Assalamualaikum. Ada rumusan hukum bersuci menggunakan air hujan berwarna merah (yang terkenal dengan hujan darah) yang terjadi di India, tidak ? Mohon ditampilkan hasilnya. Terimakasih. Wassalamualaikum. [Ibnu Al-Ihsany].
JAWABAN :
Wa’alaikumussalam, setiap air yang turun dari langit atau nyumber dari bumi semuanya suci dan menyucikan walaupun berwarna tidak seperti biasanya misal berwarna merah atau hitam, baik tawar maupun asin, ataupun berbau wangi :
Dalam ibarot di atas itu jika memang benar air, sehingga sesuai dengan pertanyaan. Tapi jika memang benar-benar darah yang turun bagaimana hukumnya ? Bagaimana denga ibarat di fathul qorib yang lafadznya ” yajma’uha qouluka ma nazala minas sama’ wa ma naba’a minal ardh ala ayyi shifatin kanat min asli khilqoh ” kalau tidak salah begitu redaksinya… Ala ayyi shifatin kanat min ashlil khilqoh, bukannya mencakup apapun wujudnya yang turun dari langit dan yang bersumber dari bumi ?.
Kalau nyata-nyata berupa darah maka tidak menyucikan, ibaroh di fathul qorib itu menerangkan kalau yang turun berupa air.
Yang turun dari langit atau yang bersumber dari bumi itu harus berupa air, meski dengan sifat yang berbeda-beda. Wallohu a’lam. [Ibnu Al-Ihsany, Ghufron Bkl, Raden Mas LeyehLeyeh, Alif Jum’an Azend].
—————-
Sedikit artikel tentang hujan darah / air berwarna merah :
HUJAN DARAH DI INDIA
Minggu, 22 Agustus 2010 – Sepanjang sejarah, hujan merah sering kali turun. Di Inggris, India dan Kolumbia. Beberapa bertepatan dengan saat meteor besar turun atau komet melintas. Ini berita lama. Sudah hampir sepuluh tahun. Hujan berwarna merah adalah fenomena yang diamati secara sporadis dari tanggal 25 juli hingga 23 september 2001 di Negara Bagian Kerala, India. Hujan ini turun di daerah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung selama 20 menit. Penduduk setempat menemukan pakaian mereka yang dijemur menjadi merah seperti darah. Penduduk juga melaporkan adanya ledakan dan hujan rintik-rintik sebelum ledakan tersebut. Ledakan yang diduga berasal dari sebuah meteor. Hujan kuning, hijau dan hitam juga dilaporkan sempat turun. Di saat hujan reda, dedaunan terlihat terbakar.
Fotomikrograf yang menunjukkan lumut kerak Trentepohlia dengan haematokrom di dalamnya. Ini adalah sampel yang diambil dari distrik Kottayam pada tanggal 16 agustus 2001, 22 hari setelah hujan merah turun di sana. Tim peneliti menemukan kalau hampir semua pohon, batuan dan bahkan tiang listrik ditempeli dengan lumut kerak Trentepohlia (Sampath et al, 2001).
Dr. Godfrey Louis, Fisikawan dari Universitas Mahatma Ghandi, Kerala, pada akhirnya tiba pada kesimpulan kalau penyebab hujan merah ini ekstrateresterial. Well, penjelasan yang aneh. Menurut beliau alasannya adalah partikel merah itu hampir tampak biologis dan mirip sel, walau tidak memiliki DNA. Penjelasan yang lebih alami mungkin berasal dari perbandingan hujan sejenis. Di Hiroshima, pernah turun hujan hitam. Hujan berwarna hitam ini jelas berasal dari debu radioaktif akibat jatuhnya bom atom di sana. Mungkinkah penjelasan hujan merah bersifat kimia, bukannya biologis? Atau mungkin penjelasan fisika, seperti hujan yang membawa debu dari semenanjung Arabia.
