melewati Kanal Suez, dan menuju Mediterania.
Engdahl  kemudian menyoroti kasus bajak laut Somalia yang membuat kacau di Selat  Mandab selama dua tahun terakhir. Pertanyaannya:  bagaimana mungkin  bajak laut dari Somalia, sebuah negara yang berada  di nomor teratas  dalam list ‘negara gagal’ (failed state) sampai punya  senjata dan  logistik yang canggih, sampai-sampai  dalam dua tahun terakhir mampu  membajak 80 kapal dari berbagai negara?  Bahkan pembajak Somalia itu  memakai gaya-gaya penjahat di negara maju:  menelpon langsung kantor  koran Times di Inggris, memberitahukan bahwa mereka sudah membajak.
Merajalelanya  perompak Somalia di Selat Mandab memberi alasan kepada AS untuk menaruh  kapal perangnya di sana. Pemerintah Mesir, Sudan, Jibouti, Eritrea,  Somalia, Arab Saudi, sudah terkooptasi oleh AS sehingga diperkirakan  tidak akan memberikan reaksi negatif bagi militerisasi AS di Selat  Mandab. Kini, masih ada satu negara di sekeliling Selat Mandab yang  masih perlu ditaklukkan: Yaman.
Pemerintah Yaman memang  pro-AS, tapi masalahnya, Presiden Ali Abdullah Saleh tidak cukup kuat  untuk mengontrol negaranya, karena itulah dia harus ‘digulingkan’.  Aksi-aksi protes di Yaman saat ini, karenanya, sangat bersesuaian dengan  keinginan AS.
Begitupula apa yang terjadi di negara  Somalia setelah sejak jatuhnya pemerintahan  militer di bawah diktator  Mohammed Siad Barre, negara Somalia menjadi  negara yang tidak aman.  Berbagai konflik terus mendera negara ini.  Mulai dari kelaparan hingga  perang saudara. Sejak tahun 1991, Somalia  merupakan negara yang sering  sekali terjadi perang saudara. Perang yang  bermula dari meluapnya  kemarahan rakyat kepada pemerintahan Mohammed Siad Barre kala itu,  ternyata terus berlanjut hingga 15 tahun lamanya. Perang saudara  tersebut mengakibatkan terpecahnya beberapa wilayah Somalia, dan  berdirinya dua blok politik yang berseberangan antara satu dengan  lainnya. Yang pertama bernama Somaliland dan yang kedua bernama  Puntland. Keduanya saling mengklaim sebagai negara yang sah dan  berdaulat. Tidak hanya itu, sebagian wilayah Somalia lainnya pun  terpecah menjadi beberapa bagian dalam klan-klan Somalia.
Pemerintahan  Somalia yang diakui dunia internasional adalah “Pemerintahan Transisi  Nasional”, dikepalai oleh Abdul Kassim Salat Hassan yang kemudian,  diganti dengan Abdullah Yusuf pada parlemen transisional Somalia ditahun  2004.  Kendati legalitas pemerintahan Abdullah Yusuf diakui oleh  masyarakat internasional, akan tetapi ia tidak mengantongi otoritas  aktual dalam pemerintahannya. Artinya banyak kebijakan dan keputusan  strategis negara yang didikte dan dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu.
Kondisi  yang serbakacau, akhirnya mendorong para ulama dan tokoh agama  membentuk Uni Pengadilan Islam atau Union of Islamic Court (UIC) tahun  2003. Mereka pun menjadi tandingan Pemerintah Federal Sementara (PSF)  pimpinan Presiden Abdullahi Yusuf Ahmad yang kurang disukai rakyat.
UIC  pimpinan Sharif Syekh Ahmed berusaha menghentikan krisis berkepanjangan  di negeri berpenduduk mayoritas Muslim itu dengan menerapkan syariat  Islam. Bagi UIC, hanya Islam yang bisa menyatukan Somalia. UIC, berbasis  di utara ibukota Mogadishu, berusaha mengembalikan ketertiban dan  syariah Islam di kota yang marak dengan tindakan anarki.
UIC terdiri dari berbagai kelompok Islam di Somalia. Rakyat Somalia menyambut baik kehadiran UIC.   ”Akhirnya kami melihat berakhirnya pembunuhan warga sipil dan perampokan terhadap rumah-rumah mereka,” kata Amina, aktivis kemanusiaan di selatan Mogadishu.  Ia menambahkan,”Toko-toko yang menjual narkotika juga sudah ditutup”.
