Bagaimana Hukum Membatalkan Khitbah (lamaran)?

Bagaimana Hukum Membatalkan Khitbah (lamaran)?

Pertanyaan: Bagaimana Hukum Membatalkan Khitbah (lamaran)?

Bagaimaana hukumnya membatalkan khitbah (tidak jadi nikah) ? [Akbar Fadilah].

Bacaan Lainnya

Jawaban Atas Pertanyaan Bagaimana Hukum Membatalkan Khitbah (lamaran)?

Boleh. sebab khitbah itu bukan akad yang mengikat tetapi janji menikahi. Namun bila tanpa alasan yang jelas hukumnya makruh membatalkan khitbah. Lihat kitab fiqhul islamy wa adillatuh, Maktabah Shamela :

ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻋﺸﺮ ـ ﺍﻟﻌﺪﻭﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﺨﻄﺒﺔ ﻭﺃﺛﺮﻩ :

Permasalahan ke 13 ” Membatalkan khithbah dan konsekuensinya ”

بناء ﺃﻥ ﺍﻟﺨﻄﺒﺔ ﻟﻴﺴﺖ ﺯﻭﺍﺟﺎ ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻫﻲ ﻭﻋﺪ ﺑﺎﻟﺰﻭﺍﺝ ، ﻓﻴﺠﻮﺯ ﻓﻲ ﺭﺃﻱ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻟﻠﺨﺎﻃﺐ ﺃﻭ ﺍﻟﻤﺨﻄﻮﺑﺔ ﺍﻟﻌﺪﻭﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﺨﻄﺒﺔ

Melihat bahwasanya khithbah itu belum bisa dinamakan akad nikah (Zuwaj), dan itu hanya sebatas janji akan menikah, maka menurut mayoritas ulama, bagi si pria pelamar dan wanita yang dilamar boleh untuk berpaling dari lamarannya (membatalkan).

ﻷﻧﻪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﺍﻟﻌﻘﺪ ﻓﻼ ﺇﻟﺰﺍﻡ ﻭﻻ ﺍﻟﺘﺰﺍﻡ .

Sebab belum ada akad sama sekali, sehingga tidak ada kewajiban dan kesanggupan (untuk tetap meneruskan).

ﻭﻟﻜﻦ ﻳﻄﻠﺐ ﺃﺩﺑﻴﺎ ﺃﻻ ﻳﻨﻘﺾ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻭﻋﺪﻩ ﺇﻻ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﺃﻭ ﺣﺎﺟﺔ ﺷﺪﻳﺪﺓ، ﻣﺮﺍﻋﺎﺓ ﻟﺤﺮﻣﺔ ﺍﻟﺒﻴﻮﺕ ﻭﻛﺮﺍﻣﺔ ﺍﻟﻔﺘﺎﺓ.

Hanya saja dianjurkan sebagai bentuk etika bagi salah satunya untuk tidak merusak janjinya kecuali memang ada darurat atau keadaan mendesak. (Demikian itu) guna menjaga kehormatan keluarga dan kemuliaan si wanitanya.

ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺨﻄﻮﺑﺔ ﺑﺎﻟﻤﻮﺿﻮﻋﻴﺔ ﺍﻟﻤﺠﺮﺩﺓ ، ﺑﺎﻟﻬﻮﻯ ﺃﻭ ﺑﺪﻭﻥ ﻣﺴﻮﻍ ﻣﻌﻘﻮﻝ

Sebaiknya disaat memutuskan (pembatalan lamaran) atas wanita yang telah dilamarnya ini dengan menggunakan alasan-alasan nyata yang tidak dibuat-buat, bukan karena hanya mengikuti hawa nafsu atau tanpa ada sebab yang bisa diterima akal.

ﻓﻼ ﻳﻌﺪﻝ ﺍﻟﺨﺎﻃﺐ ﻋﻦ ﻋﺰﻣﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺷﺎﺀﻩ؛ ﻷﻥ ﻋﺪﻭﻟﻪ ﻫﻮ ﻧﻘﺾ ﻟﻠﻌﻬﺪ ﺃﻭ ﺍﻟﻮﻋﺪ،

Sehingga bagi si pemalar sebaiknya tidak berpaling dari tujuan melamar yang telah ia kehendaki, sebab dengan berpaling ini ia dianggap telah merusak janji-janjinya.

