Pertanyaan: Adakah Penjelasan Al ‘Ain Atau Pandangan Mata Jahat?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Al ‘Ain adalah benar penyakit. Jika ada sesuatu yang mendahului qodar, ia akan didahului dengang al ain. Maksudnya bagaimana Ust?
Gejalanya sakit ‘ain seperti apa dan bagaimana cara mengobatinya? Terima kasih.
Jawaban atas pertanyaan Penjelasan Al ‘Ain Atau Pandangan Mata Jahat
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Al ‘ain / pandangan mata jahatnya pendengki, dalam surat Al-Qalam ayat 51 Allah berfirman:
وَإِن يَكَادُ الّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمّا سَمِعُواْ الذّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”.
Komentar Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (4/410):
قال ابن عباس ومجاهد وغيرهما { لَيُزْلِقُونَكَ } لينفذونك { بِأَبْصَارِهِمْ } أي يعينونك بأبصارهم بمعنى يحسدونك لبغضهم إياك لولا وقاية الله لك وحمايته إياك منهم, وفي هذه الاَية دليل على أن العين إصابتها وتأثيرها حق بأمر الله عز وجل, كما وردت بذلك الأحاديث المروية من طرق متعددة كثيرة.
“Telah berkata Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan yang lainnya: {‘benar-benar hampir menggelincirkan kamu’} ; yaitu mempengaruhi kamu;{‘dengan pandangan mereka’}; yaitu memandangmu dengan mata-mata mereka yaitu mendengkimu karena kebencian mereka kepadamu. Sekiranya tidak ada perlindungan Allah kepadamu dari mereka. Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa terkena Al-‘Ain dan pengaruhnya adalah haq (benar) dengan ijin Allah, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits yang diriwayatkan dari beberapa jalan yang berbeda” .
عن بن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال العين حق ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين
Dari Ibni ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma bahwa ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Al-‘Ain itu haq (benar) dan sekiranya ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya Al-‘Ain akan mendahuluinya. “(HR.Muslim )
Kitab Syarah Misykatul Mashobih:
، والمعنى : لو أمكن أن يسبق القدر شيء ، فيؤثر في إفناء شيء وزواله قبل أوانه المقدر له سبقت العين القدر ،وحاصله : أن لا هلاك ولا ضرر بغير القضاء والقدر ، ففيه مبالغة لكونها سببا في شدة ضررها ، ومذهب أهل السنة أن العين يفسد ويهلك عند نظر العائن بفعل الله تعالى أجرى العادة أن يخلق الضرر عند مقابلة هذا الشخص بشخص آخر .
قال النووي : فيه إثبات القدر ، وأن الأشياء كلها بقدر الله تعالى .
قال الطيبي : المعنى أن فرض شيء له قوة وتأثير عظيم سبق القدر لكان عينا . والعين لا يسبق فكيف لغيرها ؟
makna hadis: jika memungkinkan adanya sesuatu yang mendahului takdir dan bisa mempengaruhi dalam merusak dan menghilangkan sesuatu sebelum waktu yang telah ditentukan baginya maka tentu Al ‘ain akan mendahului takdir.
kesimpulannya bahwa tidak ada kerusakan dan tidak ada kemadhorotan tanpa qodho’ dan qodar, dalam hadis ini terdapat mubalaghoh karena keadaan ain sebagai sebab dalam kemadhorotannya, madzhab ahlus sunnah wal jama’ah bahwa al ‘ain bisa merusak dan menghancurkan ketika melihat yang dibenci, tentunya hal itu dengan perbuatan Allah ta’ala yang memberlakuka adat untuk menciptakan kemadhorotan ketika menghadapi orang ini dengan orang lainnya.
Imam Nawawi berkata bahwa di dalam hadis ini terdapat dalil tentang tetapnya takdir dan bahwa segala sesuatu sesungguhnya berdasarkan takdir Allah ta’ala.
Al Tiby berkata tentang makna hadis bahwa jikalau dipastikan adanya sesuatu yang mempunyai pengaruh dan kekuatan yang besar dan bisa mendahului takdir tentunya itu adalah al ‘ain, dan al’ain tidak bisa mendahului takdir lantas bagaimana dengans selain al’ain?tentunya tidak ada.
Ain itu bisa menjadikan seseorang kedalam kubur dan bisa menjadikan unta masuk kedalam tungku.(dimasak).
أخرجه الخطيب في تاريخ بغداد ج ٩ ص ٢٤٤ و استنكره الذهبي في ميزان الإعتدال.
jadi bisa saja orang yang memajang fotonya atau foto siapa pun lalu ada seseorang yang sangat hasud melihatnya, maka bisa saja ain nya dia seorang yang hasud tersebut mengenai nya.
