PERTANYAAN :
Assalamu’alaikum. Soal : Kalo seorang muslim murtad apa semua amal ibadahnya yang telah dilakukan nya habis ? Maturnuwun. [Mas Brow].
JAWABAN :
Wa’alaikum salam. Menurut kalangan Syafi’iyyah pahala amal baiknya lebur bila ia tidak kembali pada islam hingga maut menjemput. Firman Allah : Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (Q.S.2:127).
معنى الردة: الردة لغة: الرجوع عن الشيء إلى غيره، وهي أفحش الكفر وأغلظه حكماً، ومحبطة للعمل إن اتصلت بالموت عند الشافعية، وبنفس الردة عند الحنفية، قال الله تعالى: {ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر، فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا والآخرة، وأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون} [البقرة:217/2].
Arti Murtad secara bahasa adalah beralih dari sesuatu pada lainnya, perbuatan ini lebih kotor dan lebih berat hukumnya ketimbang kufur, perbuatan ini dapat melebur setiap amal kebajikan seseorang bila berlangsung hingga kematian menjemput menurut kalangan Syafi’iyyah berbeda menurut kalangan Hanafiyyah dengan seseorang menjalani murtad seketika itu pula semua amalnya lebur, Allah Ta’ala berfirman “Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. 2;217). [ Al-Fiqh al-Islaam VII/501 ].
حبوط العمل :19 – إذا ارتد المسلم واستمر كافرا حتى موته كانت ردته محبطة للعمل لقوله تعالى : { ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم (2) } .فإن عاد إلى الإسلام فمذهب الحنفية والمالكية أنه يجب عليه إعادة الحج وما بقي سببه من العبادات لأنه بالردة صار كالكافر الأصلي فإذا أسلم وهو غني فعليه الحج . ولأن وقته متسع إلى آخر العمر فيجب عليه بخطاب مبتدأ كما يجب عليه الصلاة والصيام والزكاة للأوقات المستقبلة ، ولأن سببه البيت المكرم وهو باق بخلاف غيره من العبادات التي أداها ، لخروج سببها .وما بقي سببه من العبادات كمن صلى الظهر مثلا ثم ارتد ثم تاب في الوقت يعيد الظهر لبقاء السبب وهو الوقت .
وذهب الشافعية والحنابلة إلى أنه لا يجب عليه أن يعيد عباداته التي فعلها في إسلامه من صلاة وحج وغيرها ، وذلك لأنه فعلها على وجهها وبرئت ذمته منها فلا تعود إلى ذمته ، كدين الآدمي . والمنصوص عن الشافعي رحمه الله تعالى حبوط ثواب الأعمال لا نفس الأعمال (1) .
(1) حاشية ابن عابدين 3 / 303 ، وحاشية الطحطاوي على الدر المختار 2 / 480 ، ومواهب الجليل 6 / 282 وما بعدها ، ومغني المحتاج 4 / 133 ، وكشاف القناع 6 / 181 .
[ PUNAHNYA AMAL KEBAJIKAN ] Bila seorang muslim murtad hingga kematiannya ia masih dalam kekufuran maka kemurtadannya dapat melebur amal bajiknya (yang dilakukan sebelum ia murtad) berdasarkan firman Allah “Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. 2;217)
Bila ia kembali kejalan ISLAM, menurut kalangan Hanafiyyag dan Malikiyyah wajib baginya mengulangi kembali hajinya dan ibadah-ibadah lainnya karena dengan ia menjalani kemurtadan maka ia seperti orang kafir asli bila ia kembali islam sementara ia kaya maka wajib baginya menunaikan ibadah Haji dan karena :
§Waktunya haji diperluas seumur hidup maka wajib baginya setelah kembali pada islam menjalani perintah baru sebagaimana diwajibkan baginya menjalani shalat, puasa dan zakat pada waktu-waktu mendatang
§Sebab yang berkaitan dengan ibadah haji adalah Baitul Mukarramah yang masih tetap ada berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, Sebagaimana orang yang menjalani ibadah shalat dhuhur kemudian setelah usai ia murtad maka wajib baginya mengulang kembali shalat dhuhurnya karena keberadaan waktunya yang masih ada.
Kalangan Syafi’iyyah dan Hanabilah menilai ibadah yang dilakukan semasa ia belum murtad (kala ia masih islam) baik shalat, haji dan lain-lainnya tidak perlu diulang kembali karena ia telah menjalani sesuai dengan ketentuannya dan terbebas dari tanggungan menjalankannya maka tidak akan kembali diwajibkan baginya mengulangnya sebagaimana hutang sesama anak adam.Imam Syafi’i memberi ketegasan yang dimaksud adalah leburnya pahala suatu amal kebajikan bukan leburnya suatu amal kebajikan. [ Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 13/234 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab. [Syahdan Maliki, Masaji Antoro].
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/428075570548590/