Pertanyaan: Adakah Penjelasan Hukum Mushofahah Dan Cium Tangan?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Mari kita bermudzakaroh, hukumnya mushofahah atau bersalaman cium tangan?
(Yusuf Abi).
Jawaban atas pertanyaan Hukum Mushofahah Dan Cium Tangan
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Mushofahah (bersalaman) sambil membungkukkan badan diperbolehkan selama tidak mencapai posisi sebagaimana orang ruku’ ketika sholat (bila mencapai posisi ruku’ maka hukumnya makruh namun tidak sampai haram apalagi syirik). Bahkan menurut Al-Hafidz Al-‘Iroqi mencium tangan atau kaki orang orang mulia dengan maksud tabarruk merupakan perbuatan baik dan terpuji berdasarkan tujuan dan niatnya. Wallahu A’lam.
Sebagaimana kita ketahui dan juga setelah membaca kedua dokumen di atas bahwa hukum mencium tangan dapat kita bagi menjadi dua hukum:
Mencium tangan seseorang karena dunianya, ataupun pangkatnya, seperti halnya pejabat (gubernur bupati, dsb), orang orang kaya dan sebagainya hukumnya makruh
Mencium tangan seseorang karena akhiratnya, dan sebagainya, seperti para ‘alim, guru dan para kerabat yang lebih tua adalah sunnah dan dianjurkan
Referensi detailnya silakan baca kedua artikel di atas.
Mudzakarah:
Seakan akan cium tangan ada yang direndahkan. Budaya cium tangan dari kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Faidahnya adalah:
Agar tidak menjadikannya kebiasaan yang menjadikan seorang ‘alim bertabiat mengulurkan tangannya kepada murid-muridnya, yang kemudian menjadi tabi’at (simurid) untuk bertabarruk dengannya. Karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam meskipun tangan beliau dicium para shahabat, maka kejadian itu sangatlah jarang. Jika demikian, maka tidak diperbolehkan menjadikan hal itusebagai sunnah yang dilakukan secara terus-menerus sebagaimana diketahui dalam kaidah fiqhiyyah.
Agar tidak membiarkan hal menjadi kesombongan seorang ‘alim kepada yang lainnya dan pandangannya terhadap dirinya sendiri sebagaimana hal itu terjadi pada sebagian masyaikh saat ini.
ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﻳﺪ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪ ﺃﻭ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﺓ , ﺃﺑﺎﺣﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﻣﻨﻌﻪ ﺁﺧﺮﻭﻥ . ﻭﻫﺬﺍ ﻻ ﻳﺴﻤﻰ ﺧﻀﻮﻋًﺎ ﻭﻻ ﺍﻧﺤﻨﺎﺀً ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ؛ ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻘﺼﺪ ﺍﻻﻧﺤﻨﺎﺀ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ , ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺃﻥ ﻳﻘﺒﻞ ﺭﺃﺳﻴﻬﻤﺎ.
Jawaban: “Mencium tangan ayah atau ibu itu dibolehkan oleh sebagian ulama dan dilarang oleh sebagian ulama yang lain. Merundukkan badan yang terjadisaat mencium tangan ortu itu tidak bisa disebut sebagai merendahkan diri dan membungkuk(baca: ruku) kepada selain Allah karena pelakunya tidak meniatkan dengan hal tersebut sebagai ruku kepada selain Allah”
ﻓﺎﻹﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻘﻮﻝ : ﺇﻥ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﺍﻟﻴﺪ ﻫﻮ ﺍﻟﺴﺠﺪﺓ ﺍﻟﺼﻐﺮﻯ. ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻳﻤﻨﻊ ﺫﻟﻚ. ﻭﺃﺑﺎﺡ ﺑﻌﺾ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻳﻀًﺎﺗﻘﺒﻴﻞ ﻳﺪ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ , ﺃﻭ ﻳﺪ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ . ﻟﻜﻦ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺗﺮﻙ ﺫﻟﻚ ﻟﻠﻪ , ﻓﺘﻘﺒﻴﻞ ﺭﺃﺱ ﺃﻣﻚ ﺃﻭ ﺭﺃﺱ ﺃﺑﻴﻚ ﺃﻓﻀﻞ, ﻭﻻ ﺑﺄﺱ. ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .
