Gus Dur Menguji Shalat Khusyu’nya Pelawak Komar

Gus Dur Menguji Shalat Khusyu'nya Pelawak Komar

Gus Dur Menguji Shalat Khusyu’nya Pelawak Komar.

Gus Dur adalah gudang dan sumbernya humor di Indonesia. Sampai saat ini, humor rakyat sampai humor berkelas pejabat ada semua dalam diri Gus Dur. Lengkap dan komplit, bahkan mengalahkan para pelawak kenamaan. Jiwa humornya Gus Dur melekat kuat tanpa batas. Apa saja yang rumit bisa menjadi mudah karena humor. Apa yang membuat pusing kepala bisa berubah jadi rileks dan santai karena datangnya humor Gus Dur.

Bacaan Lainnya

Banyak pelawak yang dikenal dekat dengan Gus Dur. Atau bahkan para pelawak itu memang sangat senang kalau bertemu Gus Dur. Salah satunya adalah pelawak Komar. Kisah berikut ini diceritakan almarhum KH Agus M Zaki (Gus Zaki), kerabat Gus Dur di Tebuireng Jombang.

Berikut ini tulisan Gus Zaki selengkapnya.

GUS DUR DAN SHALAT KHUSYUK

Alkisah Gus Dur dalam suatu kesempatan, bertemu Komar sang pelawak dan Gus Dur bertanya: “Mar kalau kamu shalat dan ada bayi nangis, kamu dengar apa nggak?”

Komar dengan polos menjawab: “Ya dengar Gus.”

Lalu Gus Dur bilang: “Berarti shalatmu nggak khusyu’ Mar.”

Satu bulan kemudian, Gus Dur bertemu Komar lagi dan bertanya dengan pertanyaan serupa: “Mar kalau kamu shalat dan ada bayi nangis, kamu dengar apa nggak?”

Takut dibilang tidak khusyu’ Komar menjawab: “Nggak dengar Gus.”

Dengan santainya Gus Dur bilang: “Berarti kupingmu budek Mar.”

Dan… Komar pun tersenyum kecut.

Itulah indahnya sosok Gus Dur. Bahasa yang dipakai penuh humor, tapi juga penuh pelajaran yang sangat mendalam. Para pelawak merasakan keindahan dalam sosok Gus Dur, karena mereka bisa belajar Islam dengan nyaman bersama dengan humor-humor Gus Dur yang selalu hadir, walaupun seringkali humor itu juga mengkritik sangat tajam, tapi tetap disitu ada keindahan yang menyenangkan.

Kepada Gus Dur, semoga selalu indah di alam kuburnya. Alfatihah.

Demikian kisah Gus Dur Menguji Shalat Khusyu’nya Pelawak Komar, semoga bermanfaat.

Penulis: Ustadz Mukhlisin, penulis keislaman.

Editor: Nur Rokhim.

Pos terkait