Pertanyaan Hukum Ucapan Istri: Langkahi Dulu Mayatku Jika Kau Mau Nikah Lagi
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bagaimana hukumnya melangkahi mayat? Deskripsi: Ketika hidupnya si istri yang tidak mengijinkan suami nya nikah lagi bilang “langkahi dulu mayat ku kalo mau nikah lagi”. Setelah beberapa bulan si istri sakit-sakitan dan meninggal. Kemudian si suami melangkahi mayat istrinya karena mau nikah lagi.. seperti apa yang diucapkan istrinya semasa hidup: “kalau mau nikah lagi maka langkahi dulu mayatku…”. [ Zanzanti Yanti Andeslo ].
Jawaban atas pertanyaan Hukum Ucapan Istri: Langkahi Dulu Mayatku Jika Kau Mau Nikah Lagi
Perkataan si isteri dalam kasus di atas, sebetulnya bukan perkataan sesungguhnya yang diartikan secara tekstual, tapi ucapan seperti itu adalah ucapan kiasan (majaz) dari seorang isteri yang tidak mau suaminya menikah lagi/dimadu selama ia masih hidup. Jadi ucapan itu tidak termasuk “syarat” sebagaimana dimaksud secara syar’i.
Ucapan istri yang seperti itu tidak ada artinya dalam hukum fiqh, karena ucapan itu hanyalah majaz bukan hakikat dan yang kedua keabsahan poligami tidak disyaratkan denga izinnya istri, jadi ucapan istri tersebut sama sekali tak dianggap dalam hukum fiqh. Kalau memang si suami melakukan apa yang pernah dikatakan si istri, itu adalah akibat ketidaktahuan dan kebodohan yang nyata dari si suami, karena melangkahi mayit sebelum dikubur hukumnya haram sebab kita wajib menghormati mayit sebagaimana kita menghormati orang yang masih hidup:
سبل السلام ٢/١١٠
.كسر عظم الميت ككسره حيا____وزاد ابن ماجه أى في الحديث هذا وهو قوله من حديث أم سلمة في الإثم ___فيه دلالة على وجوب احترام الميت كما يحترم الحي.
Memecah tulang mayit (hukumnya) seperti memecahnya saat masih hidup. Ini menunjukkan wajibnya menghormati mayit sebagaimana menghormati orang hidup. [Subulus Salam : 2/110].
Dan hukumnya makruh melangkah, lewat dan duduk di atas kuburan dan menyandar pada kuburan, hal ini sebagai penghormatan pada keluarga mayit. Namun jika kuburan orang kafir, maka tidak dimakruhkan. Lihat Kitab I’anatuth Thalibin Juz 2 Halaman 121:
( قوله كره وطء عليه ) أي مشى عليه برجله ( قال في المصباح وطئته برجلي أطؤه وطأ علوته ومثله بالأولى الجلوس وفي معناهما الاستناد إليه والاتكاء عليه
والحكمة في ذلك توقير الميت واحترامه وخرج بقوله عليه الوطء على ما بين المقابر ولو بالنعل فلا يكره كما نص عليه في المغنى وعبارته ولا يكره المشي بين المقابر بالنعل على المشهور
Lihat juga Kitab Hasyiyah Qulyubi Juz 1 Halaman 400 :
قوله : ( ولا يجلس على القبر ) أي على ما حاذى الميت منه , وكذا ما بعده . وكل ذلك فيقبر المسلم ولو مهدرا أو بعد اندراسه , وإن جاز الدفن حينئذ عليه للحاجة فيه , بخلاف الكافر ولو مرتدا لعدم احترامه , فلا يكره فيه شيء مما ذكر . نعم ينبغي تركه في الذمي دفعا لأذى الأحياء منهم , لكن يكره المكث في مقابرهم . قوله : ( ولا يوطأ ) خرج به المشي بين القبور ولو بالنعل وبلا حاجة , فلا يكره
Lihat juga Kitab Al-Umm Juz 1 Halaman 277 :
( قال ) وَأَكْرَهُ وَطْءَ الْقَبْرِ وَالْجُلُوسَ وَالِاتِّكَاءَ عليه إلَّا أَنْ لَا يَجِدَ الرَّجُلُ السَّبِيلَ إلَى قَبْرِ مَيِّتِهِ إلَّا بِأَنْ يَطَأَهُ فَذَلِكَ مَوْضِعُ ضَرُورَةٍ فَأَرْجُو حِينَئِذٍ أَنْ يَسَعَهُ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى وقال بَعْضُ أَصْحَابِنَا
Imam syafi’i berkata: aku menganggap makruh hukumnya memijak kubur, duduk, atau bersandar di atasnya kecuali bila seseorang tidak menemukan jalan lain ke kubur yang ditujunya melainkan dengan memijaknya, keadaan tsb adalah dharurat, aku berharap ia mendapat keluasan.
Wallahu a’lam semoga bermanfaat. [MUJAWWIB: Rizalullah Santrialit, Mujib Hidayat, Ghufron Bkl, Hariz Jaya].
Sumber tulisan di sini.
Baca juga artikel terkait