Imam Malik mengatakan, “Sesungguhnya cium tangan itu adalah sujud kecil-kecilan”. Imam Syafii juga melarang cium tangan. Namun sebagian ulama membolehkan cium tangan orang tua atau cium tangan ulama. Namun yang lebih baik adalah meninggalkan hal tersebut karena Allah. Cium dahi ibu atau ayah (sebagai bentuk penghormatan) itulah yang lebih afdhol dan tidak mengapa untuk dilakukan”
.ﻣﺼﺪﺭ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ : ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺳﻤﺎﺣﺔ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺣﻤﻴﺪﺹ256 ﺭﻗﻢ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﻓﻲ ﻣﺼﺪﺭﻫﺎ : 272
Fatwa ini dikutip dari buku Fatawa Samahatus Syeikh Abdullah bin Humaid hal 256 dengan nomor fatwa di buku tersebut 272
Cium tagan posisi tubuh bungkuk atau ruku tidak boleh, ruku dan sujud hanya kepada Allah. Dari Anas bin Malik R.A, bahawa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah S.A.W, “Ya Rasulullah, apabila ada di antara kami bertemu saudara atau kawan, bolehkah ia membongkok dirinya terhadapnya sebagai tanda hormat? “Rasulullah S.A.W menjawab: “tidak” Orang itu bertanya lagi: “Boleh dia dipeluk dan dicium? “Rasulullah S.A.W menjawab: “tidak.” Orang itu bertanya lagi: “Bolehkah memegang tangan lalu menjabat tangannya? “Rasulullah S.A.W menjawab: “Benar.”(Hadith riwayat At-Tirmidzi berstatus Hasan).
Dalam kitab Asnaa al-Mathaalib III/114 disebutkan: Dan disunahkan mencium tangan orang yang masih hidup karena kebaikannya dan sejenisnya yang tergolong kebaikan-kebaikan yang bersifat ‘diniyyah’ (agama), kealimannya, kemuliaannya sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat pada baginda Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Abu Daud dan lainnya dengan sanad hadits yang shahih. Baca:
وَيُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الْحَيِّ لِصَلَاحٍ وَنَحْوِهِ من الْأُمُورِ الدِّينِيَّةِ كَزُهْدٍ وَعِلْمٍ وَ شَرَفٍ كما كانت الصَّحَابَةُ تَفْعَلُهُ مع النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم كما رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ
Dan dimakruhkan mencium tangan seseorang karena kekayaannya atau lainnya yang bersifat duniawi seperti lantaran butuh dan hajatnya pada orang yang memiliki harta dunia berdasarkan hadits “Barangsiapa merendahkan hati pada orang kaya karena kekayaannya hilanglah 2/3 agamanya”:
وَيُكْرَهُ ذلك لِغِنَاهُ وَنَحْوِهِ من الْأُمُورِ الدُّنْيَوِيَّةِ كَشَوْكَتِهِ وَوَجَاهَتِهِ عِنْدَ أَهْلِ الدُّنْيَا لِخَبَرِ من تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ
Anas RA. meriwayatkan:
ﻛﺎﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺫﺍ ﺗﻼﻗﻮﺍﺗﺼﺎﻓﺤﻮﺍ ، ﻭﺇﺫﺍ ﻗﺪﻣﻮﺍ ﻣﻦ ﺳﻔﺮ ﺗﻌﺎﻧﻘﻮﺍ .
“Maksudnya: “Bahawa para sahabat Nabi SAW. apabila bertemu mereka bersalam-salaman dan apabila pulang dari safar (perjalanan jauh)mereka berpeluk-pelukan”. Hadis shohih riwayat Al-Tobrani.
