Karya : Al Habib Abdullah Alwi Al Haddad
فصلٌ
ويَنبغي لِلمُريد أَن لاَ يزَالَ على طهَارةٍ، وكُلَّما أحدثَ تَوضَّأ وصلَّى ركعَتين، وإن كانَ مُتَأهِّلاً وأتى أهلَهُ فليُبادِر بِالاِغتِسالِ مِنَ الجَنابةِ في الوَقتِ، ولاَ يمكُث جُنُباً، وَيستَعينُ عَلى دَوامِ الطَّهارَةِ بِقِلَّةِ الأكلِ، فإنَّ الّذي يُكثِرُ الأكلَ يقَعُ لهُ الحَدثُ كثيراً فَتشُقُّ عليهِ المُداوَمةِ على الطَّهارةِ، وفي قِلَّةِ الأكلِ أيضاً مَعونَةٌ على السّهَرِ وهُو مِن آكَدِ وظائِف الإِرادةِ.
Seorang murid seharusnya senantiasa dalam wudlu, setiap dia berhadas dia segera berwudlu lalu dia menunaikan shalat sunnat 2 raka’at. Sekiranya dia mempergauli istrinya, segeralah mandi janabah pada masa itu juga, supaya tidak diam dalam keadaan junub. Supaya seorang murid senantiasa dalam keadaan thaharah ( suci ), hendaklah kalau makan jangan terlalu kenyang, sebab orang yang banyak makan selalu mendatangkan hadas. Dan kalau banyak berhadas tentulah akan menyusahkan diri untuk menjadikan diri selalu dalam keadaan suci. Dan mengurangi makan akan membantu mempermudah bangun malam untuk beribadat. Sedangkan amal di tengah malam sangat dibutuhkan untuk digalakkan.
والّذي يَنبغي لِلمُريدِ أن لا يأكُلَ إلا عن فاقةٍ، ولاَ ينامَ إلا عن غَلبَةٍ، ولاَ يَتكلَّمَ إلا في حاجَةٍ، ولاَ يُخالِطَ أحداً مِنَ الخَلقِ إلا إن كانِت لهُ في مُخالَطتِهِ فائدةٌ، ومَن أكثَرَ الأكلَ قَسا قَلبُه، وثَقُلَتْ جَوارِحُهُ عَنِ العِبادةِ، وكَثْرةُ الأكلِ تَدعو إلى كَثرةِ النَومِ والكلامِ، والمُريدُ إذا كُثُرَ نَومُهُ وكَلامُهُ صارَت إرادَتهُ صورةً لاَ حَقيقةَ لها، وفي الحديثِ:
“ما مَلأَ ابنُ آدمَ وِعاءً شرّاً مِن بَطنِهِ، حَسبُ ابنِ آدمَ لُقيماتٌ يُقِمنَ صُلبَهُ فإن كانَ لاَ مَحالةَ فَثُلثٌ لِطعامِه وثُلثٌ لِشَرابِه وثُلثٌ لِنَفَسِه”.
Seorang murid hendaklah tidak makan kalau tidak lapar dan tidak tidur kecuali sudah mengantuk, tidak berbicara kalau tidak perlu tidak bergaul dengan orang banyak kecuali dalam hal-hal yang berfaedah. Siapa yang suka makan banyak, hatinya akan menjadi keras seperti batu, saat itu juga anggota badannya akan merasa berat dan malas untuk ibadah, dan seorang yang banyak makan maka banyak tidur dan banyak bicara. Jika banyak tidur dan banyak bicara niscaya cita-cita yang dikehendaki akan jadi angan-angan kosong belaka.
Dalam sebuah hadist : ” Tiada satu tempat yang dipenuhi oleh anak adam yang lebih mencelakakan daripada perutnya. Cukup-lah untuk anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang belakangnya (untuk menahan kelaparan) jika tidak dapat dipertahankan, maka hendaklah dibagi 3 bagian, sepertiga untuk makanan sepertiga untuk minuman sepertiga lagi untuk pernafasan.”
فصلٌ
ويَنبغي لِلمُريد أَن يكونَ أَبعدَ النَّاسِ عنِ المَعاصي والمَحظوراتِ، وأَحفَظهُم لِلفَرائِضِ والمَأموراتِ، وأحرَصَهُم على القُرُباتِ، وأسرَعَهُم إلى الخَيراتِ، فإنّ المُريدَ لَم يَتَميَّزَ عن غَيرِهِ مِن النّاسِ إلا بالإقبالِ على الله وعلى طاعَتهِ، والتَّفرُّغِ عن كُلِّ ما يُشغِلُهُ عن عِبادَتِهِ.
Seorang murid harus selalu menjauhi segala rupa maksiat dan perkara-perkara yang dilarang, disamping menjadi manusia yang selalu menjaga dengan ketat masalah-masalah yang fardlu dan perkara-perkara yang dianjurkan.
Hendaknya menjadi orang yang selalu menjaga dan memelihara segala amal yang akan menjadi jalan untuk mendekatkan diri dengan Allah Ta’ala. Dan ia harus menjadi manusia yang paling cepat berbuat kebajikan, sebab seorang murid tidak akan berbeda dengan orang kebanyakan kecuali dengan sifat-sifat keistimewaannya. Seperti senantiasa berada di jalan Allah, selalu taat terhadapNya serta mengesampingkan diri dari segala perkara yang bakal menghalangi untuk beribadat pada Allah SWT.
