660. MAKALAH: PEMBERIAN STATUS MURTAD KEPADA SESAMA MUSLIM

660. MAKALAH: PEMBERIAN STATUS MURTAD KEPADA SESAMA MUSLIM
PEMBERIAN STATUS MURTAD KEPADA SESAMA MUSLIM
oleh Imam Nawawi pada 04 Oktober 2011 jam 6:23
Oleh: Ustadz Ishak
Baru-baru ini, saya masih dapat membaca hadirnya fenomena memberikan status murtad kepada sesama umat islam. Sejujurnya saya terkejut, karena pengafiran ini justru muncul di grup diskusi dunia maya yang mengusung nama “tasawuf”. Biasanya para ahli tasawuf adalah ahli-ahli yang mampu menyelami seluk beluk hati sehingga dapat lebih berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam menghakimi. Saya pikir kekeruhan hati seperti ini sudah musnah dari dunia tasawuf. Ternyata saya salah….
Keterkejutan itu tak bertahan lama, akhirnya tak lama kemudian saya tersenyum, saya lupa bahwa ini adalah grup diskusi dunia maya, yang penulisnya bisa siapa saja. Bukan tak mungkin dari golongan non-muslim, atau bahkan dari musuh-musuh islam yang menyusup.
Jika pelakunya adalah musuh islam yang disusupkan seperti pada kasus SHR, maka saya tidak usah berkomentar banyak.  Mereka memang diperintahkan untuk mempelajari islam. Tidak untuk mengimaninya, melainkan untuk mencari kelemahannya kemudian menghancurkannya.
Biasanya taktik kotor ini mudah dideteksi. Mereka biasanya melakukan agitasi, kampanye (propaganda) pada mas media dan elektronikdengan gencar dan memiliki frekuensi tinggi, sehingga orang-orang yang masih sederhana pola pikirnya, mudah terhasut dan akhirnya membenarkan. 
Propaganda pikiran jahat itu dimulai dari penterjemahan, interpretasi dan penyajian serta pengacauan fakta-fakta yang menyimpang, kasar, halus dan disengaja.
Distorsi dan mis-interprestasi ini betul-betul dikemas dengan kepiawaian bahasa mereka dan logika yang menipu sehingga “para pencari” kesulitan atau benar-benar tidak memahami aspek islam yang sebenarnyaMereka terperangkap kebohongan yang berhias kefasihan, dan akhirnya menelan pil-racun yang berlapis gula kebohongan dan mengikuti tulisan tersebut.
Tetapi jika hal itu dilakukan oleh sesama umat islam, maka diamnya saya hanya menghasilkan dosa. Maka izinkan saya berbicara. Maaf jika ada yang tersindir / tersinggung. Dan inilah tausyiah / nasihat bagi mereka :
1. JANGAN KAU GELAPKAN AKHIRATMU DENGAN MENDZHALIMI MEREKA
Saudaraku, ketika engkau mengutuk, memberikan status murtad atau kafir, atau mendoakan saudaramu agar celaka, maka setan berkata dengan suara merdu, “Aku sangat berterimakasih kepadamu lebih dari semua makhluk yang ada di muka bumi. Karena permohonanmu agar saudaramu sesama islam dicelakakan, telah dikabulkan oleh Allah. Dengan cara itu, engkau telah meringankan bebanku. 
2. JANGAN KAU SAKITI MEREKA DENGAN KEBODOHANMU DALAM BERMUAMALAH
Saudaraku, mungkin cerita ini bisa memberimu pencerahan :
Umar ra. Bertanya kepada Khudzaifah bin yaman : “Bagaimana keadaanmu pagi ini, wahai khudzaifah ?” Khudzaifah menjawab: “Pagi ini aku menyukai fitnah, membenci kebenaran (haq), shalat tanpa berwudhu dan aku memiliki sesuatu di muka bumi, apa yang tidak dimiliki oleh Allah di langit.”
Mendengar jawaban itu maka Umar marah. Ali karramallahu wajhah datang menemuinya dan berkata kepadanya : “Di wajahmu terlihat tanda kemarahan, wahai amirul mukminin.” Kemudian Umar menceritakan kepada Ali tentang apa yang menyebabkannya marah kepada Khudzaifah.