Di dalam hadis yang lain diriwayatkan bahawaAisyah r.a berkata:
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﺃﺧﺬ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀﻗﻂ ﺇﻻ ﺑﻤﺎ ﺃﻣﺮﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ، ﻭﻣﺎ ﻣﺴﺖ ﻛﻒ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﻒ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻗﻂ، ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻬﻦ ﺇﺫﺍ ﺃﺧﺬ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ : ” ﻗﺪ ﺑﺎﻳﻌﺘﻜﻦ ﻛﻼﻡ
“Maksudnya: “Demi Allah! Rasulullah SAW tidak pernah mengambil wanita melainkan apa yang diperintahkan Allah Taala ke atasnya dan tangan Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram), dan apabila berbai’ah baginda SAW akan berkata: Sesungguhnya aku telah berbai’ah dengan kamu secara percakapan sahaja”
Pendapat ini adalah berdasarkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ma’qal bin Yasaar:
ﻷﻥ ﻳﻄﻌﻦ ﻓﻲ ﺭﺃﺱ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺑﻤﺨﻴﻂ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺪ ﺧﻴﺮ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻤﺲ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻻ ﺗﺤﻞ ﻟﻪ ” ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ.
Maksudnya: Jika seorang dari pada kamu dicucuk kepalanya dengan jarum daripada besi lebih baik baginya daripada bersalaman dengan wanita yang tidak halal baginya (mahram)”. Hadis riwayat Al-Tobrani dan Al-Baihaqi.
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﺃﺧﺬ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻗﻂ ﺇﻻ ﺑﻤﺎ ﺃﻣﺮﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ، ﻭﻣﺎ ﻣﺴﺖ ﻛﻒ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﻒ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻗﻂ، ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻟﻬﻦ ﺇﺫﺍ ﺃﺧﺬ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ : ” ﻗﺪ ﺑﺎﻳﻌﺘﻜﻦ ﻛﻼﻡ .” ” ﻷﻥ ﻳﻄﻌﻦ ﻓﻲ ﺭﺃﺱ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺑﻤﺨﻴﻂ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺪ ﺧﻴﺮ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻤﺲ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻻ ﺗﺤﻞ ﻟﻪ ” ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ.
Para shahabat mencium tangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitab Musnadnya juz 8 halaman 372 hadits nomor 4750
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَبَّلَ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari Yazid dari Abdurrahman bin Abu Lailai dari Ibnu Umar, bahwa ia pernah mencium tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Imam Abu Dawud meriwayatkan dalam kitab Sunannya juz 4 halaman 524 hadits nomor 5225
حدثنا أحمد بن يونس حدثنا زهير حدثنا يزيد بن أبى زياد أن عبد الرحمن بن أبى ليلى حدثه أن عبد الله بن عمر حدثه وذكر قصة قال فدنونا – يعنى – من النبى -صلى الله عليه وسلم- فقبلنا يده.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Abu Ziyad bahwa ‘Abdurrahman bin Abu Laila menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Umar menceritakan kepadanya lalu ia menyebutkan kisahnya. Ia berkata, “Kami mendekat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu kami mencium tangannya.
Diriwayatkan bahwa Imam Malik tidak menyukai cium tangan.