Warga  di kota-kota besar seperti Mogadishu, Jowhar, dan Balad mengatakan,  transportasi kini lebih lancar, binis mulai menggeliat, dan  senjata-senjata sudah tidak terlihat lagi di jalan-jalan. “Kami akhirnya menikmati situasi yang aman dan stabil” kata Ali Mayo, seorang warga Mogadishu pada situs Islamonline.
Dalam  waktu singkat, UIC mampu menarik simpati warga.  . UIC  menguasai  seluruh bagian ibukota pada Juni 2006 dengan mengusir para  kepala suku  berhaluan sekuler pro-Amerika.  Sebagian besar wilayah, seperti Jowhar,  Kismayo, Beledweyne, dikuasai, dengan basis di Mogadishu.
Ketika  itulah, syariat Islam diterapkan di wilayah-wilayah ini. UIC juga  memberikan bantuan sosial, kesehatan, dan pendidikan kepada warga.Hanya  saja, tampilnya UIC dengan syariat Islam cukup mengkhawatirkan  negara-negara tetangga yang non-Muslim, juga pihak Barat. Mereka tidak  ingin pengaruh Islam makin meluas di benua Afrika, yang dipandang bisa  menumbuhkan kelompok-kelompok garis keras.
Maka, pada  Desember 2006, pasukan PSF dengan didukung tentara Ethiopia dan negara  Barat, menyerang basis-basis UIC. Serangan ini membuat UIC terdesak dari  Mogadishu sebelum kehilangan seluruh wilayah. Mereka selanjutnya  bergerilya. Pertikaian panjang tak terhindarkan. PBB mengirimkan pasukan  perdamaian untuk meredam konflik. Meski begitu, para pejuang Islam  berikrar untuk terus melawan pemerintah dukungan Barat, mengusir tentara  asing, sekaligus mengembalikan penerapan syariat Islam di seluruh  wilayah Somalia.
Dari pengamatan koresponden BBC,  Mohammad Olad Hassan, meski telah tersingkir, syariat Islam yang diusung  UIC sudah kadung dicintai oleh warga Somalia. Parameternya bisa  terlihat ketika UIC berkuasa. Masyarakat menilai, saat hukum Islam  dijalankan, tercipta kondisi aman. “Stabilitas terwujud, juga tidak muncul kekhawatiran terhadap tindak kejahatan dan peredaran narkoba,” kata dia.
Oleh  karena itulah, sebenarnya pengaruh Islam pada aspek kemasyarakatan dan  kekuatan politik tidak lenyap begitu saja. Warga, sambung Olad Hassan,  tetap menghormati hukum Islam, kendati pemerintah lebih condong pada  pengaruh Barat.
Sementara itu, Haroun Hassan, jurnalis Somalia  yang bertugas di London, mengonfirmasi bahwa masyarakat Somalia  cenderung memilih syariat Islam karena merasa kecewa dengan sistem  demokrasi ala Barat. “Dalam pandangan warga, sistem politik modern  yang diadopsi pemerintah justru melanggengkan praktik korupsi,  nepotisme, dan tata kelola yang buruk,” katanya.
Mohammad  Olad Hassan lantas menegaskan, rakyat Somalia menginginkan  elemen-elemen Islam kembali terlibat pada pemerintahan baru yang akan  dibentuk kemudian. Mereka berdoa agar syariat Islam hadir sebagai unsur  utama lagi. Doa itu dikabulkan Allah Subhanahu wa ta’ala. Setelah  melalui perundingan panjang, tercapai kesepakatan antara pemerintah  dengan pejuang Islam. Ada dua butir penting, yakni penarikan mundur   pasukan Ethiopia dan berlanjut pada penerapan syariat Islam di seluruh   negeri.
Kalangan dunia Islam menyambut gembira  keputusan parlemen Somalia yang menyepakati secara aklamasi pemberlakuan  syariat Islam. Situs eramuslim melaporkan, keputusan ini merupakan  cerminan keinginan rakyat yang menginginkan hidup di bawah hukum Islam.
