Pertanyaan: Bagaimana Hukum Jual Beli Kucing?
Jawaban atas Pertanyaan Hukum Jual Beli Kucing
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Terimakasih atas doa dari saudaraku yang semoga dirahmati Allah Ta’ala. Hukum jual beli kucing ditafsil :
1. Kucing rumahan. Maka hukum jual belinya menurut mayoritas ulama termasuk kalangan syafi’iyyah memperbolehkannya.
2. Kucing liar hukum jual belinya adalah haram.
روضة الطالبين وعُمْدة المُفْتِين ج ٣ ص ٤٠٠
ومنها أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن ثمن الهرة قال القفال: المراد الهرة الوحشية إذ ليس فيها منفعة استئناس ولا غيره.قلت: مذهبنا أنه يصح بيع الهرة الأهلية نص عليه الشافعي رضي الله عنه وغيره.والجواب عن الحديث من أوجه ذكرها الخطابي.أحدها: أنه تكلم في صحته.والثاني: جواب القفال.والثالث: أنه نهي تنزيه.والمقصود: أن الناس يتسامحون به ويتعاورونه هذه أجوبه الخطابي لكن الأول باطل فإن الحديث في صحيح مسلم من رواية جابر رضي الله عنه والله أعلم.
Artinya:
Dan sebagian larangan jual beli adalah “sesungguhnya Nabi Saw melarang uang (dari penjualan) kucing.” Al-Qaffal berkata : “Yang dimaksud adalah kucing liar karena tidak ada kemanfaatan di dalamnya baik bersifat sebagai penghibur atau lainnya.”
Sedang jawaban dari hadits di atas dapat diambil dari beberapa argumen seperti yang dikemukakan oleh al-Khiththooby :
1. Hadits diatas ditanyakan kesahihannya
2. Sebagaimana jawaban al-Qaffal di atas
3. Pelarangan dalam hadits diatas adalah pelarangan yang bersifat tanzih bukan mengarah pada pengharaman dalam pengertian melarang kebiasaan manusia yang saling toleransi dan mencari-cari kucing (untuk diperjual belikan hingga melalaikan segalanya dan tiada berfaedah).
Namun argumen yang pertama yang meragukan kesahihan hadits ini adalah batal karena hadits ini terdapat pada shahih Muslim dari riwayat sahabat Jabir ra.
–selesai–
Diterangkan pula dalam kitab Asnaa al-Mathaalib II/31:
وَيَجُوزُ بَيْعِ الْهِرَّةِ الْأَهْلِيَّةِ وَالنَّهْيُ عن ثَمَنِ الْهِرَّةِ كما في مُسْلِمٍ مُتَأَوَّلٌ أَيْ مَحْمُولٌ على الْوَحْشِيَّةِ إذْ ليس فيها مَنْفَعَةُ اسْتِئْنَاسِ وَلَا غَيْرُهُ أو الْكَرَاهَةُ فيه لِلتَّنْزِيهِ قال في الرَّوْضَةِ وَالْمَقْصُودُ أَنَّ الناس يَتَسَامَحُونَ بِهِ
Artinya:
Dan boleh menjual belikan kucing rumahan. Sedang pelarangan pengambilan uang hasil penjualan kucing dalam hadits Muslim dita’wil bahwa kucing yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah kucing liar, karena tiada manfaat sebagai penghibur dan lainnya didalamnya, atau kemakruhan tersebut tergolong makruh tanzih. An-Nawaawy dalam kitab ar-Raudhah menjelaskan “Yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah semua orang”.
