Hukum Makan Bareng dalam Satu Nampan

Hukum Makan Bareng dalam Satu Nampan

PERTANYAAN: Bagaimana Hukum Makan Bareng dalam Satu Nampan?

Assalamu’alaikum, Wr. Wb. Hukum makan bareng dalam satu nampan itu bagaimana? Biasanya 1 nampan bisa 4 orang bahkan 5 orang. [Siti Mutia]

JAWABAN atas Pertanyaan Hukum Makan Bareng dalam Satu Nampan.

Wa’alaikumussalam. Disunnahkan makan bersama dalam satu nampan. Konsep makan bersama dalam satu piring besar ini tidak hanya ada di pesantren saja, tetapi juga hidup di lingkungan masyarakat Arab. Bahkan di beberapa restoran Arab menyediakan model hidangan nampanan seperti ini. Tentunya dengan menu yang juga khas arab dengan nasi kebuli kambing atau nasi mandhi, nasi kabsah dan lain sebagainya. Tradisi makan bersama dengan banyak tangan dalam satu piring besar ini sesungguhnya merupakan ajaran Rasulullah. Dalam sebuah hadits yang datang dari sahabat Wahsyi bin Harb dan diriwayatkan oleh Abu Dawud disebutkan:

Bacaan Lainnya

 

عن وحشي بن حرب رضي الله عنه أن أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم قالوا: يا رسول الله إنا نأكل ولا نشبع ؟ قال: فلعلكم تفترقون قالوا: نعم قال فاجتمعوا على طعامكم واذكروا اسم الله يبارك لكم فيه رواه أبو داود

Bahwasannya para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw., “(Mengapa) kita makan tetapi tidak kenyang?” Rasulullah balik bertanya, “Apakah kalian makan sendiri-sendiri?” Mereka menjawab, “Ya (kami makan sendiri-sendiri)”. Rasulullah pun menjawab, “Makanlah kalian bersama-sama dan bacalah basmalah, maka Allah akan memberikan berkah kepada kalian semua.” (HR. Abu Dawud).

Demikianlah anjuran Rasulullah dipegang teguh oleh para sahabat dan keluarganya. Hingga kini para habaib dan kiai di pesantren yang tidak mau makan sehingga datang satu teman untuk makan bersama. Karena makan sendirian bagi mereka adalah sebuah aib yang harus dihindarkan sebagaimana Rasulullah tidak pernah melakukannya.

وقال أنس رضى الله عنه كان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يأكل وحده وقال صلى الله عليه وسلم خير الطعام ماكثرت عليه الأيدى

Sahabat Anas ra. berkata bahwasannya Rasulullah Saw., tidak pernah makan sendirian. Rasulullah juga pernah bersabda bahwa sebaik-baik makanan adalah yang dimakan banyak tangan.

Artinya keberkahan sebuah makanan juga berhubungan dengan seberapa banyak orang yang ikut menikmatinya, semakin banyak tangan semakin berkah. Inilah kemudian yang oleh para santri dijadikan sebagai pedoman selalu makan dengan konsep mayoran.

Dalam Fathul Bari juz 9 hal 607-608, no hadits 5386, darul hadits alqohiroh, diterangkan bahwa Nabi Saw., tidak pernah makan dengan piring kecil (sukurrojah).

عَنْ أنَس رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: مَا عَلِمْتُ النبي صلى الله عليه وسلم أكَلَ عَلَى سُكُرُّجَةٍ قَطُّ، ولا خُبِزَ لَهُ مُرَقَّقٌ قَطُّ، ولا أكَلَ على خِوَان قَطُّ قِيلَ لقتادَةَ فَعَلَى مَا كانُوا يَأكلُونَ؟ قَالَ: عَلى السُّفَرِ . (فتح الباري: ج ٩ ص ٦٠٧)

Hal itu menurut Ibnu Hajar (dengan menukil perkataan dari gurunya dalam syarah at-Tirmidzi) bahwa alasan Nabi tidak pernah makan dengan piring kecil itu karena Rasulullah dan para shahabat punya kebiasaan makan bersama-sama (dengan nampan) atau karena makan dengan menggunakan piring kecil tersebut tidak menjadikan kenyang.

قال شيخنا في ‏”‏ شرح الترمذي ‏”‏‏:‏ تركه الأكل في السكرجة إما لكونها لم تكن تصنع عندهم إذ ذاك أو استصغارا لها لأن عادتهم الاجتماع على الأكل أو لأنها – كما تقدم – كانت تعد لوضع الأشياء التي تعين على الهضم ولم يكونوا غالبا يشبعون، فلم يكن لهم حاجة بالهضم‏.‏ (فتح الباري: ج ٩ ص ٦٠٨)

Dalam kitab Zaadul Ma’ad lebih lanjut dijelaskan :

قد أورد الطبراني من حديث ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر بالاجتماع على الطعام ونهى عن الأكل فرادى فقال : كلوا جميعاً ولا تفترقوا ؛ كلوا جميعاً ولا تفترقوا ؛ فإن طعام الواحد يكفي الاثنين، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية) وأصل الحديث عند مسلم من غير جملة (كلوا جميعاً ولا تفترقوا)

Perintah Baginda Nabi SAW “Makanlah kalian dengan berkelompok dan jangan berpisah-pisah. Karena Makanan porsi satu orang sebenarnya cukup untuk dua orang, makanan dua orang sebenarnya cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang.”

قال ابن حجر في الفتح : (فيؤخذ منه أن الكفاية تنشأ عن بركة الاجتماع ، وأن الجمع كلما كثر ازدادت البركة )فتح الباري (9/446).، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية) وأصل الحديث عند مسلم من غير جملة (كلوا جميعاً ولا تفترقوا)

“Dari hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecukupan makanan datang karena keberkahan dari makan secara berjamaah. Sesugguhnya semakin bertambah banyak kumpulan orang yang makan, maka semakin bertambah pula keberkahan.”

Kesimpulan Ibnu Hajar ini sesuai dengan hadis riwayat Abu Daud tentang kisah para sahabat Nabi Saw. yang tiap kali makan namun tidak perah kenyang. Lalu Nabi Saw. menyarankan untuk makan bersama-sama. Dari Wahsyi bin Harb, dari ayahnya, dari kakeknya, para shahabat mengadu kepada Nabi Saw.;

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلَا نَشْبَعُ قَالَ: فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ؟ قَالُوا: نَعَمْ قَالَ: فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang?”. Beliau bersabda, ‘Mungkin karena kalian makan secara terpisah-pisah (sendiri-sendiri)?.” Mereka menjawab “Ya benar.” Beliau bersabda, “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan mendapat keberkahan pada makanan kalian.”

قال الإمام أحمد: (إذا جمع الطعام أربعاً فقد كمل: إذا ذُكر اسم الله في أوله ، وحُمد الله في آخره ، وكثرت عليه الأيدي ، وكان من حِل ) زاد المعاد (4/232).

Dalam kitab Zadul Ma’ad disebutkan bahwa imam Ahmad memberikan empat tips agar makanan berkah dan sempurna. Keempat tips tersebut; menyebut nama Allah dengan membaca basmalah di awal makan, memuji Allah dengan membaca hamdalah setelah makan, banyak tangan orang (makan berjamaah), makanan yang dimakan halal. Wallohu a’lam bisshawab. [Faisol Tantowi, Madinah, Muh Showi, Abi Nadhif]

Sumber tulisan di sini.

Tulisan terkait bisa dilihat di sini.

Pos terkait