Pertanyaan: Hukum Mendesah dan Merintih Saat Jima’
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bagaimana hukumnya wanita (seorang istri) saat dijimak merintih-rintih, mohon para ustadz mau menjawab. Terimakasih. [Ali Kholiq Idris].
Jawaban dari pertanyaan Hukum Mendesah dan Merintih Saat Jima’
Wa’alaikum salam Wr. Wb. Ada Ikhtilaf ulama seputar hukum merintih saat melakukan senggama, sebagian ulama membolehkan dan sebagian lainnya me’makruh’kan. Berikut adalah pendapat para ulama tentang hal tersebut:
- Dikatakan oleh Alqodi dalam Kitab Aljami: Berkata Abulhasan bin Atthor dalam Kitab Ahkamunnisa, “Dimakruhkan bagi perempuan mendesah pada saat dan ketika jimak. Dan tidak dimakruhkan bagi laki laki, mendesah bagi pria boleh hal ini dikeluarkan dari kemakruhan”.
- Di dalam pendapat lain: Berkata Malik, tidak mengapa mendesah pada saat jimak, Beliau berpendapat, mendesah adalah suatu kebodohan jika dilakukan di luar jimak, karena hal tersebut termasuk aib bagi pelakunya atau yang dicirikan buruk atas pelakunya.
- Dan berkata Ma’n bin Eisa: Bahwa Ibn Sirin dan Atho dan Mujahid, semuanya memakruhkan mendesah pada saat jimak.
- Berkata Atho: Barang siapa yang keluar darinya desahan, maka bertakbirlah empat kali takbir.
- Dan berkata Mujahid: Pada saat Allah menjatuhkan Iblis ke bumi, Iblis mendesah dan mendengus, maka dilaknatlah orang yang mendesah dan mendengus, terkecuali sesuatu yang dapat keringanan dalam desahan ialah pada saat jimak.
- Imam Nafi’ bin Jabir bin Muth’im R.A ditanya Mengenai hal ini tentang mendesah pada saat jimak. Maka Beliau berkata: Adapun desahan adalah boleh, akan tetapi aku mengambil kesimpulan dari hal tersebut adalah dengusan seperti halnya dengusan kuda.
- Adapun Abdulloh bin Umar R.A meringankan desahan pada saat jimak.
- Dan pernah seorang perempuan bertanya kepada Atho bin Abi Rabah: Ia berkata, Sesungguhnya suamiku memerintahkanku mendesah pada saat jimak, Beliau menjawab “Taatilah suamimu!”
- Dan diceritakan dari Makhul bahwa Rosul Melaknat pendengus pria maupun wanita terkecuali Endalwiqo’/pada saat jimak. Hal ini disebutkan oleh Abu Bakar dalam Ahkamulwath.
– Al Inshof 264-265:
وقال القاضي في الجامع قال أبو الحسن بن العطار في كتاب أحكام النساء ويكره نخرها عند الجماع وحال الجماع ولا نخره وهو مستثنى من الكراهة في غيره.
وقال مالك لا بأس بالنخر عند الجماع وأراه سفها في غير ذلك يعاب على فاعله.
وقال معن بن عيسى كان بن سيرين وعطاء ومجاهد يكرهون النخر عند الجماع.
وقال عطاء من انفلتت منه نخرة فليكبر أربع تكبيرات.
وقال مجاهد لما أهبط الله إبليس إلى الأرض أن ونخر فلعن من أن ونخر إلا ما أرخص فيه عند الجماع.
وسئل نافع بن جبير بن مطعم رضي الله عنه عن النخر عند الجماع فقال أما النخر فلا ولكن يأخذني عند ذلك حمحمة كحمحمة الفرس.
وكان عبد الله بن عمر رضي الله عنهما يرخص في النخر عند الجماع.
وسألت امرأة عطاء بن أبي رباح فقالت إن زوجي يأمرني أن أنخر عند الجماع فقال لها أطيعي زوجك.
وعن مكحول لعن رسول الله عليه أفضل الصلاة والسلام الناخر والناخرة إلا عند الوقاع ذكر ذلك أبو بكر في أحكام الوطء.
– Kasysyaaful Qina’ 7/409:
وَقَالَ أَبُو الْحَسَنِ بْنُ الْقَطَّانِ فِي كِتَاب أَحْكَامِ النِّسَاءِ : لَا يُكْرَهُ نَخْرُهَا لِلْجِمَاعِ وَلَا نَخْرُهُ وَقَالَ ) الْإِمَامُ ( مَالِكُ ) بْنُ أَنَسٍ ( لَا بَأْسَ بِالنَّخْرِ عِنْدَ الْجِمَاعِ وَأَرَادَ سَفَهًا فِي غَيْرِ ذَلِكَ يُعَابُ عَلَى فَاعِلِهِ وَتُكْرَه كَثْرَةُ الْكَلَامِ حَالَ الْوَطْءِ ) لِقَوْلِهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – { لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ عِنْدَ مُجَامَعَةِ النِّسَاءِ فَإِنَّ مِنْهُ يَكُونُ الْخَرَسُ وَالْفَأْفَأَةُ } رَوَاهُ أَبُو حَفْصٍ ، وَلِأَنَّهُ يُكْرَه الْكَلَامُ حَالَ الْبَوْلِ وَحَالُ الْجِمَاعِ فِي مَعْنَاهُ .
Wallohu a’lam semoga bermanfaat. [Mujaawib: Kyai Abdullah Afif]
Sumber tulisan ada disini.
Silahkan baca juga artikel terkait.