Presiden  Somalia terpilih Syaikh Syarif Syekh Ahmad menyetujui gencatan senjata  dan penerapan syariat Islam guna mengakhiri konflik panjang yang melanda  negara itu.
Ketua Himpunan Ulama Muslim Internasional,  Dr Yusuf Al Qaradhawi, melalui utusannya menyampaikan seruan terhadap  semua faksi perjuangan di Somalia melakukan pembicaraan damai.
Seruan ini rupanya disambut positif Syeikh Syarif. ”Kami   tegaskan respon kami atas seruan anda ”tanpa syarat”, dan kami telah   siap melakukan kerja sama dengan Anda dan berusaha agar apa yang Anda,   yang kami amat mengharapkan keberhasilannya”, ungkap Syarif.
Syarif  juga menegaskan bahwa pihaknya juga siap menerima faksi-faksi lain yang  berbeda pendapat dengannya untuk melakukan pembicaraan damai untuk  mewujudkan Somalia yang terbabas dari cengkraman penjajah dan menerpakan  syari’at Islam di semua lini kehidupan.
Sebagaimana  diketahui, setelah Syarif diangkat menjadi pemimpin Somalia pada  Januari  2009  lalu, faksi pejuang Somalia terbagi menjadi dua, antara  pendukung dan  penentang.
Sebagian kelompok Mahakim Al  Islami, yang dipimpin oleh Syeikh Abdul Qadir Ali Umar, Harakah Al  Ishlah (Ikhwan Al Muslimun), Harakah Tajammu’ Al Islami dan Jama’ah Ahlu  Sunnah wa al Jama’ah adalah 4 faksi menyatakan dukungan kepada Syarif.
Sedangkan  Harakah As Syabab Al Mujahidin serta Al Mahakim Al Islami  wilayah  Asmarah, Al Jabhah Al Islamiyah serta Mu’askar Anuli, yang  bergabung  dalam Hizb Al Islami.
Syeikh Syarif sebagai kepala pemerintahan transisi menegaskan, “Islam adalah dasar dalam setiap gerak pemerintah Somalia.”  Akan tetapi Syeikh Syarif menolak pemikiran Syabab Mujahidin yang menurutnya masih jauh dari konsep Islam ideal.
Tampaknya  permasalahan di Somalia selain menghadapi campur tangan pihak asing  juga permasalah internal dalam Somalia yakni perbedaan pemahaman  terhadap syariat Islam.
Perbedaan pemahaman yang  berakibat penderitaan bagi rakyat Somalia. Banyak mereka terbunuh adalah  manusia-manusia yang telah bersyahadat hanya diakibatkan ego dari  masing pihak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya,   ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan   kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika  di  hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari  kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)
Begipula menurut  sebuah analisa bahwa kejatuhan Suharto (semula “a good boy” Amerika)  karena adanya kemungkinan jika kekuasaan Suharto “diperpanjang” maka  akan terjadi kebangkitan Islam di Indonesia. Untuk itu Rakyat Indonesia  harus “diusik” dengan sesuatu.
Amerika mulai “terusik”  oleh kelakuan Suharto, diawali pada  tahun 1992, gerakan Non Blok  putuskan untuk mengirim utusan Palestina  ke negara-negara Arab adalah  untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi yang mendukung usaha  Palestina memperoleh haknya kembali yang mana keputusan yang diambil  oleh Ketua GNB –  Presiden Soeharto mendapat dukungan dari Menlu  Palestina Farouk  Kaddoomi seusai sidang Komite Palestina GNB di Bali  yang dalam hal ini  menurutnya keputusan tersebut menunjukkan dukungan  Gerakan Non Blok kepada rakyat Palestina dalam memperoleh haknya kembali  dan akan berusaha membuat warga Israel mundur dari  kawasan yang  diduduki. Komite Palestina GNB terdiri dari Aljazair,  India, Bangladesh,  Senegal, Gambia, Zimbabwe, Palestina dan Indonesia, komisi GNB untuk  Palestina diketuai oleh Indonesia.
