Inilah Penjelasan Tradisi Halal Bi Halal Di Hari Raya

Inilah Penjelasan Tradisi Halal Bi Halal Di Hari Raya

Pertanyaan: Adakah Penjelasan Tradisi Halal Bi Halal Di Hari Raya

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Sekrang kan msih dalam suasana lebran banyak yang mengadakan halal bihal, tolong minta pnjelasan mengenai halal bihalal beserta dalilnyaa dan juga penjelasan tentang makna lafadz “minal aidzin walpaidzin” adakah penjelasannya?

Bacaan Lainnya

[Abdurrohman Hi]

Jawaban atas pertanyaan 

Wa’alaikum salam Wr. Wb.

عن أبي هريرة – رضي الله عنه – أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قال: ((من كانت عنده مظلمة لأخيه فليتحلله منها، فإنه ليس ثم دينار ولا درهم، من قبل أن يؤخذ لأخيه من حسناته، فإن لم يكن له حسنات، أخذ من سيئات أخيه فطرحت عليه))؛ رواه البخاري.

Saudaraku, bila kita pernah punya salah kepada saudara, sudah sepantasnya kita meminta maaf dan meminta kehalalannya. Sebab dosa yang terjadi antar sesama hanya akan diampuni oleh Allah bila orang yang kita zalimi itu memaafkan kita.

Lebih dari itu, Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada seseorang yang jantan mau mengaku salah dan meminta maaf akan kesalahannya itu. Rasulullah SAW. bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ عَبْدًا كَانَتْ لِأَخِيهِ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ فِي عِرْضٍ أَوْ مَالٍ فَجَاءَهُ فَاسْتَحَلَّهُ قَبْلَ أَنْ يُؤْخَذَ

Artinya: Allah merahmati seorang hamba yang pernah berbuat zalim terhadap harta dan kehormatan saudaranya, lalu ia mau datang kepada saudara yang dizaliminya itu untuk minta kehalalannya sebelum ajal menjemput … (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Setiap orang hampir bisa dipastikan punya salah dan khilaf. Setiap orang hampir pasti pernah berbuat dosa dan maksiat. Rasul sendiri menyatakan demikian. Bahwa semua bani Adam adalah khattha’un, adalah banyak berbuat dosa dan maksiat. Dan sebaik-baik khattha’un adalah at-tawwabun, yaitu orang yang banyak bertobat. Ini hadits diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari Anas binMalik R.A. Allah sendiri di dalam Al-Quran juga berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak bertobat.”

Maka, bukan suatu aib dan cela bila kita mengaku salah dan meminta maaf. Bukan merendahkan diri bila kita mengaku khilaf pada sesama. Bahkan semua itu akan mendatangkan curahan rahmat Allah pada diri ini. Bahkan semua itu akan melahirkan cinta-Nya kepada kita.

Apalah artinya mempertahankan ego hingga tak mau datang meminta maaf. Apalah artinya mengurung diri dalam malu hingga sungkan mengaku khilaf. Untuk apa menunda-nunda dan melambat-lambatkan langkah guna meminta maaf? Bukankah cinta dan rahmat Allah jauh lebih mulia ketimbang ego, harga diri, dan rasa malu ini? Maka marilah kita datang. Mengaku salah. Mengetuk pintu rumah saudara kita. Hingga terketuk pula hatinya untuk memaafkan kita.

Saudaraku, jangan sampai dosa itu kita bawa mati. Sebab biayanya akan didebitkan dari tabungan amal kita. Bahkan andai saldo amal baik kita sudah habis tanpa sisa, maka sebagai ganti kezaliman kita di dunia yang belum kita minta kehalalannya, dosa orang yang kita zalimi akan dialihkan menjadi tanggungan kita.

Sungguh celakalah kita bila sampai bernasib seperti itu. Sebab ratapan sudah tak berguna. Penyesalan sudah tanpa daya.

Rasulullah SAW. bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَمِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

Artinya: Barang siapa memiliki tanggungan kezaliman terhadap saudaranya, entah dalam hal kehormatan atau pun hartanya, maka hendaklah meminta kehalalannya hari ini. Sebelum datang hari (kiamat) di mana tidak berguna lagi dirham dan dinar. Pada hari kiamat nanti,bila seseorang yang menzalimi belum meminta kehalalan dari saudaranya, maka bila ia memiliki amal kebaikan, sebagian amal kebaikannya itu diambil sekadar kezaliman yang ia lakukan untuk diserahkan kepada orang yang pernah ia zalimi.Bila ia sudah tidak memiliki sisa amal kebaikan, maka dosa yang dimiliki orang yang pernah ia zalimi di dunia akan dilimpahkan kepadanya senilai kezaliman yang pernah ia lakukan. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah R.A.)

lafadz من العائدين والفائزين asalnya جعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين

asalnya: semoga Allah menjadikan kami dan kamu semua dari golongan yang kembali fitrah/suci dan golongan yang berbahagia

Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.

[Santri Alit]

Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.

Pos terkait