Dijelaskan dalam Kitab ‘Aunul Ma’bud, syarh Sunan Abu Dawud juz 14 halaman 90, mengutip dari penjelasan al hafizh Al-Mundziri, bahwa maksudnya jika dilakukan dengan alasan takabbur dan ta’zhim, tapi jika dilakukan dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah karena agamanya, ilmunya atau kemuliannya maka itu diperbolehkan. Teks selengkapnya sbb:
وقال الأبهري إنما كرهها مالك إذا كانت على وجه التكبر والتعظيم لمن فعل ذلك به فأما إذا قبل إنسان يد إنسان أو وجهه أو شيئا من بدنه ما لم يكن عورة على وجه القربة إلى الله لدينه أو لعلمه أو لشرفه فإن ذلك جائز
وتقبيل يد النبي صلى الله عليه و سلم يقرب إلى الله وما كان من ذلك تعظيما لدنيا أو لسلطان أو لشبهه من وجوه التكبر فلا يجوز
Abi Yusuf Pendapat ini adalah berdasarkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ma’qal bin Yasaar:
ﻷﻥ ﻳﻄﻌﻦ ﻓﻲ ﺭﺃﺱ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺑﻤﺨﻴﻂ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺪ ﺧﻴﺮ ﻟﻪﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻤﺲ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻻ ﺗﺤﻞ ﻟﻪ ” ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ.
Maksudnya: Jika seorang daripada kamu dicucuk kepalanya dengan jarum daripada besi lebih baik baginya daripada bersalaman dengan wanita yang tidak halal baginya (mahram)”. Hadis riwayat Al-Tobrani dan Al-Baihaqi.
Kenapa ﺃﻥ ﻳﻤﺲ dima’nai “bersalaman” ?
Al hafidz Al-Mundziri dalam At-Targhib
فقد ذكره الحافظ المنذري في الترغيب في غض البصر والترهيب من إطلاقه ومن الخلوة بالأجنبية ولمسها،
وأتبعه بحديث: ولأن يزحم رجل خنزيرا متلطخا بطين أو حمأة خير له من أن يزحم منكبه منكب امرأة لا تحل له. رواه الطبراني.
Hadits diatas bukan untuk “haram salaman”, tapi untuk hukum kholwah dengan ajnabiyah dan lams ajnabiyah
Dalam Majma’u Al-Zawaa-id
مجمع الزاوئد ومنبع الفوائد
عن أبي أمامة عن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قال : ” إياك والخلوة بالنساء والذي نفسي بيده ما خلا رجل بامرأة إلا دخل الشيطان بينهما ولأن يزحم رجل خنزيرا متلطخا بطين أو حمأة خير له من أن يزحم منكبه منكب امرأة لا تحل له ” .
رواه الطبراني ، وفيه علي بن يزيد الألهاني ، وهو ضعيف جدا ، وفيه توثيق .
موقع فضيلة الدكتور سعد بن عبدالله الحميد
Kalau ta’bir Mausu’ah ini cukup shorih Mbah Jenggot II
قال العلماء: ما جرت به العادة من خفض الرأس والانحناء إلى حد لا يصل به إلى أقل الركوع – عند اللقاء – لا كفر به ولا حرمة كذلك , لكن ينبغي كراهته
Njeh yai Abdullah Afif sebab wonten mriku wonten unsur pengagungan.
Kalau sakral, bagaimana anda memahami ayat berikut ? Al-Baqoroh ayat 34
وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا إلا إبليس أبى واستكبر وكان من الكافرين
Sujud seperti apa dan dengan maksud apa ? lihat tafsir Al-Baghowi
والأصح أنه مع جميع الملائكة لقوله تعالى : ” فسجد الملائكة كلهم أجمعون ” ( 30 – الحجر ) وقوله ( اسجدوا ) فيه قولان الأصح أن السجود كان لآدم على الحقيقة وتضمن معنى الطاعة لله عز وجل بامتثال أمره وكان ذلك سجود تعظيم وتحية لا سجود عبادة كسجود إخوة يوسف له في قوله عز وجل ” وخروا له سجدا ” ( 100 – يوسف ) ولم يكن فيه وضع الوجه على الأرض إنما كان الانحناء فلما جاء الإسلام أبطل ذلك بالسلام
Hukum mushofahah menurut madzhab Syafi’i dan lintas madzhab empat silahkan kesini:
مصافحة الرجل للمرءة
حكم مصافحة المصلين عقب الصلوات
Catatan: Kami tidak mampu mentarjih hadits dan hukum di dalamnya sendiri, yang kami lakukan adalah mengutip ulama’ kredibel dengan pangkat mujtahid tarjih sekelas Imam Nawawi dan lain lain, dan hukum fiqihnya menurut Imam madzhab dan ashabnya yang termaktub dalam kitab-kitab mu’tabaroh.
