Pertanyaan: Hukum Menerima Uang Karena Terkenal Sakti Hasil Efek Berbohong
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Bagaimanakah hukum orang yang terkenal karena kesaktiannya yang bohongan? Tapi setelah itu dia bertaubat. Contoh: Parno berteman dengan ponaryo. Kata ponaryo “Saya bisa mengambil keris dari dalam tanah, tapi harus pada malam hari. Walhasil ponaryo yang memang tidak sakti menyiapkan trik untuk mengelabui si parno. Dia menyiapkan sendiri keris yang dikubur dalam tanah pada siang harinya. Ketika tengah malam berangkatlah mereka berdua kepada tempat yang telah di siapkan keris tsb.
Dengan pura-pura baca mantra ponaryo bersemedi dan keris itu diangkatnya. Si parno yang mimang agak lugu percaya saja dan menceritakan hal tersebut kepada teman-temannya. Hal itu membuat ponaryo menjadi terkenal hingga banyak orang datang minta mantra atoupun berobat dengannya dan mereka membawa sedekah untuk ponaryo. Nah. Kalau trik yang pertama terhadap parno sudah jelas hukumnya itu penipuan. Tapi setelah itu dia bertaubat dan efek terkenal saktinya masih ada, hingga masih ada saja orang yang berharap untuk dikasih jampi-jampi. Makasih.
Jadi pertanyaanya: Bagaimana Hukum dia menerima uang yang hasil efek kebohongannya dulu? [Busyro Habiby]
Jawaban atas pertanyaan Hukum Menerima Uang Karena Terkenal Sakti Hasil Efek Berbohong
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Uang yang diterima ponaryo tidak halal. Pemberi tidak akan memberikan uang bila tahu ponaryo itu seorang pembohong/tidak sakti.
نهاية المحتاج ج ص 134
وَمَنْ أَعْطَى لِوَصْفٍ يَظُنُّ بِهِ كَفَقْرٍ أَوْ صَلَاحٍ أَوْ نَسَبٍ أَوْ عَلِمَ وَهُوَ فِي الْبَاطِنِ بِخِلَافِهِ أَوْ كَانَ بِهِ وَصْفٌ بَاطِنًا بِحَيْثُ لَوْ عَلِمَ لَمْ يُعْطِهِ حُرِّمَ عَلَيْهِ الْأَخْذُ مُطْلَقًا ، وَيَجْرِي ذَلِكَ فِي الْهَدِيَّةِ أَيْضًا فِيمَا يَظْهَرُ ، بَلْ الْأَوْجَهُ إلْحَاقُ سَائِرِ عُقُودِ التَّبَرُّعِ بِهَا كَوَصِيَّةٍ وَهِبَةٍ وَنَذْرٍ وَوَقْفٍ
حاشيتا قليوبى وعميرة ج 3 ص 204
فَصْلٌ صَدَقَةُ التَّطَوُّعِ سُنَّةٌ لِمَا وَرَدَ فِيهَا مِنْ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ ، ( وَتَحِلُّ لِغَنِيٍّ وَكَافِرٍ ) قَالَ فِي الرَّوْضَةِ يُسْتَحَبُّ لِلْغَنِيِّ التَّنَزُّهُ عَنْهَا وَيُكْرَهُ لَهُ التَّعَرُّضُ لِأَخْذِهَا وَفِي الْبَيَانِ لَا يَحِلُّ لَهُ أَخْذُهَا مُظْهِرَ الْفَاقَةِ ، وَهُوَ حَسَنٌ وَفِي الْحَاوِي الْغَنِيُّ بِمَالٍ ، أَوْ بِصَنْعَةٍ سُؤَالُهُ حَرَامٌ ، وَمَا يَأْخُذُهُ حَرَامٌ عَلَيْهِ انْتَهَى.
قَوْلُهُ : ( وَمَا يَأْخُذُهُ حَرَامٌ عَلَيْهِ ) أَيْ عِنْدَ شَيْءٍ مِمَّا تَقَدَّمَ ، أَوْ عِنْدَ فَقْدِ صِفَةٍ أَعْطَى لِأَجْلِهَا قَالَ شَيْخُنَا : وَحَيْثُ حَرُمَ لَا يَمْلِكُ مَا أَخَذَهُ ، وَيَجِبُ رَدُّهُ إلَّا إذَا عَلِمَ الْمُعْطِي بِحَالِهِ فَيَمْلِكُهُ ، وَلَا حُرْمَةَ إلَّا إنْ أَخَذَهُ بِسُؤَالٍ أَوْ إظْهَارِ فَاقَةٍ فَيَمْلِكُهُ مَعَ الْحُرْمَةِ ، وَفِي شَرْحِ شَيْخِنَا وَحَيْثُ أَعْطَاهُ عَلَى ظَنِّ صِفَةٍ وَهُوَ فِي الْبَاطِنِ بِخِلَافِهَا وَلَوْ عَلِمَ بِهِ لَمْ يُعْطِهِ لَمْ يَمْلِكْ مَا أَخْذَهُ ، ثُمَّ قَالَ : وَيَجْرِي ذَلِكَ فِي سَائِرِ عُقُودِ التَّبَرُّعِ كَهِبَةٍ وَهَدِيَّةٍ وَوَقْفٍ وَنَذْرٍ وَوَصِيَّةٍ فَرَاجِعْهُ .
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat. [Ghufron Bkl]
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.