ﻭﻳﺴﺘﺤﺴﻦ ﺷﺮﻋﺎ ﻭﻋﺮﻓﺎ ﺍﻟﺘﻌﺠﻴﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺪﻭﻝ ﺇﺫﺍ ﺑﺪﺍ ﺳﺒﺐ ﻭﺍﺿﺢ ﻳﻘﺘﻀﻲ ﺫﻟﻚ

Namun bila ada sebab yang jelas yang mengharuskan ia berpaling dari tujuannya (membatalkan lamaran), maka secara syara’ dan urf dianggap bagus bila ia segera berpaling (membatalkan lamaran).

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﻭﺃﻭﻓﻮﺍ ﺑﺎﻟﻌﻬﺪ ﺇﻥ ﺍﻟﻌﻬﺪ ﻛﺎﻥ ﻣﺴﺆﻭﻻ [ ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ /34: 17 ]

ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : « ﺍﺿﻤﻨﻮﺍ ﻟﻲ ﺳﺘﺎ ﻣﻦ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﺃﺿﻤﻦ ﻟﻜﻢ ﺍﻟﺠﻨﺔ: ﺍﺻﺪﻗﻮﺍ ﺇﺫﺍ ﺣﺪﺛﺘﻢ ، ﻭﺃﻭﻓﻮﺍ ﺇﺫﺍ ﻭﻋﺪﺗﻢ، ﻭﺃﺩﻭﺍ ﺇﺫﺍ ﺍﺋﺘﻤﻨﺘﻢ ، ﻭﺍﺣﻔﻈﻮﺍ ﻓﺮﻭﺟﻜﻢ ، ﻭﻏﻀﻮﺍ ﺃﺑﺼﺎﺭﻛﻢ ، ﻭﻛﻔﻮﺍ ﺃﻳﺪﻳﻜﻢ »  ﺣﻜﻢ ﺍﻧﻔﺴﺎﺥ ﺍﻟﺨﻄﺒﺔ ﺃﻭ ﺃﺛﺮﻩ

Hukum merusak lamaran dan akibatnya

ﻻ ﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻧﻔﺴﺎﺥ ﺍﻟﺨﻄﺒﺔ ﺃﻱ ﺃﺛﺮ ﻣﺎ ﺩﺍﻡ ﻟﻢ ﻳﺤﺼﻞ ﻋﻘﺪ .

Rusaknya lamaran ini tidak berakibat apa-apa selama tidak ada akad-akadan sebelumnya.

ﻭﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻗﺪﻣﻪ ﺍﻟﺨﺎﻃﺐ ﻣﻦ ﻣﻬﺮ : ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺮﺩﻩ، ﺳﻮﺍﺀ ﺃﻛﺎﻥ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﺃﻡ ﻫﺎﻟﻜﺎ ﺃﻡ ﻣﺴﺘﻬﻠﻜﺎ

Sedang apa-apa yang telah diberikan oleh si pelamar kepada wanita yang dilamarnya, seperti mas kawin persiapan, itu diperbolehkan bagi si pelamar untuk memintanya lagi, baik barangnya masih ada, sudah hilang atau sudah rusak.

ﻭﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﻬﻼﻙ ﺃﻭ ﺍﻻﺳﺘﻬﻼﻙ ﻳﺮﺟﻊ ﺑﻘﻴﻤﺘﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻗﻴﻤﻴﺎ ، ﻭﺑﻤﺜﻠﻪ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺜﻠﻴﺎ، ﺃﻳﺎ ﻛﺎﻥ ﺳﺒﺐ ﺍﻟﻌﺪﻭﻝ، ﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﺨﺎﻃﺐ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﻟﻤﺨﻄﻮﺑﺔ . ﻭﻫﺬﺍ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ

Bila sudah hilang dan rusak, maka ia boleh minta nominal harganya bila barang yang dulu ia berikan berupa Mutaqawwam (barang yang hitungannya menggunakan nominal harga), dan minta ganti barang serupa bila yang dulu diberikan adalah Mitsliy (barang yang hitungannya dengan ditimbang atau ditakar, misal beras, dll). Baik pembatalannya itu berasal dari pihak laki-laki pelamar atau dari pihak wanita yang dilamar. Ini adalah ketentuan hukum yang telah disepakati para ulama’. (Terj. oleh Muh. Harsandi Kudung Kanthil).

