Kepala Universitas, Syeikh al-Hajuri Yahya, yang tetap di Dammaj, mendorong para pengikutnya dalam sebuah pernyataan tertulis yang didistribusikan pada rapat umum tersebut untuk memulai “jihad terhadap Syiah Rafida al Houti,” menggunakan istilah yang diciptakan oleh Salafy Saudi untuk menggambarkan Syiah.
Dikutip AFP, perwakilan pemberontak ‘di Sanaa, Khaled al-Madani, menuduh lembaga Darul Hadits adalah lembaga garis keras yang melakukan penghasutan sektarian.
Seperti diketahui, kelompok Syi’ah telah melakukan upaya blokade dan pengepungan terhadap Markaz Darul Hadits Dammaj, Yaman. Markas Darul Hadits Dammaj adalah markas kelompok yang menamakan diri mereka sebagai kelompok salafiyin. Tidak ada penjelasan detail sejak kapan pengepungan berlangsung. Demikian laporan yang ditulis Rabi bin Hadi ‘Umair al Madkhali yang diperoleh dari situs Sahab.
Rabi bin Hadi ‘Umair al Madkhali, salah seorang pemimpin kelompok Salafy, juga mengajak para pengikutnya untuk melawan serangan kelompok Syiah, di Dammaj, Yaman melalui surat tertanggal 4 Dzulhijjah 1432 H yang dipublikasikan di Sahab.net.
Darul Hadits terletak di daerah yang dikuasai oleh pemberontak Syiah Houti, didirikan pada tahun 1980 oleh almarhum Syeikh Muqbil Bin Hadi Al Wadie. Saat ini menampung lebih dari 10.000 mahasiswa.
Demikianlah informasi yang kami dapatkan dari berbagai sumber tentang tragedi antara kelompok manusia yang sama-sama telah bersyahadat namun berbeda pemahaman terhadap Al Qur’an dan As Sunnah.
Tiga permasalahan besar yang kita, kaum muslim pada umumnya hadapi yang ketiga-tiganya akibat korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi
1. Sekte berpemahaman SEPILIS (Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme), mereka yang memahami Al Qur’an dan As Sunnah sesuai kepentingan atau kemauan mereka sendiri.
2. Sekte Syiah khususnya yang membenci Khulafaur Rasyidin lainnya. Mereka yang ditanyakan oleh Imam ‘Ali رضي الله عنه berkata: aku bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah ciri-ciri mereka? Baginda صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم bersabda: “Mereka menyanjungimu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”. Kita harus dapat membedakan antara keturunan cucu Rasulullah dengan para pengaku pengikut Imam Sayyidina Ali ra.
3. Sekte yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataannya tidak lebih dari mengikuti pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah. Mereka yang memahami Al Qur’an dan As Sunnah secara harfiah (dzahir) atau yang kami katakan dengan metodologi pemahaman “terjemahkan saja” . Mereka menamakan dirinya Salafi (pengikut ulama Ibnu Taimiyyah) dan dinamakan Salafi Wahhabi atau disingkat Wahhabi bagi pengikut pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah melalui pemahaman ulama Muhammad bin Abdul Wahhab. Syaikh Ahmad ibn Hajar al- Butami dalam biografi Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab yang juga ditashhihkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz, mengakui Wahhabi adalah ajaran Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab.
– Di halaman 59 disebutkan : ﻓﻘﺎﻣﺖ ﺍﻟﺜﻮﺭﺍﺕ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ ﺩﻋﺎﺓ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﻴﻦ “maka tegaklah revolusi di atas tangan para da’i Wahhabi”
– Di halaman 60 disebutkan : ﻋﻠﻰ ﺃﺳﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻓﻲ ﻣﻜﺔ “atas dasar dari dakwah agama wahhabi di Mekkah” , ﻳﺪﻳﻨﻮﻥ ﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻲ , “mereka beragama dengan Islam atas Mazhab Wahhabi”
Selain permasalah tiga sekte utama di atas ada sekte-sekte lainnya seperti
Sekte Ahmadiyah didirikan oleh seorang Freemasonry India Mirza Ghulam Ahmad, yang radikal disebut aliran Qadyani, dan yang halus disebut aliran Lahore. Biaya dakwah dan tablighnya itu dari Freemasonry International melalui penguasa Inggris.