Kemudian Ali berkata : “Sungguh benar Khudzaifah. Adapun kecintaan kepada fitnah berarti kecintaan kepada harta dan anak-nak, sebagaimana Allah berfirman dalam Al Quran “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (fitnah) (bagimu) (QS At Taghaabun (64):15). Adapun dia membenci kebenaran (haq) berarti dia membenci kematian, karena kedatangan kematian adalah benar (haq). Dan shalat tanpa berwudhu berarti shalawatnya atas Nabi saw. Adapun yang dimilikinya di muka bumi yang tidak dimiliki oleh Allah di langit berarti dia memiliki istri dan seorang anak, sedangkan Allah tidak beristri dan beranak. Hal ini sebagaimana firman Allah “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan” (QS Al Ikhlash : 3)
Umar berkata : “Demi Allah, engkau telah membuatku puas dan lega.”
Saudaraku, berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar hanya  karena pemahamannya yang buruk. 
Apalagi ilmu hikmah sangat pelik dan mendalam. Hikmah adalah karunia Allah. Suatu ilmu yang paling agung, suatu kebaikan yang paling utama dan merupakan dasar keutamaan, dan induk segala kebaikan. Hanya segelintir orang yang diberikan kebijakan berupa hikmah, sebagaimana Allah berfirman : “Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barang siapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS Al Baqarah : 269)
Hikmah itu berasal dari kesempurnaan Dzat Allah swt dan keberlangsungan eksistensinya yang terus menerus, tiada pernah berakhir. Allah memberikannya kepada orang-orang pilihan-Nya. Jarang orang mendapatkannya kecuali ia telah meninggalkan keduniawian, menundukkan hawa nafsunya sambil membawa ketakwaan, ke-wara-an, ke-zuhud-an hakiki dan masuk ke jalan orang-orang yang didekatkan dengan Allah, dari kalangan malaikat atau hamba-hamba-Nya yang shalih, sehingga Allah menganugerahinya suatu ilmu, lalu memberinya hikmah dan kebaikan. Menghidupkannya dengan kehidupan yang baik, dan memberikan cahaya yang mampu menuntunnya di dalam kegelapan jalan dunia. Sebagaimana firman Allah : “Dan apakah orang yang sudah mati. Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? (QS Al An Am : 122)
Nah saudaraku, cerita di atas menceritakan kepadamu perbedaan antara orang yang telah diberi ilmu hikmah dan orang yang belum diberi ilmu hikmah. Perbedaannya tampak mencolok, bagaikan perbedaan langit dan bumi. Tetapi bukan itu yang ingin diketengahkan hari ini, inti dari cerita di atas adalah bahwa jika engkau telah mendapatkan ilmu hikmah, maka engkau akan dapat memandang sesuatu hal secara dalam dan arif. Pemahaman terhadap ilmu Allah terpancar dari wajah dan bahasa. Keputusanmu bukanlah keputusan serampangan, melainkan dengan hujah (dalil) yang nyata sehingga keputusanmu adalah keputusan yang bercahaya, sehingga dengan demikian, engkau dapat menyelematkan seseorang dari fitnah dan kebodohan orang lain.
Tetapi, ketahuilah olehmu saudaraku, bahwa kajian-kajian Ilahiah dan pengetahuan-pengetahuan ketuhanan sangatlah tersembunyi, suatu jalan yang pelik. Barang siapa yang ingin menyelami lautan pengetahuan Ilahi dan mendalami hakikat ketuhanan, maka ia harus menempa diri dengan latihan-latihan (riyadhah) ilmiah dan amaliah serta memperoleh kemampuan bawaan (malakah) untuk menanggalkan beban berat di badannya, untuk kemudian naik ke kerajaan langit. Dan di situlah engkau akan “menemukan” Tuhan, dan merasa nyaman dalam pangkuan-Nya.
Ingatlah, bahwa sebagian kaum memiliki kebencian terhadap perbedaan paham lawannya. Kebencian ini membuat ia sibuk mendistorsi fakta-fakta mengenai islam, sehingga secara tak langsung mereka menghancurkan islam dari dalam. Semoga Allah melindungi kita dari hal tersebut.
Semoga engkau termasuk ke dalam golongan yang didekatkan oleh Allah kepada-Nya. Sehingga dengan kedekatanmu, Allah menganugerahimu ilmu hikmah yang akan menerangi jalanmu di dunia ini. Amin…
3. BIARKAN ALLAH BESERTA HAMBANYA
Saudaraku, walaupun abu jahal dikenal sebagai salah seorang dari musuh Rasul senior, kenyataannya Nabi masih menasihatinya secara personil.
