Pertanyaan: Bagaimana Penjelasan Sifat Ummiy “الامي” Yang Dinisbatkan Pada Nabi SAW
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Mau tanya, maksud dari Nabi yang Ummi itu apa ya?
[Mahtarul Alif].
Jawaban atas pertanyaan Sifat Ummiy “الامي” Yang Dinisbatkan Pada Nabi SAW
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Nabi disifati dengan al-ummiyi, tidak berarti Nabi tidak bisa baca tulis dan berhitung. Menurut sebagian pendapat sifat tersebut disandarkan pada Nabi karena Nabi di utus pada kaum yang yang ummiy. Kata “ummi”, menurut Al Qur’an adalah orang-orang yang tidak, atau belum diberi satupun Kitab oleh Allah.
Kaum Yahudi telah diberi tiga buah kitab melalui beberapa orang nabi mereka. Karenanya, mereka di sebut ahli kitab. Sedangkan orang-orang Arab, belum diberi satupun kitab sebelum Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad yang orang Arab.
Hal ini dijelaskan-Nya dalam Firman-Nya: “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab, dan orang-orang “ummi” (yang tidak diberi kitab), sudahkah kamu tunduk patuh?” (Qs Ali Imran: 20).
Maka jelaslah, tidak seluruhnya kata “ummi” itu bermakna buta huruf. Lantas, apakah Rasulullah buta huruf? Al Qur’an membantah pendapat ini secara terang-terangan dan berkali-kali. Banyak ayat di dalam Alquran yang mengisahkan Nabi diperintahkan supaya membaca ayat-ayat-Nya kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Hal ini menunjukkan Nabi pandai membaca.
Secara bahasa, al-‘ummiy maknanya adalah:
نسبة إلى الأم أو الأمة ومن لا يقرأ ولا يكتب والعيي الجافي
“Merupakan nisbah kepada al-umm atau al-ummah dan orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Juga dinisbatkan kepada orang yang susah bicara dan kasar perangainya” [Al-Mu’jamul-Wasiith, 1/58].
والأُمِّيّ الذي لا يَكْتُبُ قال الزجاج الأُمِّيُّ الذي على خِلْقَة الأُمَّةِ لم يَتَعَلَّم الكِتاب فهو على جِبِلَّتِه وفي التنزيل العزيز ومنهم أُمِّيُّون لا يَعلَمون الكتابَ إلاّ أَمَانِيَّ …… وكانت الكُتَّاب في العرب من أَهل الطائف تَعَلَّموها من رجل من أهل الحِيرة وأَخذها أَهل الحيرة عن أَهل الأَنْبار وفي الحديث إنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لا نَكْتُب ولا نَحْسُب أَراد أَنهم على أَصل ولادة أُمِّهم لم يَتَعَلَّموا الكِتابة والحِساب فهم على جِبِلَّتِهم الأُولى وفي الحديث بُعِثتُ إلى أُمَّةٍ أُمِّيَّة قيل للعرب الأُمِّيُّون لأن الكِتابة كانت فيهم عَزِيزة أَو عَديمة ومنه قوله بَعَثَ في الأُمِّيِّين رسولاً منهم
“Al-ummiy adalah orang yang tidak bisa menulis. Az-Zujaaj berkata: ‘Al-ummiy adalah orang yang berada pada kondisi awal umat (ketika dilahirkan) yang tidak mempelajari kitab dan tetap dalam keadaannya seperti itu (hingga dewasa)’. Dan dalam Al-Qur’an disebutkan: ‘Dan di antara mereka ada orang-orang ummiy (buta huruf), tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS. Al-Baqarah: 78).
Dulu, orang-orang yang dapat menulis dari kalangan bangsa Arab dari penduduk Thaaif mempelajari ilmu tersebut dari laki-laki penduduk Hiirah, dimana penduduk Hiirah mengambil ilmu tersebut dari penduduk Anbaar. Dalam hadits disebutkan: ‘Sesungguhnya kami adalah umat yang ummiy, tidak pandai menulis dan tidak pula berhitung’[1]; maksudnya bahwa mereka (bangsa ‘Arab) berada dalam kondisi awal seperti saat dilahirkan oleh ibu mereka yang tidak belajar menulis dan berhitung, dan mereka tetap dalam kondisi mereka yang pertama tersebut (hingga dewasa).
Dalam hadits disebutkan: ‘Aku diutus kepada umat yang ummiy’[2]. Orang ‘Arab dikatakan sebagai al-ummiyyuun, karena pengetahuan menulis di sisi mereka merupakan sesuatu yang sangat jarang. Dari hal tersebut adalah firman-Nya : ‘yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri’ (QS. Al-Jumu’ah : 2)….” [Lisaanul-‘Arab, 12/22].
