PASAL KEDUA : HAK SUAMI ATAS ISTERINYA
{الفَصْلُ الثَّانِيْ فِيْ حُقُوْقِ الزَّوْجِ) الْوَاجِبَةِ (عَلَى الزَّوْجَةِ}
(قَالَ اللهُ تَعَالَى) في سورة النساء (الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاءِ) أي مسلطون على تأديبهن (بِمَا فَضَّلَ اللهُ) به (بَعْضَهُمْ) أي الرجال (عَلَى بَعْضٍ) أي النساء (وَبِمَا أَنفَقُواْ) أي عليهن (مِنْ أَمْوَالِهِمْ) في نكاحهن كالمهر والنفقة.
Allah berfirman dalam surat an-nisaa : Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita (diberi kekuasaan untuk mengajarinya),karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita),dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka (dalam menikainya seperti mahar dan memberikan nafaqoh).
قال المفسرون: تفضيل الرجال عليهن من وجوه كثيرة، حقيقية وشرعية. فمن الأول أن عقولهم وعلومهم أكثر، وقلوبهم على الأعمال الشاقة أصبر، وكذلك القوة والكتابة غالبا، والفروسية، وفيهم العلماء، والإمامة الكبرى والصغرى، والجهاد والأذان والخطبة والجمعة والإعتكاف والشهادة في الحدود والقصاص والأنكحة ونحوها، وزيادة الميراث والتعصيب، وتحمل الدية، وولاية النكاح والطلاق والرجعة وعدد الأزواج، وإليهم الإنتساب. ومن الثاني عطية المهر والنفقة ونحوهما. كذا في الزواجر لابن حجر
Ulama ahli tafsir mengatakan: keunggulan laki-laki atas wanita bisa dilihat dari banyak sisi,baik secara hakikat maupun dalam hal beragama. Dan dari sebagian yang awal adalah bahwa akal dan pengetahuan laki-laki lebih banyak, hati laki-laki lebih sabar ketika mengerjakan satu pekerjaan berat, juga tenaga dan ketika menulis pada kumumnya, pasukan penunggang kuda.Dan Ulama dari kalangan laki-laki lebih banyak, dan pemimpin ditingkat pusat maupun daerah, diseru untuk berperang, adzan, khutbah, jum’at, i’tikaf,menjadi saksi dalam had dan qishosh, dan dalam masalah pernikahan.memperoleh bagian yang lebih besar dalam warisan,juga menjadi ashobah, menanggung diyat, menjadi wali pernikahan, berkuasa atas tholaq, dan ruju’ dan mempunyai lebih dari satu isteri,dan nasab atau turunan yang dihitung adalah dari pihak laki-laki(bapak). Dan sebagian dari yang kedua adalah dibebankan untuk memberi mahar dan nafaqoh dll, demikian seperti yang ditulis Ibnu Hajar dalam kitab Jawaazir.
(فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ) أي مطيعات لأزواجهن (حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ) أي لما يجب عليها حفظه أي حال غيبة أزواجهن من الفروج وأموال الزوج وسرّه وأمتعة بيته (بِمَا حَفِظَ اللهُ) أي بحفظ إياهن وبتوفيقه لهن، أو بالوصية منه تعالى عليهن، أو بنهيهنّ عن المخالفة.
Isteri yang taat kepada suaminya,dan memelihara diri serta kehormatan ketika suami pergi/tidak berada di rumah
وعن أب هريرة رضي الله تعالى عنه قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: {خَيْرُ النِّسَاءِ امْرَأَةٌ إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِيْ مَالِكَ وَنَفْسِهَا}
Dari Abi Hurairoh r.a beliau berkata,Rosulullah SAW bersabda : “Sebaik-baiknya wanita adalah wanita yang ketika engkau memandangnya, ia mampu memberikan kebahagian padamu, ketika engkau menyuruhnya, ia taat, dan ketika engkau tidak sedang berada di rumah, ia memelihara harta dan kehormatanmu.
(وَاللاَّتِي تَخَافُونَ) أي تظنون (نُشُوزَهُنَّ) أي بغضهن لكم ورفع أنفسهن عليكم تكبرا (فَعِظُوهُنَّ) أي فخوّفوهن الله، وهو مندوب كأن يقول الرجل لزوجته: اتقي اللهَ في الحق الواجب لي عليكِ، واحذري العقوبة، ويبين أن النشوز يسقط النفقة والقسم، وذلك بلا هجر ولا ضرب، فلعلها تبدى عذرا، أو تتوب عما جرى منها بغير عذر.
Dan wanita yang engkau takutkan (khawatir) berlaku nusyuz,maka nasihatilah (karena memberikan nasihat dan mengabarinya dengan ancaman Allah bagi wanita nusyuz adalah disunahkan . seperti suami mengucapkan kepada isterinya : bertaqwalah engkau kepada Allah atas kewajibanmu padaku,dan takutlah engkau akan siksa Allah. Dan terangkan / sampaikan pada isteri bahwa nusyuz dapat menggugurkan nafakoh dan giliran, dan cara-cara demikian dilakukan suami tanpa hajr (menjauhi isteri baik dalam ucapan maupun ketika tidurnya) dan tanpa memukulnya.Diharapkan/semoga dengan cara yang paling lembut ini,isteri menyadari kekhilafannya dan memohon maaf atau ia bertaubat
ويستحب أن يذكّر لها ما في الصحيحين من قوله صلى الله عليه وسلم: {إِذَا بَاتَتِْ الْمَرْأَةُ هَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا، لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتّى تُصْبِحَ}،
Dan disunahkan menyampaikan hadits dari rosulillah SAW : Ketika seorang isteri tidur dalam keadaan dan maksud menjauhi tempat tidur suaminya,maka seluruh malaikat mela’natnya hingga datang waktu shubuh.