* (فرع)بيع الهرة الاهلية جائز بلا خلاف عندنا إلا ما حكاه البغوي في كتابه في شرح مختصر المزني عن ابن العاص أنه قال لا يجوز وهذا شاذ باطل مردود والمشهور جوازه وبه قال جماهير العلماء نقله القاضى عياض عن الجمهور وقال ابن المنذر أجمعت الامة على أن اتخاذه جائز ورخص في بيعه ابن عباس وابن سيرين والحكم وحماد ومالك والثوري والشافعي وأحمد واسحق وأبو حنيفة وسائر أصحاب الرأي قال وكرهت طائفة بيعه منهم أبو هريرة ومجاهد وطاووس وجابر بن زيد قال ابن المنذر إن ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم النهى عن بيعه فبيعه باطل وإلا فجائز هذا كلام ابن المنذر واحتج من منعه بحديث أبى الزبير قال سألت جابرا عن ثمن الكلب والسنور فقال زجر النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك) رواه مسلم * واحتج أصحابنا بأنه طاهر منتفع به ووجد فيه جميع شروط البيع بالخيار فجاز بيعه كالحمار والبغل والجواب عن الحديث من وجهين (أحدهما) جواب أبى العباس بن العاص وأبي سليمان الخطابى والقفال وغيرهم أن المراد الهرة الوحشية فلا يصح بيعها لعدم الانتفاع بها الا على الوجه الضعيف القائل بجواز أكلها (والثاني) أن المراد نهى تنزيه والمراد النهى على العادة بتسامح الناس فيه ويتعاوزونه في العادة فهذان الجوابان هما المعتمدان
Artinya: [CABANG] Menjual kucing rumahan boleh dan tidak ada perbedaan pendapat di antara kami (syafi’iyyah) kecuali pendapat yang dihikayahkan oleh al-Baghowy dalam kitabnya ‘Syarh Muhtashar al-Mazany’ dari Ibn ‘Ash yang menyatakan tidak diperbolehkannya dan ini adalah pendapat yang Syadz (ganjil), batal dan tertolak. Pendapat yang mashur memperkenankannya dan inilah yang dipakai oleh mayoritas Ulama seperti keterangan yang dinukil oleh al-Qaadhi al-‘Iyaadh.
Ibn Mundzir berkata: “Para Imam-Imam sepakat bahwa memeliharanya boleh, dan membolehkan juga menjual belikannya Ibn Abbas, Ibn Siriin, al-Hakam, Hammad, Imam malik, at-Tsauri, as-Syafi’i, Ahmad Bin Hanbal, Ishaq, Abu hanifah dan para cendekia lainnya. Sebagian ulama cenderung memakruhkan menjual belikannya, di antaranya adalah Abu Hurairah, Mujahid, Thoowus, Jaabir Bin Zaid”
Selanjutnya Ibn Mundzir menyatakan:“Bila terdapati pelarangan dari baginda nabi Muhammad SAW pelarangannya maka menjual belikannya batal, bila tidak maka boleh”.
Para pengikut as-Syafi’i berargumentasi: “ia adalah binatang suci yang bermanfaat dan ditemukan didalamnya semua syarat jual beli dengan masa khiyar maka boleh menjualnya sebagaimana keledai dan Bighal (peranakan keledai dan kuda). Argumentasi tentang hadits larangan diatas adalah :
1. Diambil dari jawaban yang dikemukakan oleh Abu Abbas Bin ‘Ash, Abu Sulaiman al-Khatthaabi, al-Qaffaal dan lainnya bahwa yang dimaksud dengan kucing dalam hadits nabi diatas adalah kucing liar, maka tidak boleh menjual belikannya karena tidak ada kemanfaatan didalamnya keculai menurut pendapat dhoif yang menyatakan bolehnya memakan dagingnya.
2. Yang dimaksud larangan dalam hadits diatas adalah larangan yang bersifat tanzih bukan mengarah pada pengharaman dalam pengertian melarang kebiasaan manusia yang saling toleransi dan mencari-cari kucing (untuk diperjual belikan).
Dua argumen inilah jawaban yang mu’tamad (kuat dan terpilih) dalam mengurai hadits di atas.
–selesai–
Wallaahu A’lamu Bis Showaab.
Kemudian kami sertakan ibaroh-ibaroh pendukung lainnya:
Demikian semoga bermanfaat. [Mujaawib : YiMasaji Antoro, Yi Muh Jayus,Yi Subhana Ahmada. Editor : M.J]
Sumber tulisan lihat di sini.
Tulisna terkait baca di sini.