Para Futurolog  memprediksikan pada abad ke-21 Islam akan bangkit mendunia yang diawali  dari timur (Indonesia/Malaysia). Karena Soeharto (selaku kepala negara  mayoritas muslim terbesar di dunia) merangkul Islam atau “menggunakan”  Islam , maka sesegera mungkin sebelum memasuki abad ke-21 rezim Orba  harus diturunkan. Langkah pertama yang diambil adalah menciptakan krisis  moneter, lalu krisis ekonomi, lalu merembet pada krisis kepercayaan,  lalu menggelombang menjadi krisis politik nasional yang mendesak untuk  dilakukannya penjatuhan rezim dan reformasi total. Fakta krisis ini  disetting dalam konteks kawasan, bukan semata Indonesia, sehingga tampak  gelombang krisis ini bukan karena skenario tapi gelombang internasional  yang bersifat natural.
Ada pihak yang berpendapat  lebih spesifik dari sekedar “Soeharto jatuh karena krisis ekonomi”.  Mereka berpendapat “Soeharto jatuh karena IMF?” Pendapat ini antara lain  dikemukakan  Prof. Steve Hanke, penasehat ekonomi Soeharto dan ahli  masalah Dewan  Mata Uang atau Currency Board System (CBS) dari Amerika  Serikat.
Menurut ahli ekonomi dari John Hopkins  University itu, Amerika Serikat dan IMF-lah yang menciptakan krisis  untuk mendorong kejatuhan Soeharto. Ini dibuktikan dari pengakuan  Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus sendiri.
Dalam  wawancara “perpisahan”  sebelum pensiun dengan The New York Times,  Camdessus yang bekas  tentara Prancis ini mengakui IMF berada di balik  krisis ekonomi yang  melanda Indonesia.
“Kami  menciptakan  kondisi krisis yang memaksa Presiden Soeharto turun,”  ujarnya.  Pengakuan ini tentu saja menyambar kesadaran banyak orang. Tak  dinyana,  krisis di Indonesia ternyata bukan semata kegagalan kebijakan  ekonomi  Soeharto, tapi juga berkat “bantuan” IMF. 
Amerika  yang merupakan represetatif kaum Zionis Yahudi dapat menciptakan krisis  yang “nampaknya nyata” bagi kita. Palsu atau sengaja, krisis berfungsi  untuk menakutkan kita dan membiarkan mereka mencapai tujuan mereka.  Mereka memiliki semua media utama,  barang cetakan, televisi, radio,  musik, dan teater. Mereka menciptakan konglomerat-konglomerat dan  monopoli. Dengan melakukan hal ini memberi mereka kendali terhadap  segala hal yang kita lihat, baca dan dengar.
Kita, kaum  muslim menghadapi  kaum Zionis Yahudi dalam keadaan tidak bersatu.   Hanya karena perbedaan pemahaman mengakibatkan perselisihan dan  pemutusan tali silaturrahmi bahkan pembunuhan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu  akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai,  dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh  yang sakit,  maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut  merasakan  sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Ketika  kaum muslim di suatu negara diperangi oleh kaum Zionis  Yahudi maka  sebaiknya semua penguasa negeri yang mengaku muslim  merasakan sebagai  keadaan perang juga sehingga dapat menghentikan segala bentuk kerjasama  yang dapat memberikan kekuatan finansial bagi kaum Zionis Yahudi.
Marilah  kita menegakkan Ukhuwah Islamiyah sehingga mendapatkan sinergi kekuatan  menghadapi kaum Zionis Yahudi dengan sikap dan perbuatan yang  dicintaiNya karena kaum Zionis Yahudi diciptakan sebagaimana yang  dikehendakiNya dan menjadi cobaan bagi kita kaum muslim dalam perjalanan  hidup di alam dunia.
Kita harus terus meningkatkan  kewaspadaan terhadap kaum Zionis Yahudi sampai akhir zaman dengan salah  satu tandanya adalah sebagaimana hadits berikut,
Dari Abu Hurairah Ra .. bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah  akan terjadi qiamat, sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi,  Apabila kaum Yahudi itu bersembunyi  di balik batu dan pohon kayu, lalu  batu dan pohon kayu itu berkata.  “Hai orang Islam. inilah orang Yahudi  ada di belakang saya. Kemarilah! Dan bunuhlah ia!, kecuali pohon gharqad  (sejenis pohon yang berduri), karena sesungguhnya pohon ini adalah dari  pohon Yahudi (oleh sebab itu ia melindunginya). (HR. Bukhari Muslim)
Wassallam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
			 
									