“Wahai abu jahal”, nabi memulai, “tahukan kamu cerita nabi Ibrahim ketika beliau diangkat oleh Allah ke alam malakut (alam malaikat) dan ke tempat yang sedikit di bawah langit. Dari sana ia diberikan oleh Allah suatu kekuatan sehingga bisa menyaksikan apa yang dilakukan oleh manusia di dunia, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Ketika dilihatnya dua orang yang sedang berzina, Ibrahim mengangkat kedua tangannya dan berdoa memohon kutukan dan kecelakaanbagi mereka. Doa ini dikabulkan. Kemudian Ibrahim melihat dua orang lain yang melakukan hal yang sama. Dipanjatkannya lagi doa kutukan sampai keduanya celaka. Sampai Ibrahim melakukan hal tersebut untuk ketiga kalinya.
Melihat hal itu, Allah berfirman kepada nabi Ibrahim : Wahai Ibrahim, tahanlah doamu kepada mereka. Sungguh Aku adalah Allah yang maha pengampun dana maha penyayang. Dosa hamba-hambaku tidak merugikanku, sebagaimana ketaatan mereka tidak akan menambahkan apa-apa bagiku. Aku tidak mengatur mereka dengan cara melampiaskan rasa murka seperti halnya yang kau lakukan. Tahanlah doamu dari hamba-hambaku, yang laki-laki dan perempuan karena engkau hanya seorang hamba yang bertugas memberikanperingatan. Engkau tidak bersekutu denganku dalam kerajaan-Ku. Engkau tidak mempunyai kuasa terhadap-Ku dan terhadap hamba-hambaKu. Hamba-hambaku berada di antara tiga sifat
Pertama, mereka yang memohon ampun dariKu. Aku ampuni mereka. Aku maafkan kesalahan-kesalahan mereka dan aku sembunyikan aib-aib mereka.
Kedua, hamba-hamba-Ku yang Ku tahan mereka dari azab-Ku karena Ku tahu kelak dari sulbi mereka akan lahir anak keturunan yang beriman. Aku bersikap lunak kepada ayah-ayah mereka mereka dan tidak terburu-buru terhadap ibu-ibu mereka. Aku angkat azabku agar hambaku yang mukmin itu bisa keluar dari sulbi mereka. Apabila mereka dan anaknya sudah terpisah, maka akan datanglah saat azab-ku dan turunlah bencana-Ku.
Ketiga, mereka yang bukan dari golongan pertama dan kedua. Untuk mereka telah ku siapkan azab yang lebih besar dari kau (Ibrahim) inginkan. Karena azab-ku terhadap hamba-hambaku berdasarkan keagunganKu dan kemahaperkasaanKu.
Wahai Ibrahim, biarkan antara Aku dan hamba-hamba-Ku. Karena Aku lebih kasih terhadap mereka dibandingkan dengan engkau, dan Aku adalah Allah yang maha kuasa, maha sabar, maha mengetahui dan maha bijaksana. Aku mengatur mereka dengan ilmu-Ku dan Aku laksanakan terhadap mereka ketentuan dan takdir-Ku.
4. UCAPAN KOTOR BERASAL DARI HATI YANG KOTOR
“Wahai saudaraku, sesungguhnya orang kau murtadkan telah menemui Rabb-nya. Dan ingatlah bahwa ketika engkau kelak menghadap pula kepada Allah Azza wa Jalla. Engkau pasti akan sadar bahwa dosa terkecil yang pernah engkau lakukan di dunia jauh lebih berat bagimu dibandingkan kejahatan terbesar yang dilakukan oleh orang yang kau murtadkan.
Di hari itu (kiamat), engkau tidak akan pernah memikirkan dosa terbesar oleh orang yang kau murtadkan, walaupun ia begitu besar. Sebab engkau hanya memikirkan dirimu sendiri, walaupun dosa itu mungkin tidak sebanding dengan kedzaliman orang yang kau murtadkan.Ya, saudaraku, masing-masing kalian kelak akan sibuk dengan dirinya sendiri.
Ketahuilah saudaraku, bahwa Allah azza wa jalla akan menuntut balas pada orang yang kau murtadkan, terhadap orang-orang yang didzaliminya. Sebagaimana juga Ia akan menuntut balas kepada orang-orang yang mendzalimi orang yang kau murtadkan, untuknya. Maka bila engkau hari ini mendzalimi orang yang kau murtadkan, pasti Allah akan menunututmu di akhirat akibat kedzaliman itu.
