Istilah dan Pengertian Qurban Dalam Fiqih
Dalam Fiqh Syafi’i istilah Qurban menggunakan Adhaahi / jama’ dari Dhahiyyah (lihat al Umm juz II halaman 243, Daar al Fikr, dan lihat Raudhah juz I halaman 348, maktabah syamilah) , Tadalahiyyah (lihat Raudhah juz I halaman 348, maktabah syamilah) dan Udlhiyyah (lihat al Muhadzdzab / Al Majmu’ 8/382, maktabah syamilah). Dijelaskan dalam kitab Fat_hul Wahhab / Hamisy Hasyiyah al- Jamal ‘alaa Syarhil Manhaj juz IV halaman 250, cetakan Daar Ihya at Turaats al ‘Arabi, Beirut / juz 22 halaman 143, maktabah syamilah:
كِتَابُ الْأُضْحِيَّةِ
Kitab menerangkan Udhiyyah
وَهِيَ مَا يُذْبَحُ مِنْ النَّعَمِ تَقَرُّبًا إلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنْ يَوْمِ عِيدِ النَّحْرِ إلَى آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ كَمَا سَيَأْتِي وَهِيَ مَأْخُوذَةٌ مِنْ الضَّحْوَةِ سُمِّيَتْ بِأَوَّلِ زَمَانِ فِعْلِهَا وَهُوَ الضُّحَى
Udhiyyah yaitu hewan yang disembelih dari binatang ternak yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah mulai dari hari ‘iidin nahri (hari raya nahr/ idul adha) sampai akhir hari tasyriq. Udhiyyah diambil dari kata Dhahwah. Udhiyyah dinamakan dengan awal waktu pelaksanaannya, yaitu waktu Dhuha.
Sementera istilah Qurban cakupannya lebih luas. Dalam kitab al Mausuu’atul Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah juz V halaman 74 (maktabah syamilah) dijelaskan:
اَلْقُرْبَانُ : مَا يَتَقَرَّبُ بِهِ الْعَبْدُ إِلَى رَبِّهِ ، سَوَاءُ أَكَانَ مِنَ الذَّبَائِحِ أَمْ مِنْ غَيْرِهَا
. وَالْعَلَاقَةُ الْعَامَّةُ بَيْنَ الْأُضْحِيَّةِ وَسَائِرِ الْقَرَابِيْنِ أَنَّهَا كُلَّهَا يُتَقَرَّبُ بِهَا إِلَى اللهِ تَعَالَى ، فَإِنْ كَانَتْ الْقَرَابِيْنُ مِنَ الذَّبَائِحِ كَانَتْ عَلَاقَةُ الْأُضْحِيَّةِ بِهَا أَشَدَّ ، لِأَنَّهَا يَجْمَعُهَا كَوْنُهَا ذَبَائِحَ يُتَقَرَّبُ بِهَا إِلَيْهِ سُبْحَانَهُ ، فَالْقُرْبَانُ أَعَمُّ مِنَ الْأُضْحِيَّةِ
Qurban yaitu apa-apa yang dijadikan oleh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya, baik berupa sembelihan atau yang lainnya. Pertalian antara keduanya secara umum adalah kesemuanya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dan jika qurban berupa sembelihan maka pertalian udhiyyah (QURBAN) dengannya lebih sangat, karena pertalian tersebut mengumpulkan adanya udhiyyah menjadi sembelihan yang dijadikan untuk mendekatkan diri kepada_Nya – Maha Suci Dia- (Dengan demikian) Qurban lebih umum dari Udhiyyah.
QURBAN DALAM AL QURAN
- Qurban Qabil dan Habil
Ketika putra-putra Nabi Adam ‘alaihissalaam yaitu Qabil dan Habil diperintahkan berqurban. Maka Allah Ta’ala menerima qurban yang baik dan diiringi ketaqwaan dan menolak qurban yang tidak baik dan tidak diiringi ketaqwaan. Allah Ta’ala berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa”. [ QS 5 (Al Maidah) : 27 ].
- Qurban Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam
Yaitu saat beliau diperintahkan Allah Ta’ala untuk menyembelih anaknya, Ismail ‘alaihissalaam. Diceritakan dalam QS 37 (Ash Shaffat) : 102-106
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Istilah dan Pengertian Qurban Dalam Fiqih
PERUMPAMAAN QURBAN DALAM AL HADITS
Dalam kitab al Muwaththa / Tanwiirul Hawaalik juz I halaman 121-122, cetakan Toha Putera
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْأُولَى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
….dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa mandi hari Jumat seperti mandi janabat lalu berangkat pada waktu yang pertama, maka seakan ia telah berqurban dengan seekor unta. Barangsiapa berangkat pada waktu yang kedua, maka seakan-akan dia berqurban dengan seekor sapi. Barangsiapa berangkat pada waktu yang ketiga, maka seakan dia berqurban dengan seekor kambing. Barangsiapa berangkat pada waktu yang keempat, maka seakan dia berqurban dengan seekor ayam. Dan barangsiapa berangkat pada waktu yang kelima, maka seakan dia berqurban dengan sebutir telur. Maka jika imam telah datang, para malaikat hadir untuk mendengarkan khutbah.