Dibiayai oleh Freemasonry pada tahun 1946 didirikan sekte Quraniyah dipimpin oleh Syekh Yakub dari Palestina, segala sesuatu harus berdasar Qur’an tanpa tafsir dan semua hadits Nabi saw ditolaknya, sehingga mereka shalat dan saum hanya berdasarkan Qur’an, tidak ada raka’at dalam shalat, tidak ada bacaan tertentu dalam shalat, tidak ada adzan, qamat dsb.
Sekte Bahaiyah yang didirikan seseorang Freemason Abdulbaha kelanjutan dari paham “Babbiyah” yang diusung oleh Mirza Ali Muhammad (meninggal tahun 1853 M). Ia mendakwakan dirinya “Al Bab”. Dalam dakwahnya ini ia menerangkan bahwa agama yang tiga semuanya benar, semuanya datang dari Allah. Karena itu ketiganya harus disatukan, tidak ada Yahuidi, tidak ada Nasrani dan tidak ada Islam, yang ada ialah “Dinullah” (Agama Tuhan).
Sekte Bahaiyah beri’tiqad (aqidah) bahwa Tuhan menjelma ke dalam tubuh Bahaullah, jadi ia adalah manifestasi dari Tuhan diatas dunia. Nampak i’tiqadnya diambil dari kepercayaan Kristen atau kepercayaan Budha, yang mempercayai ada Tuhan yang batin dan ada bagiannya yang melahirkan dirinya. Hal ini diyakini juga oleh segelintir umat muslim yang berkeyakinan bahwa Tuhan bertempat di tempat yang tinggi (di atas ‘Arsy) hanya dapat dilihat ketika manusia telah berada di surga dan firman Allah Azza wa Jalla yang artinya “Aku adalah dekat” (QS Al Baqarah [2]:186 ) adalah ilmuNya. Mereka yang tidak dapat membedakan “mencari-cari takwil” dengan “mentakwilkan” justru mentakwilkan “Aku adalah dekat” adalah ilmuNya.
Seluruh sekte-sekte ini pada hakikatnya adalah korban pengaruh ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi guna memecah belah kaum muslim dari dalam. Mereka melakukan ghazwul fikri melalui pusat-pusat kajian Islam yang mereka dirikan atau melalui cendikiawan muslim/non muslim yang telah “dibentuk” atau “ditugaskan” oleh mereka.
Empat gerakan yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi yakni
1. Paham anti mazhab, umat muslim diarahkan untuk tidak lagi mentaati pimpinan ijtihad atau imam mujtahid alias Imam Mazhab
2. Pemahaman secara ilmiah, umat muslim diarahkan untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan akal pikiran masing-masing dengan metodologi “terjemahkan saja” hanya memandang dari sudut bahasa (lughat) dan istilah (terminologis) namun kurang memperhatikan nahwu, shorof, balaghoh, makna majaz, dll
3. Paham anti tasawuf untuk merusak akhlak kaum muslim karena tasawuf adalah tentang Ihsan atau jalan menuju muslim yang Ihsan atau muslim yang berakhlakul karimah.
4. Paham Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme (SEPILIS) disusupkan kepada umat muslim yang mengikuti pendidikan di “barat”
Kaum Zionis Yahudi dalam upaya ghazwul fikri mereka mempelajari Al Qur’an dan AS Sunnah namun pemahaman mereka semata-mata adalah pemahaman ilmiah , pemahaman secara harfiah atau pemahaman secara dzahir, apa yang tertulis / tersurat. Mereka tidak akan mendapatkan pemahaman secara tersirat atau pemahaman secara hikmah karena pemahaman secara hikmah hanya dikaruniakan oleh Allah Azza wa Jalla kepada orang-orang yang dikehendakiNya
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya “Allah menganugerahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 )
Tentulah kaum Zionis Yahudi bukanlah termasuk orang-orang yang dikehendakiNya bahkan mereka yang dimurkaiNya
Diriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah dengan sanadnya dari Adi bin Hatim. Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Abu Dzar, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang orang-orang yang dimurkai“, beliau bersabda, ‘Kaum Yahudi.’ Saya bertanya tentang orang-orang yang sesat, beliau bersabda, “Kaum Nasrani.“
Kaum Zionis Yahudi, merupakan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap manusia yang telah bersyahadat
Firman Allah ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik” ( QS Al Maaidah [5]: 82 ).
