PERTANYAAN :
Ustadz/ah, seorang teman dulu ada yang berwudhu, ketika bagian mengusap kepala beliau hanya mengusap atas jilbabnya, benarkah tetap boleh ? [Zu El Syamsa].
JAWABAN :
Jika hanya iqtishor / ngalap cukup hanya mengusap kerudung / serban maka tidak mencukupi (tidak sah wudhunya).
وَرَوَى ابْنُ سِيرِينَ عَنْ عَمْرِو بْنِ وَهْبٍ الثَّقَفِيِّ عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعِمَامَتِهِ ، فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الِاقْتِصَارَ عَلَى مَسْحِ الْعِمَامَةِ لَا يُجْزِئ
Ibnu sirin bercerita dari ‘amr bin wahab assaqofi dari almughiroh bin syu’bah bahwa sesungguhnya NABI SAW. berwudlu terus mengusap ubun-ubun dan ‘imamah / penutup kepalanya, maka hal demikian menunjukkan bahwa iqtishor / meringkas pada mengusap ‘imamah / penutup kepala saja itu tidak mencukupi. [ Hawil kabir juz 1 hal 704 ].
Yang jelas walaupun pake penutup kepala tetap harus membasuh rambut / kulit kepala minimal ubun-ubun .
ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﻗﻠﻨﺴﻮﺓ ﻭﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻧﺰﻋﻬﺎ ﻓﻬﻲ ﻛﺎﻟﻌﻤﺎﻣﺔ ﻓﻴﻤﺴﺢ ﺑﻨﺎﺻﻴﺘﻪ ، ﻭﻳﺴﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﺘﻢ ﺍﻟﻤﺴﺢ ﻋﻠﻴﻬﺎ ، ﺻﺮﺡ ﺑﻪ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺍﻟﺠﺮﺟﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﺮ ، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﺣﻜﻢ ﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ، ﻭﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﻗﺘﺼﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺢ ﺍﻟﻌﻤﺎﻣﺔ
ﻭﻟﻢ ﻳﻤﺴﺢ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺭﺃﺳﻪ ﻓﻼ ﻳﺠﺰﻳﻪ ﺑﻼ ﺧﻼﻑ ﻋﻨﺪﻧﺎ ، ﻭﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ، ﻛﺬﺍ ﺣﻜﺎﻩ ﺍﻟﺨﻄﺎﺑﻲ ﻭﺍﻟﻤﺎﻭﺭﺩﻱ ﻋﻦ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ، ﻭﺣﻜﺎﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ ﻋﻦ ﻋﺮﻭﺓ ﺑﻦ ﺍﻟﺰﺑﻴﺮ ﻭﺍﻟﺸﻌﺒﻲ ﻭﺍﻟﻨﺨﻌﻲ ﻭﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺮﺃﻱ ، ﻭﺣﻜﺎﻩ ﻏﻴﺮﻩ ﻋﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﻭﺟﺎﺑﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ،
Namun ada sebagian ulama yang memperbolehkan (menganggap sah : milang-milang shah : jowo) yaitu :
ﻭﻗﺎﻟﺖ ﻃﺎﺋﻔﺔ : ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻤﺎﻣﺔ ﻗﺎﻟﻪ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ ﻭﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻮ ﺛﻮﺭ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﻭﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﻭﺩﺍﻭﺩ ، ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ : ﻣﻤﻦ ﻣﺴﺢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻤﺎﻣﺔ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﻭﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻭﺃﺑﻮ ﺃﻣﺎﻣﺔ ،
ﻭﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻭﻗﺎﺹ ﻭﺃﺑﻲ ﺍﻟﺪﺭﺩﺍﺀ ﻭﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﻭﻣﻜﺤﻮﻝ ﻭﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﻗﺘﺎﺩﺓ ﻭﺍﻷﻭﺯﺍﻋﻲ ﻭﺃﺣﻤﺪ ﻭﺇﺳﺤﺎﻕ ﻭﺃﺑﻲ ﺛﻮﺭ ، ﺛﻢ ﺷﺮﻁ ﺑﻌﺾ ﻫﺆﻻﺀ ﻟﺒﺴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﺎﺭﺓ ، ﻭﺷﺮﻁ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻛﻮﻧﻬﺎ ﻣﺤﻨﻜﺔ ﺃﻱ : ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺤﻨﻚ ، ﻭﻟﻢ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﺑﻌﺾﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻭﺍﺣﺘﺞ ﻟﻤﻦ ﺟﻮﺯ ﺫﻟﻚ ﺑﺤﺪﻳﺚ ﺑﻼﻝ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ : } ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﺴﺢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺨﻔﻴﻦ ﻭﺍﻟﺨﻤﺎﺭ { ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ hal 438 – 439
Disebutkan dalam kitab Hawi Kabir 1/189 :
فَصْلٌ : الْقَوْلُ فِي الْمَسْحِ عَلَى الْعَمَائِمِ وَإِذَا مَسَحَ بَعْضَ رَأْسِهِ فَيَخْتَارُ أَنْ يُكْمِلَ ذَاكَ بِمَسْحِ الْعِمَامَةِ .
نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ لِرِوَايَةِ وَهْبٍ الثَّقَفِيِّ ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى عِمَامَتِهِ . فَأَمَّا إِنِ اقْتَصَرَ عَلَى مَسْحِ الْعِمَامَةِ وَحْدَهَا دُونَ الرَّأْسِ في الوضوء لَمْ يُجْزِهِ فِي قَوْلِ جُمْهُورِ الْفُقَهَاءِ .
[ Fasal ] Perkataan di dalam mengusap imamah. Apabila seseorang mengusap sebagian kepala kemudian ia ingin memilih untuk menyempurnakannya maka dapat dengan mengusapkan juga imamahnya, hal ini telah di nas oleh imam syafii berdasarkan riwayat Wahab atssaqafiy, dari Mughiroh bin syu’bah bahwa Nabi Saw berwudhu kemudian ia mengusap ubun-ubunnya dan kepada imamahnya. Adapun apabila seseorang mencukupkan mengusap Imamahnya saja tanpa mengusap kepala maka hal itu tidak mencukupinya (tidak sah) berdasarkan Qaul Jumhur.
Berbeda dengan Ibnu Hajar yang mengatakan sah jika ia mengusap imamah saja tetapi tembus ke kepala maka sah wudhunya, jika tidak tembus maka tidak sah. Dijelaskan dalam kitab Bujairimi 1/270 :
وَلَوْ مَسَحَ عَلَى الْعِمَامَةِ أَوْ خِرْقَةٍ عَلَى رَأْسِهِ فَوَصَلَ الْبَلَلُ لِلرَّأْسِ فَالْوَجْهُ أَنَّ فِيهِ تَفْصِيلَ الْجُرْمُوقِ وَقَالَ الْعَلَّامَةُ ابْنُ حَجَرٍ يَكْفِي مُطْلَقًا قَصَدَ أَمْ لَا
Andai kata seseorang mengusap ke atas sorbannya / jilbab atau secarik kain yang ada di kepalanya kemudian tembus ke rambut, maka qaul yang aujah menegnai hal itu adalah tafsil sebagai mana masalah terhadap Jurmuuq(sepatu pendek yang terkadang dipakai untuk melapisi khauf). Berkata Alamah ibn Hajar hal demikian Cukup (sah) secara mutlaq baik ia sengaja atau tidak. Walohu a’lam. [Mbah Godek, Toni Imam Tontowi, Cecep Furqon].
Link Asal :
www.fb.com/groups/piss.ktb/435915646431249/