1. tidak boleh karena  maksud dari wahib ( pemberi ) adalah untuk membeli bensin. Diceritakan Syaikhu  masyaayikhina Mbah Kiyai Dimyati Kedawung Comal Pekalongan (diriwayatkan beliau  adalah seorang aulia) ketika seseorang ‘nyangoni’ beliau dan ia berkata : “Yai,  meniko kagem nitih becak”, maka beliau berikan uang tersebut semuanya kepada  pengemudi becak yang beliau tumpangi. Begitulah !
2. boleh, kalau memang ada  qorenah (tanda-tanda) dari wahib bahwasanya pemberian tadi boleh dibelanjakan  apa saja. [ Lihat Bugyatul mustarsidin hal 367, Bujairomi alal khotib vol 9 hal  206 ]. Ibaroh lain : illa in  zhoharot qorinatun bi an dzakaro ashshifata linahwi TAJAMMULIN ka qoulihi li  tasyroba bihi qohwatan matsalan FAYAJUUZU shorfuhu fiimaa sya-a. [ Hasyiyah alqolyubi juz  3/2041 ].
2220. BOLEHKAH MAUHUB DIGUNAKAN UNTUK SELAIN YANG DISEBUT PEMBERI
PERTANYAAN  :
Seorang ustadz setelah  selesai ceramah diamplopi oleh panitia sambil berkata, titip sedekah kyai  sekedar buat beli bensin. PERTANYAAN : bolehkah uang tersebut jika ditasyarufkan  untuk keperluan yang lain ? sedang ikrarnya hanya untuk beli bensin saja,  silahkan dijawab aku istirahat dulu. [Mbah  Jenggot].
JAWABAN  : 
Wa’alaikuussalam. Di  permasalahan ini ada dua kemungkinan :
القليوبي  وعميرة الجزء 3 صحـ : 206 دار إحياء الكتب العربية
(  تَنْبِيهٌ ) مَتَى حَلَّ لَهُ الْأَخْذُ وَأَعْطَاهُ لِأَجْلِ صِفَةٍ مُعَيَّنَةٍ  لَمْ يَجُزْ لَهُ صَرْفُ مَا أَخَذَهُ فِي غَيْرِهَا فَلَوْ أَعْطَاهُ دِرْهَمًا  لِيَأْخُذَ بِهِ رَغِيفًا لَمْ يَجُزْ لَهُ صَرْفُهُ فِي إدَامٍ مَثَلًا أَوْ  أَعْطَاهُ رَغِيفًا لِيَأْكُلَهُ لَمْ يَجُزْ بَيْعُهُ وَلَا التَّصَدُّقُ بِهِ  وَهَكَذَا إلَّا إنْ ظَهَرَتْ قَرِينَةٌ بِأَنْ ذَكَرَ الصِّفَةَ لِنَحْوِ  تَجَمُّلٍ كَقَوْلِهِ لِتَشْرَبَ بِهِ قَهْوَةً مَثَلًا فَيَجُوزُ صَرْفُهُ فِيمَا  شَاءَ اهـ
Seseorang yang telah  memberikan hadiah pada orang lain dengan syarat orang tersebut harus melakukan  sesuatu maka di tafshil :
1.jika dia tidak  melaksanakanya maka wajib baginya baginya untuk mengembalikan hadiah tersebut  kepada pemberi hadiah tersebut jika barangya masih ada karena tujuan dari sang  pemberi belum di lakukan.jika barang pemberian tersebut sudah tidak ada maka  wajib menggantinya.
2.namun jika pekerjaan  tersebut sudah di lakukan harta itu halal baginya.
3.jika pemberian tersebut  bukan keharusan untuk melakukan hal yang diinginkan pemberi (maqshud pemberi)  artinya hanya untuk bahasa sopanya saja maka itu haq penerima mau di tshorukan  untuk apa saja terserah penerima.
– Hasyiyah Jamal :  
ولو  أهدى إليه شيئا على أن يقضي له حاجة فلم يفعل لزمه رده إن بقي وإلا فبدله كما قاله  الأسطخري فإن فعله حل انتهى.شرح ر م قال ع ش قوله لزمه رده أي فلو بذلها لشخص ليخلص  له محبوسا مثلا فسعى في خلاصه ولم يتفق له ذالك وجب عليه رد الهدية لصاحبها لأن  مقصوده لم يحصل نعم لو أعطاه ليشفع له فقط سواء قبلت شفاعته أو لا ففعل لم يجب الرد  فيما يظهر لأنه فعل ما أعظا لأجله انتهى.   حاشية الجمل على المنهج ج ٣ ص  ٥٩٤-٥٩٥
– Roudhotut Tholibin dan  Bughyatul Mustarsyidin : 
ﺭﻭﺿﺔ ﺍﻟﻄﺎﻟﺒﻴﻦ ﻭﻋﻤﺪﺓ ﺍﻟﻤﻔﺘﻴﻦ )ﺝ5/  ﺹ368(
ﺍﻟﺘﺎﺳﻌﺔ ﺃﻋﻄﺎﻩ ﺩﺭﻫﻤﺎ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺩﺧﻞ ﺑﻪ  ﺍﻟﺤﻤﺎﻡ ﺃﻭ ﺩﺭﺍﻫﻢ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺷﺘﺮ ﺑﻬﺎ ﻟﻨﻔﺴﻚ  ﻋﻤﺎﻣﺔ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻓﻔﻲ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﺃﻧﻪ ﺇﻥ ﻗﺎﻝ  ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﺘﺒﺴﻂ ﺍﻟﻤﻌﺘﺎﺩ ﻣﻠﻜﻪ ﻭﺗﺼﺮﻑ ﻓﻴﻪ ﻛﻴﻒ ﺷﺎﺀ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻏﺮﺿﻪ ﺗﺤﺼﻴﻞﻣﺎ ﻋﻴﻨﻪ ﻟﻤﺎ  ﺭﺃﻯ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻌﺚ ﻭﺍﻟﻮﺳﺦ، ﺃﻭ ﻟﻌﻠﻤﻪ ﺑﺄﻧﻪ ﻣﻜﺸﻮﻑ ﺍﻟﺮﺃﺱ، ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﺻﺮﻓﻪ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺎ  ﻋﻴﻨﻪ.
ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ  )ﺝ1/ﺹ367(
ﻓﺮﻉ : ﺃﻋﻄﻰ ﺁﺧﺮ ﺩﺭﺍﻫﻢ ﻟﻴﺸﺘﺮﻱ ﺑﻬﺎ  ﻋﻤﺎﻣﺔ ﻣﺜﻼً ، ﻭﻟﻢ ﺗﺪﻝ ﻗﺮﻳﻨﺔ ﺣﺎﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻗﺼﺪﻩ ﻣﺠﺮﺩ ﺍﻟﺘﺒﺴﻂ ﺍﻟﻤﻌﺘﺎﺩ ﻟﺰﻣﻪ ﺷﺮﺍﺀ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ  ﻭﺇﻥ ﻣﻠﻜﻪ ﻷﻧﻪ ﻣﻠﻚ ﻣﻘﻴﺪ ﻳﺼﺮﻓﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻋﻴﻨﻪ ﺍﻟﻤﻌﻄﻲ ، ﻭﻟﻮ ﻣﺎﺕ ﻗﺒﻞ ﺻﺮﻓﻪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺍﻧﺘﻘﻞ  ﻟﻮﺭﺛﺘﻪ ﻣﻠﻜﺎً ﻣﻄﻠﻘﺎً ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ ﻟﺰﻭﺍﻝ ﺍﻟﺘﻘﻴﻴﺪ ﺑﻤﻮﺗﻪ ، ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﻣﺎﺗﺖ ﺍﻟﺪﺍﺑﺔ ﺍﻟﻤﻮﺻﻰ  ﺑﻌﻠﻔﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺘﺼﺮﻑ ﻓﻴﻪ ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺘﺼﺮﻑ ﻓﻴﻪ ﻣﺎﻟﻜﻬﺎ ﻛﻴﻒ ﺷﺎﺀ ﻭﻻ ﻳﻌﺪ ﻟﻮﺭﺛﺔ ﺍﻟﻤﻮﺻﻲ ، ﺃﻭ  ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﺸﺘﺮﻱ ﺑﻬﺎ ﺫﻟﻚ ﺑﻄﻞ ﺍﻹﻋﻄﺎﺀ ﻣﻦ ﺃﺻﻠﻪ ، ﻷﻥ ﺍﻟﺸﺮﻁ ﺻﺮﻳﺢ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻨﺎﻗﻀﺔ ﻻ ﻳﻘﺒﻞ  ﺗﺄﻭﻳﻼً ﺑﺨﻼﻑ ﻏﻴﺮﻩ ﺍﻫـ ﺗﺤﻔﺔ.
Yang ke sembilan adalah  (andai) seseorang memberinya (penerima) uang dirham dan ia berkata: Masuklah  engkau dengan uang itu ke kamar mandi, atau (andai ia memberinya) beberapa uang  dirham dan ia berkata: Belilah sebuah surban dengan uang itu untukmu, dan  sesamanya. Maka di dalam fatwa Imam al-Qaffal (dipaparkan) bahwa apabila dia  (pemberi) mengatakan hal demikian (menyuruh penerima masuk ke kamar mandi /  membeli surban, dsb.) atas dasar tabassuth (memudahkan penyaluran pemberian)  yang biasa berlaku, maka dia (penerima) berhak memiliki dan mengelolanya (uang  dirham) sesuai kemauannya. Dan apabila keinginannya (pemberi) untuk menghasilkan  sesuatu yang ditentukannya (sehubungan) karena dia (penerima) terlihat kusut dan  kumuh, atau karena dia (pemberi) tau bahwa penerima terbuka kepalanya (tidak  memakai peci, misalnya), maka dia (penerima) tidak boleh mengelolanya (uang  dirham) terhadap selain apa yang telah ditentukannya (pemberi). Wallohu a’lam.  [Faiz Al  Dablegi, Yupiter Jet, Abdullah Afif, Nabilah Az-Zahrah, Brojol  Gemblung].
LINK  ASAL :
www.fb.com/groups/piss.ktb/270909099598572/
 
									