Kaum Zionis Yahudi atau juga dikenal dengan lucifier, freemason atau iluminati adalah mereka yang mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman. Telah dijelaskan tentang adanya kaum Zionis Yahudi dalam firman Allah ta’ala yang artinya “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102 )
Jadi pada hakikatnya kaum Zionis Yahudi adalah pengikut syaitan yang berupaya menjerumuskan manusia kedalam kekufuran.
Salah satu cara ghazwul fikri yang dilakukan oleh kaum Zionis Yahudi agar kaum muslim terjerumus kedalam kekufuran adalah mengangkat kembali pemahaman ala pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah.
Ulama Ibnu Taimiyyah adalah ulama yang dikenal memahami Al Qur’an dan As Sunnah lebih bersandarkan kepada belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dan memahaminya dengan akal pikiran sendiri.
Para ulama telah menyampaikan bahwa jika memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dan memahaminya dengan akal pikiran sendiri, kemungkinan besar akan berakibat negative seperti,
1. Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) , ibadah yang kehilangan ruhnya atau aspek bathin
2. Tasybihillah Bikholqihi , penyerupaan Allah dengan makhluq Nya
Ibadah fasidah (ibadah yang rusak) ditimbulkan dari kesalahpahaman misalkan kesalapahaman tentang bid’ah yang dapat menjerumuskan kedalam kekufuran sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/12/06/2011/11/03/ahli-bidah-sebenarnya/ atau kesalahpahaman berakibat pengingkaran hadits Rasulullah sebagaimana contoh yang diuraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/11/22/tidak-cukup/
Tasybihillah Bikholqihi , penyerupaan Allah dengan makhluq Nya berakibat terjerumus kedalam kekufuran.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir secara pasti.”
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Begitupula peringatan yang disampaikan oleh khataman Khulafaur Rasyidin, Imam Sayyidina Ali ra dalam riwayat berikut,
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir.“
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.” (Imam Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm Al-Mu’tadi).
Tragedi yang terjadi pada Universitas Darul Hadits Dammaj Yaman yang merupakan “peperangan” di antara dua buah sekte korban ghazwul fikri dari kaum Zionis Yahudi pada hakikatnya merupakan keberhasilan kaum Zionis Yahudi menjerumuskan manusia kedalam kekufuran karena membunuh manusia yang telah bersyahadat adalah perbuatan kufur.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Rasulullah lalu bertanya: ‘Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? ‘ Aku menjawab, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang.” Rasulullah bertanya lagi: “Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak?” Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu.” (HR Muslim)
Peperangan yang timbul diantara sekte Salafi dengan sekte Syiah pasti diawali dengan “interaksi” pada kedua belah pihak, sehingga sekte Syiah berkesimpulan bahwa lembaga Darul Hadits adalah lembaga garis keras yang melakukan penghasutan sektarian. Informasi terkait http://isnad.net/baru-pengumuman-perang-oleh-syiah-untuk-ahlussunah-di-dammajyaman
Telah kami sampaikan bahwa berdakwah tidak dapat dilakukan dengan “kekerasan” seperti dengan jarh wa ta’dil. Jarh wa ta’dil hanya dipergunakan dalam periwayatan hadits semata sedangkan pada zaman ini sebaiknya berdakwah bil hikmah. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/24/jarh-wa-tadil/
Berikut contoh bagaimana ulama keturunan cucu Rasulullah (para Habib) menasehati para pengaku pengikut Imam Sayyidina Ali ra alias sekte Syiah.
*****awal kutipan*****
Assalamualaikum warohmatullohi Wabarokatuh, Waba’du.
Dalam rangka melaksanakan kewajiban sebagai orang tua dan kerahmatan serta kasih sayang dan nasehat, maka kami tekankan kepada kalian untuk berpegang teguh kepada petunjuk dan thorigoh para Aslaf kalian Ash Sholihun, dari sesepuh sesepuh kita dan ayah ayah kita serta ayah ayah mereka dan sesepuh sesepuh mereka. Generasi kegenerasi sampai kegenerasi para leluhur kita, seperti Al Imam Alhaddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almugoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthorigoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Al Muhajir Ilalloh Ahmad bin Isa dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Sadatina Ash Shodig dan Albagir dan Zainal Abidin, sampai ke kedua cucu yang terhormat Al Hasan dan Al Husin dan ayah mereka Al Karror (Imam Ali ) serta ibu mereka Az Zahro, sampai ke Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Alihi Wa Shohbihi Wa Sallam.