KAPAN QURBAN DISYARI’ATKAN ?
Dalam kitab al Fiqhul Islamy wa Adillatuhuu juz IV halaman 244, maktabah syamilah, diterangkan:
وَقَدْ شُرِّعَتْ فِي السَّنَةِ الثَّانِيَةِ مِنَ الْهِجْرَةِ كَالزَّكَاةِ وَصَلَاةِ الْعِيْدَيْنِ
Ibadah qurban mulai diyari’atkan pada tahun kedua hijrah, sebagaimana pensyari’atan zakat dan dua ied.
Istilah dan Pengertian Qurban Dalam Fiqih
KEUTAMAAN QURBAN
Dalam Kitab Hasyiyah Asy Syarqaawi ‘alaa Tuhfatiththullaab juz II halaman 463, cetakan Daar al Fikr, Beirut : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِرَاقَةِ الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا.
MAA ‘AMILA IBNU AADAMA YAUMANNAHRI ‘AMALAN AHABBA ILALLAAHI MIN IRAAQATIDDAMI . INNAHAA LA TA`TII YAUMAL QIYAAMATI BIQURUUNIHAA WA AZHLAAFIHAA . WA INNADDAMA LAYAQA’U MINALLAAHI QAABLA AN YAQA’A MINAL ARDHI FATHIIBUU BIHAA NAFSAN
“Tidak beramal anak Adam pada hari Nahr (‘Iedul Adha) yang paling disukai Allah selain daripada mengalirkan darah (menyembelih qurban). Qurban itu akan datang kepada orang-orang yang melakukannya pada hari qiyamat dengan tanduk dan kukunya. Darah qurban itu lebih dahulu jatuh ke suatu tempat yang disediakan Allah sebelum jatuh ke atas tanah. Oleh sebab itu, berqurbanlah dengan senang hati.”
Catatan : Hadits diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunannya (juz III halaman 26, cetakan ke II tahun 1403 H – 1983 M Daar al Fikr, nomor hadits 1526 / juz IV halaman 83, nomor hadits 1493, maktabah syamilah). Sanad dan matannya sbb:
حدثنا ابو عمرو مسلم بن عمرو بن مسلم الحذاء المدني حدثنا عبد الله بن نافع الصائغ أبو محمد عن ابي المثنى عن هشام بن عروة عن ابيه عن عائشة : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ اَحَبَّ اِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمٍ اِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وأَشْعَارِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ مِنَ اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا
Dan diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunannya juz II halaman 1045, nomor hadits 3126. Matannya sbb:
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَاِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ اْلقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَ اَظْلاَفِهَا وأَشْعَارِهَا وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ عَلَى اْلاَرْضِ فَطِيْبُوْا بِهَا نَفْسًا
Dan diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam al Mustadrak juz IV halaman 347, nomor hadits 7603, maktabah syamilah. Matannya sbb:
مَا تُقُرِّبَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى يَوْمَ النَّحْرِ بِشَيْءٍ هُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهُ تَعَالَى مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ وَأَنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهُ تَعَالَى بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ فَيَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Derajat Hadits :
Imam Tirmidzi berkata:
هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ غَرِيْبٌ
Ini hadits hasan gharib
Imam Hakim berkata:
هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ
Ini hadits shahih isnad
Dalam Kitab Hasyiyah Asy Syarqaawi ‘alaa Tuhfatiththullaab berikutnya:
وَذَكَرَ الرَّافِعِيُّ وَابْنُ الرِّفْعَةِ حَدِيثَ عَظِّمُوا ضَحَايَاكُم فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ وَهُوَ فِيْ مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ لِأَبِيْ مَنْصُوْرٍ الدَّيْلَمِيْ لَكِنْ بِلَفْظِ اِسْتَفْرِهُوْ بَدَلَ عَظِّمُوْا
Imam Rafi’I dan Imam Ibnurrurrif’ah menuturkan hadits : ‘AZHZHIMUU DHAHAAYAKUM FA INNAHAA ‘ALASHSHIRAATHI MATHAAYAAKUKUM. (Besarkanlah hewan-hewan qurban kalian, karena sesungguhnya hewan itu akan menjadi tumpangan kalian di shirath). Hadits ini dalam Musnad Firdaus li Abii Manshuur ad Dailami, akan tetapi dengan lafazh : ISTAFRIHUU (pilihlah yang bagus) sebagai pengganti lafazh : ‘AZHZHIMUU (besarkanlah).
