1979. STATUS HARTA HASIL KERJA ISTRI / TKW

P E R T A N YA A N :
Selamat pagi ikhwan & akhwat 🙂 boleh bertanya dari dari sebuah kisah nyata : Saya seorang ibu rumah tangga,уαηg sekarang sedang mengadu nasib di timur tengah (TKW). Dulu uang hasil kerja saya selama 5tahun hampir di habisin suami saya (tanpa saya tahu uang itu di pake buat apa). Karena bercita-cita ingin mempunyai rumah saya pergi lagi dan kepergian saya уαηg ke 2 kali ini ( 3 tahun ) uang nya juga habis sama suami saya ( krena saya di haruskan kirim uang dengan alasan anak saya). Pertanyaan :
1. Apakah seorang suami berhak atas uang hasil keringat istrinya ?
2. Apa hukum nya kalau saya minta cerai ? ( Karena saya merasa didzolimi sama suami saya ).

Sekian & terimakasih. BARAKALLAHU LAKUM. [Mita Aza].

Maaf. Di atas Banyak nasehat untuk menjauhi perceraian ( saya juga setuju ). Tapi sisi lain kita hormati apa yang disampaikan oleh Mbak Mita, tentang kewajiban suami pada keluarganya. Kalau suami mengijinkan istrinya jadi TkW, dan hasil jrih payah istri dihabiskan tanpa pertanggungjawaban yang jelas, menurut saya tindakan suami juga tidak benar. Saya mencermati komentar mbak Mita di atas, terbesit suatu pertanyaan yang mungkin ini sekligus menyederhanakan pertanyaan mbak Mita ” Apakah tindakan suami mbak mita seperti di atas, bisa menjadi syarat mbak Mita minta Cerai sama suaminya ? ” Barangkali itu yang menjdi pokok poin dari post di atas, silahkan mbak Mita dibantu sedulur. [Danar Khalafi].
J A W A B A N :
Wa’alaikumussalam. Suami tidak punya hak atas harta istri, dalam kasus di atas istri boleh minta cerai. Lihat Asnal Matholib :
أسنى المطالب في شرح روض الطالب – (ج 3 / ص 441) فَرْعٌ لو نَكَحَتْهُ عَالِمَةً بِإِعْسَارِهِ أو رَضِيَتْ بِالْمُقَامِ معه ثُمَّ نَدِمَتْ فَلَهَا الْفَسْخُ لِأَنَّ النَّفَقَةَ تَجِبُ يَوْمًا فَيَوْمًا وَالضَّرَرُ يَتَجَدَّدُ وَلَا أَثَرَ لِقَوْلِهَا رَضِيت بِإِعْسَارِهِ أَبَدًا لِأَنَّهُ وَعْدٌ لَا يَلْزَمُ الْوَفَاءُ بِهِ كما في نَظِيرِهِ في الْإِيلَاءِ قال الزَّرْكَشِيُّ وَيُسْتَثْنَى يَوْمُ الرِّضَا فَلَا خِيَارَ لها فيه كما أَفْتَى بِهِ الْبَغَوِيّ وَحَكَاهُ ابن الرِّفْعَةِ عن الْبَنْدَنِيجِيِّ وَيُجَدِّدُ الْإِمْهَالَ إذَا طَلَبَتْ الْفَسْخَ بَعْدَ الرِّضَا وَلَا يُعْتَدُّ بِالْمَاضِي لِتَعَلُّقِ الْإِمْهَالِ بِطَلَبِهَا فَيَسْقُطُ أَثَرُهُ بِرِضَاهَا وَفَارَقَ نَظِيرَهُ في الْإِيلَاءِ حَيْثُ لَا يُجَدِّدُ الْإِمْهَالَ بِطُولِ مُدَّتِهِ ثُمَّ وَبِعَدَمِ تَوَقُّفِهَا على طَلَبِهَا لِلنَّصِّ عليها ثُمَّ بِخِلَافِهَا هُنَا وَلَهَا في مُدَّةِ الْإِمْهَالِ مُدَّةُ الرِّضَا بِإِعْسَارِهِ الْخُرُوجُ من الْمَنْزِلِ لِلِاكْتِسَابِ لِلنَّفَقَةِ نَهَارًا بِتِجَارَةٍ أو غَيْرِهَا فَلَيْسَ له مَنْعُهَا من ذلك وَإِنْ قَدَرَتْ على الْإِنْفَاقِ بِمَالِهَا أو الْكَسْبِ في بَيْتِهَا لِأَنَّهُ إذَا لم يُوَفِّ ما عليه لَا يَمْلِكُ الْحَجْرَ عليها وَعَلَيْهَا الْعَوْدُ إلَى الْمَنْزِلِ لَيْلًا لِأَنَّهُ وَقْتُ الْإِيوَاءِ دُونَ الِاكْتِسَابِ وَلَوْ مَنَعَته الِاسْتِمْتَاعُ نَهَارًا جَازَ لَكِنْ تَسْقُطُ نَفَقَةُ مُدَّةِ مَنْعِهَا إنْ مَنَعَتْهُ لَيْلًا عن ذِمَّةِ الزَّوْجِ بِخِلَافِ ما إذَا لم تَمْنَعْهُ لَا يَسْقُطُ شَيْءٌ من نَفَقَتِهَا