Jalan mereka semuanya adalah keimanan dan ketaqwa’an, yang berdiri diatas Ilmu, Amal, Ikhlas, Alkhouf serta Warok. Dan sifat mereka adalah sayang hamba hamba Alloh serta sangka baik kepada mereka. Dan mempersatukan kekuatan Muslimin dan merukunkan antara hati mereka dan membersihkan diri dari caci dan maki dan sangka buruk, serta mencari kedudukan dan untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Kemudian memfokuskan hati untuk cinta kepada Alloh dan Rosulnya serta para Nabinya, Malaikat, Sahabat, Tabi’in, Ahlul Bait dan Sholihin hususnya, serta semua orang yang mengucap La Ilaha Illalloh, dari zaman Adam sampai yaumul hisab pada umumnya.
Dan Sunnah yang baik menyumber dan keluar dari rumah mereka, mereka adalah orang orang yang berpegang teguh dengannya dan mereka itulah Imam Imam Ahlussunnah Wal Jamaah. Kemudian kami wasiatkan kepada kalian untuk mempelajari sejarah mereka dan ahlaq mereka serta managib dan sifat sifat mulia mereka, kemudian meniru dan mengikuti mereka. Maka pelajari dan kaji dengan baik apa yang ada di buku buku: Syarhul Ainiyyah, Ghuror Albaha’ Adh Dhowi, Albargoh Almasyigoh, Al Igdunnabawi Wafaidhul Asror dan serupa dengannya dari kitab kitab yang menghadapkan kalian kepada kenyataan dari jalan orang orang yang terhormat serta pengetahuan dan petunjuk mereka.
Ketahuilah bahwa orang orang Islam sedang mengalami ujian Kristenisasi dan ajakan ajakan kepada aneka macam keburukan dan kemungkaran, serta meremehkan dan mengolok olok agama, dan fitnah adu domba dan perpecahan serta menyulut kebencian dan permusuhan dan kekacauan dan pengkeruhan pada benak dan hati. Dan dampaknya telah sampai kepada anak anak kita Al Abi Alawi. Maka berhati hatilah setiap orang dari kalian menjadi penyebab penguatan dan penyebaran fitnah dan ujian tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Ketahuilah bahwa apabila seseorang dari kami atau dari kalian mendapat kemuliaan dan kehormatan untuk bergabung pada kelompok atau golongan, maka kemuliaan dan kehormatan yang kami pilih adalah bergabung kepada Sanad yang bersambung kepada Rosululloh. Dan golongan inilah yang membawa bendera Da’wah Islamiyah dan kejujuran serta kesabaran dan tawadhuk dan ihlash. Bukan bergabung kepada salah satu pergerakan dan fron fron dan kelompok kelompok lain yang saat ini tersebar didunia yang bercampur dengan politik yang kotor dan kepentingan kepentingan yang jelek.
Tidakkah kita dengan sungguh sungguh menghendaki untuk dikumpulkan di Mahsyar dalam salah satu kelompok pada hari kiamat, kecuali bersama mereka.
فهم القوم الذين هدوا، وبفضل الله قد سعدوا ولغير الله ماقصدوا، ومع القران فى قرن
Mereka adalah kaum yang mendapat hidayat, dan dengan karunia Alloh mereka bahagia.
Mereka tidak menuju keselain Alloh, dan mereka selalu bersama Al Qur’an.
رب فانفعنا ببركتهم، واهدنا الحسن بحرمتهم وأمتنا فى طريقتهم، ومعافاة من الفتن
Tuhanku berilah manfaat kepada kami dengan barokah mereka, dan tunjukkan kepada kami kebajikan dengan berkat kehormatan mereka.
Dan matikanlah kami dalam jalan mereka, serta selamatkanlah kami dari fitnah.
وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين.