ولِيكُن شَحيحاً على أنفاسِهِ، بَخيلاً بِأوقاتِهِ، لاَ يَصرِفُ مِنها قليلاً ولا كَثيراً، إلا فِيما يُقَرِّبهُ مِن ربّهِ، ويَعودَ عَليهِ بِالنَّفعِ في معَادِهِ.
ويَنبغي أن يكونَ لهُ وِرْدٌ مِن كُلِّ نوعٍ مِن العِباداتِ يُواظِبُ عليها، ولا يسمَح بِتَركِ شيءٍ مِنها في عُسرٍ ولاَ يُسرٍ، فَلْيُكثِر مِن تِلاوةِ القُرآنِ العظيمِ مَع التَدبُّرِ لِمعانيهِ، والتَّرتيلِ لألفاظِه
Seorang murid harus tidak menyia-nyiakan nafasnya dan menghargai waktu, tidak menggunakan nafas dan waktunya baik sedikit maupun banyak Kecuali dihabiskan dalam hal untuk mendekatkan diri pada TuhanNya dan amal bakti yang akan mendatangkan manfaat untuk akhiratnya. Seorang murid harus mempunyai wirid dari setiap macam ibadah yg dilakukannya secara kontinyu . Tidak meremehkan atau meninggalkan sesuatu daripadanya walaupun dalam keadaan susah atau masa yang senang. Hendaklah ia memperbanyak membaca Al-Qur’an al Karim dan merenungkan makna-makna dan mentartilkan lafadz-lafadznya.
وليكُن مُمتلِئاً بِعَظمةِ المُتكَلِّم عِند تِلاوةِ كَلامِه، ولاَ يَقرأُ كَما يَقرأُ الغافِلون الذينَ يَقرؤونَ القرآنَ بِألسِنةٍ فصيحةٍ وأصواتٍ عالِيَةٍ وقلوبٍ مِنَ الخُشوعِ والتَعظيمِ لله خاليةٍ، يَقرَؤونهُ كما أُنزِلَ مِن فاتِحتِه إلى خاتِمَتِه ولاَ يدرونَ مَعناهُ، ولاَ يعلَمونَ لأيِّ شيءٍ أُنزِلَ، ولَو عَلِموا لَعمَلوا، فإنّ العِلمَ ما نَفعَ، ومَن عَلِمَ وما عَمِلَ فَلَيسَ بينهُ وبَينَ الجاهِلِ فَرقٌ إلا مِن حيثُ إنّ حُجَّةَ الله عليهِ آكَدُ، فَعَلى هذا يَكونُ الجاهِلُ أَحسنُ حالاً منه، ولِذلِك قيلَ: كُلُّ عِلمٍ لاَ يَعودُ عَليكَ نَفعُهُ فَالجَهلُ أَعوَدُ عَليكَ مِنهُ.
Ketika membaca hendaklah ia merasakan kebesaran Zat Tuhan yang seolah-olah anda sedang bercakap-cakap dengan-Nya. Kalau anda sedang berbicara yang lain jangan campur adukkan dengan membaca Al-Qur’an seperti yang dilakukan oleh manusia-manusia yang alpa dan lalai.
Mereka membaca Al-Qur’an dengan lidah yang fasih dengan suara yang merdu namun hatinya kosong dari khusyu’ dan ta’zhim. Mereka membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir sedang mereka tiada faham satupun dari maksud dan maknanya, dan mereka tidak tahu kenapa dan apa hikmah Al-Qur’an diturunkan. Jika mereka tahu niscaya mereka akan mengamalkan segala kandungannya.
Sesungguhnya ilmu akan berguna kalau diamalkan. Orang-orang yang berilmu tetapi tidak mengamalkan tidak berbeda dengan orang-orang yang jahil, melainkan dalam suatu segi saja, yaitu Allah Ta’ala akan menjadikan hujjah (bukti) atas dirinya dihari kiamat. Dengan ukuran ini maka si jahil itu akan lebih bernasib baik dari si Alim yang tiada beramal nanti di hari kiamat.
Ada pepatah mengatakan setiap ilmu yang tidak membawa manfaat ke atas dirimu, maka lebih baik anda kembali jahil saja.
ولِيكُن لكَ – أيّها المُريدُ- حَظٌّ مِن التَّهجُّدِ فإنّ اللَّيلَ وَقتُ خَلوةِ العَبدِ معَ مَولاهُ فأكثِر فيهِ مِن التَّضرُّعِ والاِستِغفارِ، وناجِ ربَّكَ بِلِسانِ الذِّلّةِ والاِضطِرارِ، عَن قلبٍ مُتحقّقٍ بِنِهايةِ العَجزِ وغايَةِ الاِنكِسارِ، واحذَر أن تَدعَ قِيامَ الليلِ فلا يأتي علَيك وقتُ السَّحرِ إلا وأنتَ مُستيقِظٌ ذاكِرٌ لله سُبحانَهُ وتعالى .
Wahai murid, adakan waktu untuk dirimu bangun di tengah malam bertahajjud, sebab waktu malam waktunya seorang hamba berkhalwat dengan Tuhan-Nya. perbanyaknya di waktu tersebut Tadharru’ (merendahkan diri), Istighfar dan jangan lupa bemunajat pada Tuhanmu dengan bahasa yang merendah dan berserah diri dengan hati yang penuh keyakinan tentang kelemahan-kelemahan dan ketidak kekuasaan dirimu. Awas, jangan sekali-kali anda mengabaikan bangun tengah malam, tidakla datang waktu sahur melainkan anda segera bangun serta berzikir pada Allah SWT. Wallohu a’lam. [Oleh : Ust. Nur Hamzah].
LINK ASAL :
www.fb.com/notes/1600729149949887/