Seorang suami tidak boleh menggunakan atau menyembunyikan harta milik istri tanpa seizin istri, malahan seorang suami wajib menafkahi istri sekalipun si istri tersebut seorang yang kaya. Hemmm, tapi jangan buru-buru minta talak, seandainya kalau istri pulang berkumpul dengan suami menjadikan suami baik (tidak lagi mengambil kiriman uang istri) maka itulah yang harus dilakukan oleh istri demi kebaikan keluarga, ketaatan dan adab kehidupan si istri bersama suami… demikian juga perlu difikirkan nasib anak-anaknya kalau sampai terjadi talak. Dari awal sudah dapat diduga, si suami tidak bertanggung jawab atas hak-haknya sebagai suami, karena biaya anaknya saja minta sama istri, bagaimana kalau nanti bersama istri ? Bahkan, andaikan ada seorang istri tidak dinafkahi oleh suami, maka boleh istri keluar rumah untuk mencari biaya hidup sekalipun TANPA IZIN SUAMI.
– AL-MAJMU’ Imam Nawawi :
(فصل) وان اختارت المقام بعد الاعسار لم يلزمها التمكين من الاستمتاع ولها أن تخرج من منزله، لان التمكين في مقابلة النفقة، فلا يجب مع عدمها. وان اختارت المقام معه على الاعسار ثم عن لها أن تنفسخ فلها أن تنفسخ، لان النفقة يتجدد وجوبها في كل يوم فتجدد حق الفسخ. وان تزوجت بفقير مع العلم بحاله ثم أعسر بالنفقة فلها أن تنفسخ، لان حق الفسخ يتجدد بالاعسار بتجدد النفقة.
Inti ibaroh di atas : Menjadi suami jangan sok kalau memang keadaannya tidak memungkinkan untuk membiayai istri (apalagi orangnya masih muda sehat), mestinya suami dalam hal ini harus bersukur jika si istri rela mencari nafkah sendiri.
Dalam kitab syarah al muhazab bahwa seorang istri tidak wajib menyiapkan sandang, papan dst. Juga tidak wajib memasak, mencuci dst. Kewajiban istri hanya di ranjang.
Jadi kesimpulannya :
1.Suami tidak berhak mentashorufkan harta istri tanpa seizinya dan jika istri mgizinkan maka pentashorufkan hartanya harus sesuai apa yang dikehendaki istri, jika tidak maka suami wajib menggantinya.
2.Khulu’ seperti ini boleh tanpa dimakruhkan. Ibarot sepertinya sudah ada di Asnal Matholib.
– Almausu’atul fiqhiyyah 2/9428 :
ذهب جمهور الفقهاء – الحنفيّة والشّافعيّة وهو الرّاجح عند الحنابلة – إلى أنّ المرأة البالغة الرّشيدة لها حقّ التّصرّف في مالها ، بالتّبرّع ، أو المعاوضة ، سواء أكانت متزوّجةً ، أم غير متزوّجة . وعلى ذلك فالزّوجة لا تحتاج إلى إذن زوجها في التّصدّق من مالها ولو كان بأكثر من الثّلث والدّليل على ذلك ما ثبت عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال للنّساء : » تصدّقن ولو من حليّكنّ ، فتصدّقن من حليّهنّ « ولم يسأل ولم يستفصل ، فلو كان لا ينفذ تصرّفهنّ بغير إذن أزواجهنّ لما أمرهنّ النّبيّ صلى الله عليه وسلم بالصّدقة ، ولا محالة أنّه كان فيهنّ من لها زوج ومن لا زوج لها ، كما حرّره السّبكيّ . ولأنّ المرأة من أهل التّصرّف ، ولا حقّ لزوجها في مالها ، فلم يملك الحجر عليها في التّصرّف بجميعه ، كما علّله ابن قدامة
FOKUS :
ولأنّ المرأة من أهل التّصرّف ، ولا حقّ لزوجها في مالها ، فلم يملك الحجر عليها في التّصرّف بجميعه ، كما علّله ابن قدامة ‘
Bahwa wanita pun termasuk ahli tashorruf (mendayagunakan harta). Tidak ada hak untuk suami dari harta istrinya, maka suami tidak memiliki hak untuk MENGHALANGI istri dalam pentashoruafna harta miliknya. [ Sunde Pati,  Ibnu Daarissalaam, Tubagus Abu Suja, Ilman Nafi’an, Ibnu Toha].
BACA JUGA DOKUMEN NO. 0009. HUKUM TKW
LINK ASAL :

www.fb.com/groups/piss.ktb/490153917674088/

Pos terkait