وما في الترمذي من قوله صلى الله عليه وسلم: {أَيّمَا امْرَأَةٍ بَاتَتِْ وَزَوْجُهَا رَاضٍ عَنْهَا، دَخَلَتِْ الْجَنّةَ}. كذا في شرح النهاية على الغاية
Dan hadits yang diriwayatkan Imam turmudzi : Dan seorang isteri mana saja yang tidur dan suami ridho atasnya,maka ia akan masuk syurga.
(وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ) أي اعتزلوهن في الفراش دون الهجر في الكلام، ولا يضربها، لأن في الهجر أثرا ظاهرا في تأديب النساء
Dan jauhilah isteri-isteri kamu dalam tempat tidurnya (namun tidak menjauhinya dalam berbicara/tidak memutuskan komunikasi dengan tidak mengajaknya bicara),dan tidak memukulnya,karena dalam Hijr ada efek atau pengaruh bagi isteri secara dhohir.
(وَاضْرِبُوهُنَّ) ضربا غير مبرّح إن أفاد الضرب، وإلا فلا ضرب. ولا يجوز الضرب على الوجه والمهالك، بل يضرب ضرب التعزير. والأولى له العفو،
Dan pukullah isteri-isterimu (dengan pukulan yang tidak membuatnya memar atau terluka,jika dengan memukulnya memberikan faidah (menghentikan nusyuznya).Dan bila dengan memukulnya tidak berpengaruh apa-apa,maka tidak diperbolehkan memukulnya. Dan tidak diperkenankan memukul wajah dan anggota yang berbahaya jika dipukul,akan tetapi denngan pukulan ta’zir (cara memukul dalam maksud memberi pelajaran).Dan yang paling utama adalah memaafkannya.
بخلاف ولي الصبي، فالأولى له عدم العفو لأن ضربه للتأديب مصلحة له، وضرب الرجل زوجته مصلحة لنفسه.
Berbeda dengan wali dari anak kecil/shobiy,maka yang lebih utama adalah tidak dulu memaafkannya.karena memukul ta’zir pada shobiy lebih maslahat pada si anak,sedang dalam kasus memukulnya suami pada isterinya,kemashlahatan itu kembali pada suami.
حمل الوعظ في هذه الآية على حالة عدم التحقق، والهجر على التحقق من غير تكرر، والضرب على ما إذا تكرر النشوز. هو ما صححه الرافعي،
Mahmul memberi nasihat pada ayat tersebut ketika nusyuz itu belum nyata (la’alla showab, mungkin baru disinyalir atau ada gelagat).
Dan melakukan Hijr ketika perilaku nusyuz telah nyata walaupun baru pertama isteri melakukannya,dan kebolehan memukul ketika nusyuz dilakukan sudah terulang. Qoul ini dishohihkan oleh Imam Rofi’i.
لكن صحح النووي جواز الضرب وإن لم يتكرر النشوز إن أفاد الضرب.
Namun qoul shohih yang ditarjih oleh Imam Nawawi adalah boleh memukul walaupun nusyuz belum terulang/nusyuz untuk pertama kalinya,tapi dengan catatan jika dengan cara memukulnya memberi faidah.
وتقدير الآية عليه: واللاتي تخافون نشوزهن، فإن نشزن فاهجروهن في المضاجع، واضربوهن. فمعنى تخافون حينئذ تعلمون.
Ma’na dan maksud ayat “menakut-nakutinya” adalah “mengajarinya dengan menyampaikan ancaman Allah bagi isteri palaku nusyuz”.
وخرج بالعلم بالنشوز ما إذا ظهرت أماراته، إما بقول كأن صارت تجيبه بلام خشن بعد أن كان بليّنٍ،
Dikecualikan “dengan nyata nusyuznya” yaitu ketika baru ada tanda-tanda atau gelagat nusyuz seperti berbicara dengan bahasa yang kasar dan sebelumnya tidak pernah berkata kasar.
وإما بفعل كأن يجد منها إعراضا وعبوسا بعد تلطف وطلاقة وجه فإنه يعظها بلا هجر وبلا ضرب
Atau tanda nusyuznya melalui perbuatan,seperti acuh dan cemberut,yang sebelumnya ia lemah lembut dan selalu bermuka manis.Maka suami boleh menasihatinya tanpa hajr dan tanpa memukul.
(فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ) أي فيما يراد منهن (فَلاَ تَبْغُواْ) أي تطلبوا (عَلَيْهِنَّ سَبِيْلاً} أي طريقا إلى ضربهن كأن توبخوهنّ على ما مضى، فينجر الأمر إلى الضرب ويعود الخصام، بل اجعلوا ما كان منهن كأن لم يكن، فإن التائب من الذنب كمن لا ذنب ل
Apabila isteri-isterimu kembali taat ,maka jangan melewati batas atas isteri-isterimu (dengan membuka jalan atau mencari sebab untuk memukulnya,seperti menjelekkan dan mencela perbuatannya (nusyuz) yang telah lalu,hingga terbuka kembali masalah lalu dan kembali membuka ruang permusuhan (Jangan mengungkitnya),Dan anggaplah tidak pernah terjadi,karena sesungguhnya orang yang bertaubat dari satu dosa laksana orang yang tidak melakukan dosa itu. Wallahu A’lam.
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1536947752994694