F0140. Biografi Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi

Abdurrahman Alif Sanjaya >>
Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husin Al-Habsyi
(Simtud Duror).
Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin
Husin Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24
Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri
Hadhramaut.
Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan
pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-
Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin
Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah
Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri,
yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita
yang salihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah
mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan
berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin
sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan
untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan
oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan
ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di
hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat
sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman
serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap
orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan
tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta
pertemuan-perte muan besar yang diadakan pada
masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas- tugas suci
yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya.
Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang
sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan,
mengarahkan dan mendidik para siswa agar
menuntut ilmu, di samping membangkitkan
semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang
tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid
“Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut) , pondok-
pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi
dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan
mereka, termasuk soal makan-minum , sehingga
mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram,
bebas dari segala pikiran yang mengganggu,
khususnya yang bersangkutan dengan keperluan
hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah
memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga
dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-
muridnya yang berhasil mencapai apa yang
dicitakannya, kemudian meneruskan serta
menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan
sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di
beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia,
termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-
pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri
menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga
mendapat tempat terhormat dan disegani di
kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-
pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai
kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan
majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat,
sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan
dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut,
pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan
meninggalkan beberapa orang putera yang telah
memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau
sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam
berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di
Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib
Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota
Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang
amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut , sopan-
santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun
terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu
dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka
bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak
pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-
pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di
kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H
dan dimakamkan di kota Surakarta.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad
Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di
samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-
pesan ataupun surat- menyurat dengan para ulama
di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak
kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau,
yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu
dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal
dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-
mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah
risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar
Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror
Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min
Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah
Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat
Hidupnya).
Dipetik dari: Untaian Mutiara – Terjemahan Simtud
Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-
Habsyi. —

Pos terkait