Ini Cara Sayyid Alawi Al-Maliki Mendidik Bangsa Jin

Ini Cara Sayyid Alawi Al-Maliki Mendidik Bangsa Jin

Ini Cara Sayyid Alawi Al-Maliki Mendidik Bangsa Jin.

Siapa tak mengenal nama besar ulama’ Makkah As Sayyid ‘Alawi bin Abbas bin Abdul ‘Aziz Al Maliki Al Hasani?

Bacaan Lainnya

Beliau adalah seorang sesepuh para ulama’ Makkah bermadzhab Maliki yang hidup semasa dengan pendiri Nahdlatul Ulama’, Hadlratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Sayyid ‘Alawi, begitu biasanya beliau disapa, adalah ayah dari Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah abad 21, Al Imam As Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas Al Maliki Al Hasani. Sayyid ‘Alawi Al Maliki juga dikenal memiliki banyak murid dari Indonesia, seperti KH. Maimoen Zubair, KH. Abdullah Faqih, Habib Fuad Al Musawa (Ayahanda Habib Mundzir), dan lainnya.

Diceritakan bahwasannya yang menjadi murid dari Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki adalah tidak hanya bangsa manusia saja, akan tetapi juga ada yang berbangsa jin, dengan menampakkan wujud seperti kucing, manusia dan ada juga yang berwujud ular.

Walhasil, suatu hari Sayyid Alawi terlambat membuka majelisnya yang rutin diadakan setelah maghrib di kediaman beliau.

Di saat menunggu kedatangan sang guru, para murid sibuk muthola’ah kitabnya masing-masing, di saat itulah ada salah satu santri yang merasa haus dan mengambil air dalam kendi, yang letaknya berada di loteng. Memang, air tersebut sudah disediakan bagi santri yang merasa kehausan.

Namun ketika sang santri tersebut mengangkat kendi, ternyata di bawah kendi ada seekor ular, hingga sang santri kaget bercampur gugup dan takut. Tak berfikir panjang, kendi tersebut dipukulkan ke seekor ular hingga ular tersebut mati, sehingga santri yang lainpun kaget dibuatnya.

Khawatir akan ketahuan oleh sang guru (Sayyid Alawi) maka santri tersebut membersihkan tempat yang telah dipenuhi oleh pecahan kendi dan merapikan kembali. Sang santri itu juga berpesan kepada teman-temannya agar tidak menceritakan kejadian tersebut kepada sang guru .

Setelah itu maka datanglah Sayyid Alawi untuk mengajar para santrinya hingga selesai dan seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu di tempat majelis tersebut, hingga akhirnya Sayyid Alawi menutup majelisnya.

Namun ketika beliau beristirahat di tengah malam, beliau bermimpi didatangi oleh seorang kakek tua yang memakai pakaian serba putih, dan tubuhnyapun juga putih. Di dalam mimpi itu, kakek tersebut menegur Sayyid Alawi dan memintanya untuk bertanggung jawab atas insiden sebelum ta’limnya tadi. Awalnya Sayyid Alawi tidak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh kakek tersebut. Setelah kakek tersebut menceritakan panjang lebar, maka fahamlah Sayyid Alawi apa yang telah terjadi sebelum ta’lim tersebut.

Dikisahkan bahwasannya jin yang berbentuk ular tersebut sudah bertahun-tahun mengikuti majlis ta’limnya Sayyid Alawi hingga beserta keturunannya yang diperkirakan sekitar 40 jin jumlahnya, dengan berbagai bentuk rupa.

Ketika sang jin meminta pertanggung jawaban kepada muridnya, maka Sayyid Alawipun tidak kekurangan akal, beliau tetap membela santrinya, dengan berkata kepada kakek tersebut, “Murid saya itu tidak bersalah, kenapa anakmu berwujud binatang?”

Si Kakek balik bertanya, “Tapi anda pernah mengajarkan untuk tidak membunuh binatang sebelum membaca bacaan tertentu, sedangkan murid anda tidak melakukannya”.

Kemudian Sayyid Alawi berkata, “betul, tetapi anda dan anak anda kan sudah mengerti hal itu, lalu kenapa masih berwujud binatang buas dan tidak berwujud yang lain saja? Mungkin saja murid saya tidak tahu tentang bacaan yang kamu maksudkan itu, atau bisa jadi dia merasa ketakutan dan tidak sempat membacanya, jadi kesalahan tetap terjadi di pihak anda, dan bukan pada murid saya “.

Namun jin tetaplah jin yang tetap ngotot mempertahankan posisinya sendiri, dengan masih bertekad membalas dendam kepada santri tersebut. Akan tetapi balasannya tidak seberat yang diinginkan jin tersebut seperti awalnya. Setelah melakukan negosiasi dengan Sayyid Alawi, maka jin tersebut memilih untuk balas dendam dengan merasuki tubuh si murid setiap seminggu sekali, sehingga santri tersebut mengalami kejang-kejang pada setiap minggunya, dan hal itu terjadi hingga akhir hayatnya.

Ada hikmah di balik cerita tersebut, bahwasannya kita harus tetap waspada terhadap binatang-binatang di sekitar kita. Jika ada binatang buas, maka kita tidak boleh membunuhnya secara langsung sebelum kita membaca doa yang telah diajarkan oleh Rosululloh Shollallohu alaihi wa aalihi wa Shohbihi wasallam, serta para Ulama’ ajarkan. Adapun diantara doanya ialah :

بالعهدالذى اخدت علي سليمان ان كنت من الجن فاخرج من هذ المكان والا اقتلك

” Atas sumpah yang kau berikan kepada Nabi Sulaiman, jika kamu dari golongan jin, maka keluarlah dari tempat ini dan jika tidak keluar, maka aku akan membunuhmu.”

Sumber: Kitab Nihayatul ‘Izzi Wasy Syarof.

(Mukhlisin)

________________
Semoga artikel “Ini Cara Sayyid Alawi Al-Maliki Mendidik Bangsa Jin” ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amin..

simak artikel terkait di sini

simak video terkait di sini

Pos terkait