Akibat Hukum Peminangan. Peminangan atau pertunangan hanyalah merupakan janji akan menikah. Oleh sebab itu, peminangan dapat saja diputuskan oleh salah satu pihak, karena akad dari pertunangan ini belum mengikat dan belum pula menimbulkan adanya kewajiban yang harus dipenuhi oleh salah satu pihak.

Dalam Kompilasi Hukum Islam juga ditegaskan:

1.Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas memutuskan hubungan peminangan

2.Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan tata cara yang baik sesuai dengan tuntunan agama dan kebiasaan setempat, sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.

Akan tetapi, menurut Wahbah Zuhaily bahwa akhlak Islam menuntut adanya tanggung jawab dalam tindakan. Apalagi yang sifatnya janji yang telah dibuatnya. Allah Swt berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 34 : Dan penuhilah janji karena janji itu pasti dimintai per-tanggung-jawabannya.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa seseorang itu dianjurkan untuk memenuhi janji yang telah diucapkan dengan penuh tanggung-jawab. Walaupun dalam hal peminangan yang status hukumnya belum mengikat dan belum pula menimbulkan kewajiban yang harus dipenuhi oleh salah satu pihak, maka seseorang tidak diperbolehkan membatalkannya tanpa adanya alasan-alasan yang rasional dan harus dilakukan dengan tata cara yang baik (dibenarkan syara’). [Ghufron Bkl, Hakam Ahmed El-Chudrie, Kang Dul].

( ولا يكره للولي ) المجبر الرجوع عن الإجابة لغرض ( ولا ) يكره ( للمرأة ) غير المجبرة ( الرجوع عن الإجابة لغرض ) صحيح لأنه عقد عمر يدوم الضرر فيه فكان لها الاحتياط لنفسها والنظر في حظها والولي قائم مقامها في ذلك ( وبلا غرض ) صحيح ( يكره ) الرجوع منه ومنها لما فيه من إخلاف الوعد والرجوع عن القول [ ص: 20 ] ولم يحرم لأن الحق بعد لم يلزم كمن ساوم لسلعة ثم بدا له أن لا يبيعها

http://library.islamweb.net/Newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=16&ID=6832

السؤال  رجل أراد الزواج بفتاة رشيدة وقرأ فاتحتها ودفع لها مقدم صداقها ولم يحصل العقد عليها وأراد رد ما دفع من المهر حيث لم تصرح له الحكمدارية بالزواج لكونه متزوجا فامتنعت عن رد ما دفع لها منه . فهل يجوز رد ما دفع منه لها أم لها نصيب منه

الجواب  اطلعنا على هذا السؤال . ونفيد أنه نص بالمادة 4 من كتاب الأحوال الشخصية على أن الوعد بالنكاح فى المستقبل ومجرد قراءة الفاتحة بدون إجراء عقد شرعى بإيجاب وقبول لا يكون كل منهما نكاحا، وللخاطب العدول عمن خطبها، وللمخطوبة أيضا رد الخاطب الموعود بتزويجها منه ولو بعد قبولها أو قبول وليها إن كانت قاصرة هدية الخاطب ودفعه المهر كله أو بعضه .

islamport.com/w/ftw/Web/432/229.htm

الموسوعة الشاملةفتاوى الأزهر

محمد بخيت .7 ذى الحجة 1335 هجرية – 24 سبتمبر 1917 م 1- الوعد بالزواج مستقبلا أو قراءة الفاتحة على ذلك بدون عقد شرعى لا يكون كل منهما زواجا .2- لكل من الطرفين رد الآخر فى هذه الفترة ولو بعد تقديم الهدايا ودفع كل المهر أو بعضه .3- للخاطب استرداد ما دفع على أنه مهر عينا إن كان قائما ولو تغير أو نقصت قي…

Wallahu A’lam.

Demikian, semoga bermanfaat…

Sumber tulisan ada di sini

Silahkan baca artikel terkait

Pos terkait