Istilah dan Pengertian Qurban Dalam Fiqih
Derajat hadits :
al Hafizh Ibn Hajar dalam kitab at Talkhiis al Habir juz IV halaman 138, maktabah syamilah mengatakan:
قُلْت أَخْرَجَهُ صَاحِبُ مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ من طَرِيقِ بن الْمُبَارَكِ عن يحيى بن عُبَيْدِ اللَّهِ بن مَوْهَبٍ عن أبيه عن أبي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ اسْتَفْرِهُوا ضَحَايَاكُمْ فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ على الصِّرَاطِ وَيَحْيَى ضَعِيفٌ جِدًّا
…wa Yahya dha’if jiddan
Dalam Kitab Bulughul Maram lil Hafizh Ibn Hajar/ Subulussalaam juz IV halaman 90, cetakan Daar Al Fikr / halaman 534, maktabah syamilah:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -“مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا” – رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَه, وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ, لَكِنْ رَجَّحَ اَلْأَئِمَّةُ غَيْرُهُ وَقْفَه
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alahihi wasallam bersabda : MAN KAANA LAHUU SA’ATUN WALAM YUDHAHHI FALAA YAQRABANNA MUSHALLAANAA. “siapa yang mempunyai keleluasaan untuk berqurban, kemudian ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.” HR. Ahmad, Ibnu Majah, dishahihkan oleh Hakim, akan tetapi para imam dan lainnya menguatkan mauqufnya hadits.
Al Hafizh Ibn Hajar menjelaskan dalam Fat-hul Bari juz X halaman 3, maktabah syamilah:
أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ وَأَحْمَدُ وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ، لَكِنْ اخْتُلِفَ فِي رَفْعِهِ وَوَقْفِهِ، وَالْمَوْقُوْفُ أَشْبَهُ بِالصَّوَابِ قَالَهُ الطَّحَاوِي وَغَيْرُهُ،
“Para rawi hadis itu tsiqat, namun diperselihkan tentang marfu ‘ dan mauqufnya. Penetapan mauquf lebih mendekati kebenaran sebagaimana dikatakan at-Thahawi dan yang lainnya. Berikut sanad dan matan Sunan Ibn Majah juz II halaman 1044, nomor Hadits 3123
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة . حدثنا زيد بن الحباب . حدثنا عبد الله بن عياش عن عبد الرحمن الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم : قال ( مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا )
Dan berikut sanad dan matan Musnad Ahmad juz XIV halaman 24, nomor hadits 8273, maktabah syamilah:
حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هُرْمُزَ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
ASAL QURBAN
Dalam kitab kitab Fat_hul Wahhab / Hamisy Hasyiyah al- Jamal ‘alaa Syarhil Manhaj juz IV halaman 250, cetakan Daar Ihya at Turaats al ‘Arabi, Beirut / juz 22 halaman 143, maktabah syamilah:
وَالْأَصْلُ فِيهَا قَبْلَ الْإِجْمَاعِ قَوْله تَعَالَى { فَصَلِّ لِرَبِّك وَانْحَرْ } أَيْ صَلِّ صَلَاةَ الْعِيدِ وَانْحَرْ النُّسُكَ وَخَبَرُ مُسْلِمٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ { ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقَرْنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا }
Asal didalam Qurban sebelum ijma’ adalah firman Allah Ta’ala : FASHALLI LIRABBIKA WANHAR. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. maksudnya : Shalatlah id , dan sembelihlah nusuk (Nusuk = sembelihan, lihat tafsir Ibnu Katsier juz III halaman 382).
Dan khabar (Hadits) Muslim dari Anas radhiyallaahu ta’aalaa ‘anhu, berkata : DHAHHAA ANNABIYYU SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM BIKABSYAINI AMLAHAINI AQRANAINI DZABAHAHUMAA BIYADIHII WASAMMAA WAKABBARA WAWADHA’A RIJLAHUU ‘ALAA SHIFAAHIHIMAA
Istilah dan Pengertian Qurban Dalam Fiqih
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba tersebut”.
Berikut sanad dan matan Shahih Muslim (Shahih Muslim Bisyarhinnawawi juz XIII halaman 119-121cetakan ke III tahun 1398 H – 1978 M Daar al Fikr) / juz VI halaman 77, nomor hadits 5199, maktabah syamilah :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ ضَحَّى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا.
Telah menceritakan kami Qutaibah ibn Sa’id, telah menceritakan kami Abu ‘Awanah dari Qatadah dari Anas, berkata:
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas samping leher kedua domba tersebut.”.
Demikian Istilah dan Pengertian Qurban Dalam Fiqih, semoga manfaat.
*KH. Abdullah Afif
Sumber tulisan ada di sini