Ditulis pada hari Rabu tanggal 17 Robiul Akhir 1429 Hijriyah, bertepatan 23 April 2008 M
***** akhir kutipan *****
Sifat “kekerasan” yang timbul dari lembaga Darul Hadits Dammaj Yaman dikarenakan mereka hanya mempelajari dan mendalami perkara Syariat semata sebagaimana pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah, ulama Muhammad bin Abdul Wahhab, ulama Ibnu Utsaimin, ulama Sholih Fauzan dll seperti yang tercantum pada http://isnad.net/apa-yang-diajarkan-di-darul-hadits-dammaj
Mereka tidak mendalami dan menjalankan tasawuf dalam Islam yakni thariqat (jalan) untuk mencapai muslim yang Ihsan.
Padahal para pemimpin ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias Imam Mazhab yang empat telah memperingatkan kita bahwa janganlah hanya mendalami perkara syariat semata.
Imam Malik ra menyampaikan nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fikih (perkara syariat) rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia ., hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar” .
Imam Syafi’i ra menyampaikan nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?”
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 47]
Output keluaran dari Darul Hadits Dammaj Yaman boleh jadi menciptakan manusia yang keras sebagaimana contohnya yang terlukis dalam
“Kekerasan” timbul karena mereka hanya mendalami perkara syariat dan tidak dibekali tentang tasawuf dalam Islam, thariqat (jalan) untuk mencapai muslim yang Ihsan atau mencapai muslim yang berakhlakul karimah.
Nasehat Imam Sayyidina Ali ra kepada puteranya yang berisikan “rencana” pendidikan agama dan tidak memulainya dengan perkara syariat namun dengan mengedapankan pendidikan ke-ihsan-an atau akhlakul karimah. Selengkapnya dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/15/2010/11/04/nasehat-sayyidina-ali-ra/
Berikut kutipannya
***** awal kutipan *****
Sejak awal aku bermaksud menolong mengembangkan akhlak yang mulia dan mempersiapkanmu menjalani kehidupan ini. Aku ingin mendidikmu menjadi seorang pemuda dengan akhlak karimah, berjiwa terbuka dan jujur serta memiliki pengetahuan yang jernih dan tepat tentang segala sesuatu di sekelilingmu.
Pada mulanya aku hanya ingin mengajarimu Kitab Suci, secara mendalam, mengerti seluk-beluk (tafsir dan takwil)nya, membekalimu dengan pengetahuan yang lengkap tentang perintah dan larangan-Nya (hukum-hukum dan syariat-Nya) serta halal dan haramnya. Kemudian aku khawatir engkau dibingungkan oleh hal-hal yang diperselisihkan di antara manusia, akibat perbedaaan pandangan di antara mereka dan diperburuk oleh cara berpikir yang kacau, cara hidup yang penuh dosa, egoisme dan kecenderungan hawa nafsu mereka, sebagaimana membingungkan mereka yang berselisih itu sendiri.
Oleh karena itu, kutuliskan, dalam nasihatku ini,prinsip-prinsip dasar dari keutamaan, kemuliaan, kesalehan, kebenaran dan keadilan. Mungkin berat terasa olehmu, tetapi lebih baik membekali engkau dengan pengetahuan ini daripada membiarkanmu tanpa pertahanan berhadapan dengan dunia yang penuh dengan bahaya kehancuran dan kebinasaan. Karena engkau adalah pemuda yang saleh dan bertaqwa, aku yakin engkau akan mendapatkan bimbingan dan pertolongan ilahi (taufik dan hidayah-Nya) dalam mencapai tujuanmu. Aku ingin engkau berjanji pada dirimu untuk bersungguh-sungguh mengikuti nasihatku ini.
***** akhir kutipan *****
Sekali lagi kami sampaikan bahwa berdakwah tidak dengan “kekerasan”. Bayangkan berdakwah agar manusia beragama Islam saja tidak dibolehkan dengan paksaan.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)
Apalagi kita berdakwah kepada manusia yang telah bersyahadat, seharusnyalah ketika kita berdakwah kepada mereka dengan membayangkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kelak nanti akan memanggil mereka dengan penuh cintanya , “ummati….ummati….ummati”. Malulah kita kepada Rasulullah, tauladan kita semua.
Oleh karenanyalah kita sebaiknya berdakwah bil hikmah dengan memahami hakikat perintah dan laranganNya kemudian menyampaikan dengan cara yang arif bijaksana sehingga objek dakwah dapat memahami, menerima dan mengikuti atas kesadarannya sendiri. Sehingga mereka beribadah bukan karena kita (kita perintah) atau bukan karena terpaksa (kita paksa) namun karena Allah ta’ala semata.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830