Imam Sulaiman Bin Harb berkata ritual musofahah adalah sujud kecil-kecilan (lihat kitab Al-Wara’ juz 1 halaman 144, karya Imam Ahmad)
عن عبد الرحيم أبي العباس السامي قال: قال سليمان بن حرب: تقبيل يد الرجل السجدة الصغرى
Diantara Tujuan musofahah / bersalaman adalah mempererat, memperkuat silaturahim, menyambungkan kasih sayang Allah, saling menduakan, saling trasfer energi motifasi
Hukum membungkukkan badan diluar madzhab Syafi’i. Dalam kitab al Fawakihuddawani ‘ala Risalati Ibn Abi Zaid al Qairawani (Kitab Malikiyyah) juz 8 halaman 296:
وَأَفْتَى بَعْضُ الْعُلَمَاءِ بِجَوَازِ الِانْحِنَاءِ إذَا لَمْ يَصِلْ إلَى حَدِّ الرُّكُوعِ الشَّرْعِيِّ
Sebagian ulama berfatwa bolehnya membungkukkan badan jika tidak sampai pada batas rukuk syar’iy
Dan dalam Kitab Ghidzaa`ul Albab Syarh Manzhumatil Adab (Kitab Hanabilah) juz 1 halaman 256:
وقدم في الآداب الكبرى عن أبي المعالي أن التحية بانحناء الظهر جائز وقيل هو سجود الملائكة لآدم
Telah berlalu dalam Al-Aadaabul-Kubra dari Abul-Ma’aaliy bahwasannya penghormatan dengan membungkukkan punggung diperbolehkan. Ada yang mengatakan itu merupakan sujudnya Malaikat terhadap Nabi Adam
Dari Anas bin Malik R.A, bahawa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah S.A.W, “Ya Rasulullah, apabila ada di antara kami bertemu saudara atau kawan, bolehkah ia membongkok dirinya terhadapnya sebagai tanda hormat?” Rasulullah S.A.W menjawab: “tidak” Orang itu bertanya lagi: “Boleh dia dipeluk dan dicium? “Rasulullah S.A.W menjawab: “tidak.” Orang itu bertanya lagi: “Bolehkah memegang tangan lalu menjabat tangannya? “Rasulullah S.A.W menjawab: “Benar.” (Hadith riwayat At-Tirmidzi berstatusHassan).
Tanggapan kami:
Hadits diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Kitab Sunannya juz 5 halaman 75 hadits nomor 2728 beliau menghasankankanya
Berikut sanad dan matannya:
حدثنا سويد أخبرنا عبد الله أخبرنا حنظلة بن عبيد الله عن أنس بن مالك قال قال رجل : يا رسول الله الرجل منا يلقي أخاه أو صديقه أينحني له ؟ قال لا قال أفيلتزمه ويقبله ؟ قال لا قال أفيأخذ بيده ويصافحه ؟ قال نعم قال أبو عيسى هذا حديث حسن
Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah dalam kitab sunannya juz 2 halaman 1220 hadits nomor 3702
Berikut sanad dan matannya:
حدثنا علي بن محمد . حدثنا وكيع عن جرير بن حازم عن حنظلة بن عبد الرحمن السدوسي عن أنس بن مالك قال قلنا يا رسول الله أينحني بعضنا لبعض ؟ : قال ( لا ) . قلنا أيعانق بعضنا بعضا
Catatan:
Al-Hafidz Al-‘Iroqi dalam tahkrij hadits Ihya juz 4 halaman 433 mengatakan bahwasanya hadits diatas didho’ifkan oleh Imam Ahmad dan Imam Baihaqi
Berikut teks selengkapnya:
حديث أنس : قلنا يا رسول الله أينحني بعضنا لبعض ؟ قال ” لا ” قال : فيقبل بعضنا بعضا ؟ قال ” لا ” قال : فيصافح بعضنا بعضا ؟ قال ” نعم “** أخرجه الترمذي وحسنه وابن ماجه وضعفه أحمد والبيهقي .