Berhati-hatilah menjelek-jelekan siapapun dengan kata-kata kotor. Termasuk orang yang kau berikan status murtad. Allah tidak akan membiarkanmu menodai dan mengotori majelisnya dengan celaan dan kebencian kepada siapa saja.
5. TIRULAH RASUL DALAM MELURUSKAN KESALAHAN ORANG
Wahai saudaraku, ketika engkau memurtadkan saudaramu sesalam muslim, tanyakanlah kepada dirimu sendiri, “Kira-kira, manakah yang lebih baik, Dirimu atau Nabi Musa?” Jawabanmu pastilah, “Sudah tentu Nabi Musa lebih baik daripada saya.”
Lalu tanyakanlah pertanyaan kedua,  “lalu, siapakah menurut pendapatmu yang lebih jahat, orang yang kau murtadkan atau Firaun?”Tentu jawabanmu adalah, “Pada hemat saya, Firaun masih lebih jahat daripada orang yang saya murtadkan.
Maaf, saudaraku. Seingat saya, bagaimana pun jahatnya Firaun, sampai ia mengaku tuhan, dan bertindak kejam kepada umat Nabi Musa, malah telah merebus hidup-hidup dayang-dayang putrinya yang bernama Masyitah beserta susuannya, pun Nabi Musa diperintahkan Allah untuk berkata dengan lemah lembut kepada si zalim itu. Tolong dapatkah Tuan membacakan buat saya perintah Allah yang dimuat dalam Al-Quran Surat Thoha ayat 44 tersebut?” “Berikanlah, hai Musa dan Harun, kepada Firaun nasihat-nasihat yang baik dengan bahasa yang halus, mudah-mudahan ia mau ingat dan menjadi takut kepada Allah.” (QS Toha : 44)
Karena itu, pantas bukan kalau saya meminta Tuan untuk menegur orang yang salah dengan bahasa yang lebih sopan dan sikap yang lebih bertata krama? Lantaran Tuan tidak sebaik Nabi Musa dan orang yang tuan murtadkan tidak sejahat Firaun? Ataukah barangkali Tuan mempunya Al-Quran lain yang memuat ayat 44 surat Thaha itu?”
Saudaraku, hatimu mungkin tidak puas, rasanya masih ingin mengutuk dengan kalimat yang lebih garang dan keras. Akan tetapi, bagaimanapun pahitnya, perintah Allah harus dipatuhi, ayat Al-Quran harus dipegang.
Kutiplah surah An-Nahl ayat 125 yang berbunyi : “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, dengan nasihat yang baik.
Jika seseorang melihat bahwa ada saudaranya sesama muslim menyimpang, mengapa ia tidak menyayangi saudaranya dengan meluruskannya ? Tidak hanya berkoar memurtadkan orang lain, sementara ia sendiri tidak melakukan perbaikan.
6. Seyogianya seseorang tidak mencampur adukkan pendapat pribadi pada hal-hal yang menjadi hak prerogatif Allah.
Pengafiran dan pemurtadan adalah hak prerogatif Allah, bukan hak manusia. Tahanlah ucapan-ucapanmu dari hamba-hamba Allah, yang laki-laki dan perempuan karena engkau hanya seorang hamba yang bertugas memberikan peringatan. Engkau tidak bersekutu dengan Allah dalam kerajaan-Nya, juga tidak bersekutu dalam surga dan neraka-Nya. Engkau tidak mempunyai kuasa terhadap-keputusan Allah dan terhadap hamba-hamba-Nya.
Sebelum seorang menggenggam surga dan neraka di kedua tangannya, ia tidak boleh memberikan status kafir atau murtad kepada sesama muslim.
7. TAHUKAH ENGKAU
Berhati-hatilah  saudaraku, barangkali orang yang sekarang engkau beri status murtad, bisa jadi memiliki lautan kebaikan di masa sebelumnya – maka – bisa jadi kesalahan itu telah lenyap di tengah lautan kebaikannya.
Atau barangkali ketika engkau memberikan status murtad kepadanya, ia sudah bertaubat lama, dan menggantikan kesalahannya dengan kebaikan yang melangit. Sehingga status murtad yang engkau berikan akhirnya menjadi fitnah dan dosa untukmu. 
Nah saudaraku, semoga kita semua diberkahi Allah, sehingga tidak melangkahi kuasa-Nya. Amin.

Pos terkait