Imam Ibnu Arobi berkata: sesungguhnya Allah menciptakan dari pandangan ain atau ketakjubannya akan sesuatu, suatu penyakit atau suatu kebinasaan. Namun ada beberapa cara menyembuhkan dari penyakit ain yaitu:
Doanya sohibul ain kepada yang terkena ain dengan keberkahan ketika dia memandangnya (yang terkena ain). Sebagaimana hadits:
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Muhammad bin Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif ia mendengar Bapaknya berkata; “Abu Sahl bin Hunaif mandi di sungai, lalu ia melepaskan jubah yang dikenakannya, sementar ‘Amir bin Rabi’ah melihatnya.” As’ad bin Sahl berkata; “Sahl adalah seorang pemuda yang putih dan bagus kulitnya. Amir bin Rabi’ah berkata kepadanya; “Aku tidak pernah melihat kulit yang sebagus ini, bahkan kulit seorang gadis sekalipun.
“Kemudian Sahl terserang demam, dan penyakit tersebut bertambah parah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian didatangi dan dikabarkan kepada beliau ‘Sesungguhnya Sahl sakit, ia tidak bisa datang bersama anda, Wahai Rasulullah! ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menemuinya, kemudian Sahl mengabarkan tentang apa yang telah dilakukan Amir terhadapnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: ‘Kenapa salah seorang dari kalian hendak membunuh saudaranya? Tidaklah (sebaiknya) engkau mendo’akan agar diberkati. Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya. Berwudlulah kamu untuknya! ‘ Amir lantas berwudlu untuk Sahl. Setelah itu Sahl dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat dengan keadaan sehat.
Dalam hadits ini Rasulullah menyuruh Amr bin Robiah agar dia mendoakan Sahl dengan keberkahan agar hilang ain nya dari sahl.
Mandikan lah orang yang terkena ain darinya degan cara: dia ( yang punya ain) membasuh wajahnya, kedua tangannya sampai kedua sikunya , kedua lututnya sampai ujung jari jari kakinya lalu tuangkanlah pada orang yang terkena ain darinya. Maka dengan izin Allah dia akan sembuh.
Cara yg ketiga adalah dengan ruqyah. Sebagaimana hadits :
saya mendengar Abdullah bin Syaddad dari Aisyah radliallahu ‘anha dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami supaya meruqyah orang yang terkena penyakit ‘ain. (H.R. Imam Bukhori 5738).
Dari Zainab puteri Ummu Salamah dari Ummu Salamah radliallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat budak wanita di rumahnya, ketika beliau melihat bekas hitam pada wajah budak wanita itu, beliau bersabda: “Ruqyahlah dia, karena padanya terdapat nadlrah (sisa sakit yang disebabkan karena sorotan mata jahat). (H.R. Imam Bukhori 5739).
Ibnu Qoyyim berkata: Sesungguhnya di lakukan rukiyah itu jika sohibul ain nya tidak di ketahui namun jika di ketahui sohibul ain nya maka suruhlah dia mandi.
الموسوعة الفقهية الكويتية ج ٣١.
وَرَوَى أَبُو ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال: الْعَيْنُ تُدْخِل الرَّجُل الْقَبْرَ وَالْجَمَل الْقِدْرَ .
أخرجه الخطيب في تاريخ بغداد ج ٩ ص ٢٤٤ و استنكره الذهبي في ميزان الإعتدال.
قَال ابْنُ الْعَرَبِيِّ:
إِنَّ اللَّهَ يَخْلُقُ عِنْدَ نَظَرِ الْعَائِنِ إِلَى الْمُعَايَنِ وَإِعْجَابِهِ بِهِ إِذَا شَاءَ مَا شَاءَ مِنْ أَلَمٍ أَوْ هَلَكَةٍ، وَكَمَا يَخْلُقُهُ بِإِعْجَابِهِ وَبِقَوْلِهِ فِيهِ فَقَدْ يَخْلُقُهُ ثُمَّ يَصْرِفُهُ دُونَ سَبَبٍ، وَقَدْ يَصْرِفُهُ قَبْل وُقُوعِهِ بِالاِسْتِعَاذَةِ، فَقَدْ كَانَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا بِمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهِ إِبْرَاهِيمُ ابْنَيْهِ إِسْمَاعِيل وَإِسْحَاقَ عَلَيْهِمْ السَّلَامُ بِقَوْلِهِ: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُل شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُل عَيْنٍ لاَمَّةٍ.