Begitulah umumnya keadaan orang ‘Arab dahulu. Bahkan ketika Islam datang, orang yang bisa membaca dan menulis hanya berjumlah 17 orang saja, diantaranya: ‘Umar, ‘Utsmaan, ‘Ali, Abu ‘Ubaidah, dan Yaziid bin Abi Sufyaan.
Tuhfah Al Ahwadzi, 8/264:
Imam Alusi berkata, “Dan yang dimaksud dengan itu (Ummi) adalah karena mereka pada asal kelahiran ibu mereka tidak mengetahui tulisan dan berhitung.”
Tafsir Qurthuby:
الثالثة : قوله تعالى : الأمي هو منسوب إلى الأمة الأمية ، التي هي على أصل ولادتها ، لم تتعلم الكتابة ولا قراءتها ; قاله ابن عزيز . وقال ابن عباس رضي الله عنه : كان نبيكم صلى الله عليه وسلم أميا لا يكتب ولا يقرأ ولا يحسب ; قال الله تعالى : وما كنت تتلو من قبله من كتاب ولا تخطه بيمينك . وروي في الصحيح عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب . الحديث . وقيل : نسب النبي صلى الله عليه وسلم إلى مكة أم القرى ; ذكره النحاس .
Tafsir Baghowi:
قوله تعالى : ( الذين يتبعون الرسول النبي الأمي ) وهو محمد – صلى الله عليه وسلم – . قال ابن عباس رضي الله عنهما هو نبيكم كان أميا لا يكتب ولا يقرأ ولا يحسب . وقال النبي – صلى الله عليه وسلم – : ” إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب ” وهو منسوب إلى الأم ، أي هو على ما ولدته أمه . وقيل هو منسوب إلى أمته ، أصله أمتي فسقطت التاء في النسبة كما سقطت في المكي والمدني وقيل : هو منسوب إلى أم القرى وهي مكة .
Ath-Thabariy rahimahullah berkata:
يقول تعالى ذكره:(وَما كُنْتَ) يا محمد(تَتْلُوا) يعني: تقرأ (مِنْ قَبْلِهِ) يعني: من قبل هذا الكتاب الذي أنزلته إليك(مِنْ كِتَابٍ وَلا تخُطُّهُ بِيَمِينِكَ) يقول: ولم تكن تكتب بيمينك، ولكنك كنت أمِّيًّا(إذًا لارْتابَ المُبْطِلَونَ) يقول: ولو كنت من قبل أن يُوحَى إليك تقرأ الكتاب، أو تخطه بيمينك،(إذًا لارْتَابَ) يقول: إذن لشكّ -بسبب ذلك في أمرك، وما جئتهم به من عند ربك من هذا الكتاب الذي تتلوه عليهم- المبطلون القائلون إنه سجع وكهانة، وإنه أساطير الأوّلين
“Makna firman Allah ta’ala tersebut adalah: ‘Dan engkau, wahai Muhammad, tidak pernah membaca kitab sebelum kitab ini yang turun kepadamu. Dan engkau tidak pernah menulis dengan tangan kananmu, karena engkau seorang yang ummiy.
Apabila (engkau pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu)’ maksudnya: seandainya engkau sebelum diwahyukan pernah membaca kitab atau menulisnya dengan tangan kananmu. ‘Niscaya benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu maksudnya: maka mereka sungguh akan ragu-ragu dengan sebab itu dalam urusanmu.
Dan tidaklah engkau mendatangi mereka dengan kitab ini yang berasal dari sisi Rabbmu yang engkau bacakan kepada mereka, mereka akan mengingkari dengan mengatakan bahwa itu hanyalah sajak, dukun, dan dongeng orang-orang terdahulu” [Tafsiir Ath-Thabariy ].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata:
ثم قال تعالى: { وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ } ، أي: قد لبثت في قومك -يا محمد -ومن قبل أن تأتي بهذا القرآن عُمرا لا تقرأ كتابا ولا تحسن الكتابة، بل كل أحد من قومك وغيرهم يعرف أنك رجل أمي لا تقرأ ولا تكتب. وهكذا صفته في الكتب المتقدمة، كما قال تعالى: { الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ } الآية [الأعراف: 157].
“Kemudian Allah ta’ala berfirman: ‘Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur’an) sesuatu Kitab pun dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; yaitu: sungguh engkau telah tinggal di kaummu wahai Muhammad sebelum diberikan Al-Qur’an ini kepadamu beberapa masa, engkau belum pernah membaca kitab dan engkau tidak pandai menulis.Bahkan, setiap seorang dari kaummu atau selain kaummu mengetahui bahwa engkau adalah seorang laki-laki yang ummiy, tidak bisa membaca dan menulis.
Demikianlah sifatnya yang ada dalam kitab terdahulu, sebagaimana firman Allah Ta’ala: ‘“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummiy yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar’ (QS. Al-A’raaf : 157). [Tafsiir Ibni Katsiir].
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Santrialit].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.