Tapi berdasarkan klaim Godfrey Louis, hujan ini memiliki sampel yang jelas biologis. Ia mengajukan penjelasan yang berbasis pada teori Panspermia, yaitu kehidupan yang berasal dari komet atau mungkin asteroid. Asteroid pembawa agen biologis tersebut mengalami kontak di atmosfer bumi dan kebetulan jatuh di atas Kerala. Hal ini didukung oleh pengamatan adanya suara ledakan sebelum hujan tersebut turun. Hasil penelitian Godfrey mengungkapkan kalau zat padat berwarna merah kecoklatan dari hujan merah ini terdiri dari 90 persen partikel merah bulat. Partikel dalam suspensi air hujan ini menyebabkan warna merah tersebut. Terdapat juga partikel putih dan kuning cerah, abu abu kebiruan dan hijau. Partikel ini berdiameter antara 4 hingga 10 mikron dan berbentuk bola atau oval. Citra mikroskop elektron mengungkapkan kalau partikel ini memiliki bagian tengah yang cekung, mirip dengan sel darah merah. Pencitraan yang lebih detil menunjukkan struktur dalam yang cukup rumit.
Jadi memang hujan ini biologis, tapi kehidupan luar bumi bukanlah satu-satunya penjelasan. Departemen Sains dan Teknologi India pada bulan November 2001, bekerja sama dengan Pusat Studi Sains Kebumian dan Lembaga Penelitian dan Kebun Raya membuat penelitian gabungan dan kesimpulan mereka adalah :
Warna ini disebabkan adanya sejumlah besar spora ganggang pembentuk lumut kerak milik genus Trentepohlia. Pemeriksaan menunjukkan kalau di daerah kejadian memang banyak tumbuh lumut kerak demikian. Sampel lumut kerak yang diambil dari Changanacherry, saat dibiakkan dalam medium ganggang, juga menunjukkan keberadaan spesies ganggang yang sama. Kedua sampel (dari air hujan dan dari pohon) menghasilkan jenis ganggang yang sama, dan ini menunjukkan kalau spora yang terlihat dalam air hujan paling mungkin berasal dari daerah lokal.
Sampel air hujan merah yang dikumpulkan pada saat hujan turun. Masih ada penjelasan lain. Ilmuan K.K. Sasidharan Pillai, dari Departemen Meteorologi India, mengajukan penjelasan kalau hujan tersebut membawa debu dan materi asam dari letusan gunung berapi Mayon di Philipina. Teorinya di dukung bukti adanya dedaunan yang terbakar setelah hujan turun.
Fotomikrograf dari sedimen sampel air hujan menunjukkan spora, protozoa dan debris lainnya (Sampath et al, 2001). Tapi dukungan kemudian muncul pada pihak Godfrey. Patrick McCafferty melakukan pendekatan lain yaitu pendekatan historik. Ia menjelajah catatan sejarah mengenai adanya fenomena hujan berwarna dan turunnya meteor. Ia menemukan kalau enam puluh (36 persen) kejadian terkait dengan aktivitas meteor atau komet. Namun hubungan ini tidak selalu signifikan. Kadang hujan merah turun setelah ledakan meteor di udara, kadang hujan turun hanya dalam tahun yang sama dengan munculnya komet.
Masih belum mau kalah, Godfrey bersama ahli astrobiologi, Santhosh Kumar, melakukan penelitian lanjutan tahun 2008. Kesimpulan dalam papernya mengatakan : “Sel merah yang ditemukan dalam hujan merah di Kerala, India mungkin disebabkan bentuk kehidupan luar bumi. Sel ini mengalami replikasi cepat bahkan pada suhu sangat tinggi yaitu 300 derajat Celsius. Mereka juga dapat dibiakkan dalam beraneka substrat kimia yang tidak biasa. Walau begitu, komposisi molekul dari sel-sel ini masih belum dapat ditentukan”.
Kita masih menunggu penelitian lebih lanjut. Tapi fakta-fakta ilmiah yang ada sekarang tampaknya lebih kuat pada teori spora lumut kerak. Bisa juga yang benar adalah teori panspermia, letusan gunung berapi, teori debu gurun, atau yang lainnya. Sebelum ada kepastian, sejauh ini kita bisa melihat indahnya perdebatan teori dan fakta ilmiah dalam sains, dan betapa sedikitnya pengetahuan kita sekarang mengenai alam semesta.
Referensi :
Sumber :
http://www.faktailmiah.com/2010/08/22/hujan-darah-di-india.html
LINK ASAL :