Syeikh Syu’eib Al-Arnauth dalam ta’liqnya atas Musnad Ahmad (juz 3 halaman 265 hadits nomor 13067) mengatakan bahwa sanad hadits tersebut adalah dho’if
Berikut teks selengkapnya:
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا مروان بن معاوية ثنا حنظلة بن عبد الله السدوسي قال ثنا أنس بن مالك قال قال رجل : يا رسول الله أحدنا يلقى صديقه أينحني له قال فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا قال فيلتزمه ويقبله قال لا قال فيصافحه قال نعم ان شاءتعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده ضعيف
Kenapa sanadnya dho’if ? Karena ada rawi yang bernama Hanzholah. Imam Baihaqi dalam Kitab Sunan Kubro juz 7 halaman 100 menjelaskan:
وَأَمَّا الْحَدِيثُ الَّذِى أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ : عَلِىُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِىٍّ الْمُقْرِئُ أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَنْحَنِى بَعْضُنَا لِبَعْضٍ إِذَا الْتَقَيْنَا؟ قَالَ :« لاَ ». قِيلَ : فَيَلْتَزِمُ بَعْضُنَا بَعْضًا؟ قَالَ :« لاَ ». قِيلَ : فَيُصَافِحُ بَعْضُنَا بَعْضًا؟ قَالَ :« نَعَمْ ». {ج} فَهَذَا يَتَفَرَّدُ بِهِ حَنْظَلَةُ السَّدُوسِىُّ وَكَانَ قَدِ اخْتَلَطَ تَرَكَهُ يَحْيَى الْقَطَّانُ لاِخْتِلاَطِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Imam Bukhori dalam kitab Adhdhu’afa Ashshaghier halaman 39 menerangkan:
حنظلة بن عبيد الله أبو عبد الرحيم السدوسي يعد في البصريين عن أنس وشهر روى عنه حماد بن زيد وجرير بن حازم وهشام بن حسان نسبه بن المبارك قال يحيى القطان رأيته وتركته على عمد وكان قد اختلط
Imam Hafidz Al-Iraqi Ra. berkata: Mencium badan, tangan atau kaki orang-orang yang dianggap mulia dengan maksud mendapatkan berkah, adalah perbuatan baik dan terpuji berdasarkan tujuan dan niatnya. Bughyah Al-Mustarsyidin hal 296:
وَقَالَ اَلْحَافِظْ اَلْعِرَاقِيْ : وَتَقْبِيْلُ اْلأَمَاكِنِ الشَّرِيْفَةِ عَلَى قَصْدِ التَّبَرُّكِ وَأَيْدِيْ الصَّالِحِيْنَ وَأَرْجُلِهِمْ حَسَنٌ مَحْمُوْدٌ بِاعْتِبَارِ الْقَصْدِ وَالنِّيَةِ اهـ.
Kesimpulan : Mushofahah (bersalaman) sambil membungkukkan badan diperbolehkan selama tidak mencapai posisi sebagaimana orang ruku’ ketika sholat (bila mencapai posisi ruku’ maka hukumnya makruh namun tidak sampai haram apalagi syirik). Bahkan menurut Al-Hafidz Al-‘Iroqi mencium tangan atau kaki orang orang mulia dengan maksud tabarruk merupakan perbuatan baik dan terpuji berdasarkan tujuan dan niatnya. Wallahu A’lam.
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Mbah Jenggot II, Rizalullah Santrialit, Abdullah Afif, Yusuf Abi, Ghufron Bkl, Abi Yusuf].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.