١. التَّبْرِيكُ:
الْمَقْصُودُ بِالتَّبْرِيكِ هُنَا الدُّعَاءُ مِنَ الْعَائِنِ لِلْمَعِينِ بِالْبَرَكَةِ عِنْدَ نَظَرِهِ إِلَيْهِ فَذَلِكَ بِإِرَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَمَشِيئَتِهِ – يَحُول دُونَ إِحْدَاثِ أَيِّ ضَرَرٍ بِالْمَعِينِ وَيُبْطِل كُل أَثَرٍ مِنْ آثَارِ الْعَيْنِ .
رُوِيَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْل بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يَقُول: اغْتَسَل أَبِي سَهْل بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْن يَنْظُرُ إِلَيْهِ، قَال: وَكَانَ سَهْل رَجُلاً أَبْيَضَ حَسَنَ الْجِلْدِ قَال: فَقَال لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلاَ جِلْدَ عَذْرَاءَ قَال: فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ وَاشْتَدَّ وَعْكُهُ – أَيْ صُرِعَ – فَأُتِيَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ، وَأَنَّهُ غَيْرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رَسُول اللَّهِ، فَأَتَاهُ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” فَأَخْبَرَهُ سَهْلٌ بِاَلَّذِي كَانَ مِنْ شَأْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلاَمَ يَقْتُل أَحَدُكُمْ أَخَاهُ؟ أَلاَّ بَرَّكْتَ – مُخَاطِبًا بِذَلِكَ عَامِرًا مُتَغَيِّظًا عَلَيْهِ وَمُنْكِرًا – أَيْ قُلْتَ: بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ فَإِنَّ ذَلِكَ يُبْطِل الْمَعْنَى الَّذِي يُخَافُ مِنَ الْعَيْنِ وَيُذْهِبُ تَأْثِيرَهُ – ثُمَّ قَال: إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ فَتَوَضَّأَ لَهُ عَامِرٌ، فَرَاحَ سَهْلٌ مَعَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ .
أخرجه مالك في الموطأ ج ٢ ص ٩٣٨.
٢. الْغُسْل:
يَجِبُ عَلَى الْعَائِنِ إِذَا دَعَاهُ الْمَعِينُ لِلاِغْتِسَال أَنْ يَغْتَسِل لِمَا رَوَى ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَال: الْعَيْنُ حَقٌّ، وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ لَسَبَقَتْهُ الْعَيْنُ، وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا.
قَال الذَّهَبِيُّ: قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اسْتُغْسِلْتُمْ أَيْ إِذَا طَلَبَ مِنْكُمْ مَنْ أَصَبْتُمُوهُ بِالْعَيْنِ أَنْ تَغْسِلُوا لَهُ فَأَجِيبُوهُ وَهُوَ أَنْ يَغْسِل الْعَائِنُ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ وَمِرْفَقَيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافَ رِجْلَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ فِي قَدَحٍ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى الْمَعِينِ وَيَكْفَأَ الْقَدَحَ وَرَاءَهُ عَلَى ظَهْرِ الأَْرْضِ وَقِيل: يَغْسِلُهُ بِذَلِكَ حِينَ يَصُبُّهُ عَلَيْهِ فَيَبْرَأُ بِإِذْنِ اللَّهِ تَعَالَى .
٣. الرُّقْيَةُ:
الرُّقِيُّ مِمَّا يُسْتَطَبُّ بِهِ لِلإِْصَابَةِ بِالْعَيْنِ مَشْرُوعٌ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: أَمَرَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ أَمَرَ أَنْ يُسْتَرْقَى مِنَ الْعَيْنِ .
وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ رَأَى فِي بَيْتِهَا جَارِيَةً فِي وَجْهِهَا سَفْعَةً فَقَال: اسْتَرْقُوا لَهَا فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ .أخرجه البخاري.
وَقَال الذَّهَبِيُّ: الرُّقِيُّ وَالتَّعَاوُذُ إِنَّمَا تُفِيدُ إِذَا أُخِذَتْ بِقَبُولٍ وَصَادَفَتْ إِجَابَةً وَأَجَلاً، فَالرُّقِيُّ وَالتَّعَوُّذُ الْتِجَاءٌ إِلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لِيَهَبَ الشِّفَاءَ كَمَا يُعْطِيهِ بِالدَّوَاءِ.
وَقَال ابْنُ الْقَيِّمِ: إِنَّمَا يُسْتَرْقَى مِنَ الْعَيْنِ إِذَا لَمْ يُعْرَفِ الْعَائِنُ. أَمَّا إِذَا عُرِفَ الْعَائِنُ الَّذِي أَصَابَهُ بِعَيْنِهِ فَإِنَّهُ يُؤْمَرُ بِالاِغْتِسَال.
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.