Jika Ada Sengketa Tanah yang Diklaim Hibah, Bagaimana Sebaiknya?

Tanah Sengketa

Pertanyaan: Jika Ada Sengketa Tanah yang Diklaim Hibah, Bagaimana Sebaiknya?

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Diskripsi masalah:

Bacaan Lainnya

Seorang laki-laki (sebut saja namanya Bambang) mendapatkan hak waris dari ibunya (Wati) berupa sebuah rumah yang menurut sepengetahuan pak Bambang juga beberapa saudara dan tetangganya adalah merupakan Hibbah/pemberian dari ayah bu Wati (Mbah Hamdun) kepada bu Wati.

Namun pengetahuan ini tidak didukung adanya saksi yang mengetahui secara langsung proses akad hibbah tersebut berlangsung, tapi banyak indikasi-indikasi yang mengarah pada bahwa rumah itu dihibbahkan pada bu wati. karena semenjak rumah itu ditempati bu Wati segala perbaikan dan keperluan-keperluan perawatan rumah itu ditanggung oleh dia dan seluruh anak mbah Hamdun pada saat itu tidak ada yang protes atau memperkarakan status rumah, sehingga dari sinilah pak Bambang dll berkesimpulan rumah itu dulunya berstatus hak milik bu Wati melalui jalur hibbah.

Selang berpuluh-puluh tahun setelah rumah itu ditinggali oleh keluarga pak Bambang, tiba-tiba ada salah satu sepupu pak Bambang yang juga masih termasuk cucunya mbah Hamdun menggugat agar rumah itu diwaris dengan alasan dia tidak percaya adanya hibbah tersebut karena tidak ada saksi di sana. Sementara itu dia sendiri juga tidak punya saksi yang menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada hibbah yang dilakukan oleh mbah Hamdun kepada bu Wati. Pertanyaan:

  1. Bagaimanakah dengan gugatan sepupu pak bambang ini? Apakah bisa diterima dalam peradilan islam atau sebaliknya?
  2. Jika bisa, bagaimana proses hukumnya?
  3. Apakah pengakuan hibbah yang diutarakan pak bambang harus disertai adanya saksi atau cukup dengan sumpah saja, mengingat dia adalah yang menguasai rumah itu saat ini / shohibul yad ? Mohon jawabannya, jika masalah ini sudah pernah dibahas di grup ini tolong bantu sundulkan link nya. Sebelumnya syukron katsir, jazakumulloh ahsanal jaza’. [Nagieb Ahmed Khaleli].

 

Jawaban atas pertanyaan Jika Ada Sengketa Tanah yang Diklaim Hibah, Bagaimana Sebaiknya?

No. 1 & 2. Dalam fiqh bab Qodlo atau Peradilan sistem islam. Jika ada rumah yang menjadi sengketa. Maka yang berhak atas rumah tersebut adalah siapa yang menempati rumahnya dengan catatan ia mau bersumpah bahwa yang ia tempati adalah haknya.

– AL-BAJURI juz 2 hal.347-348 (Cet. Thoha Putra):

فان كان لكل منهما بينة رجحت بينة صاحب اليد ….. الخ ….

واذا تداعيا اي اثنان شيئا في يد أحدهما فالقول قول صاحب اليد بيمينه ان الذي في يده له

( قوله شيئا ) اي عينا وقوله في يد أحدهما اي ولا بينة لواحد منهما

( قوله فالقول قول صاحب اليد بيمينه ) اي لأن اليد من الأسباب المرجحة وقوله ان الذي في يده له اي ان الشيء الذي في يده ملك له

– GHOYATU TALKHISHIL MAROD hal.280 (Cet. Al-Haromain) :

 

اليد كما قال السبكي حجة شرعية فاذا كان لأحد المتداعيين يد علي أرض مثلا فهو مدعي عليه وتسميه الفقهاء داخلا ومن لا يد له مدع وتسميه خارجا فاذا ادعي الخارج علي الداخل انه يملك الأرض المدعاة فاجابه صاحب اليد بالإنكار وأنها ملكه فحيث لا بينة فالقول قول صاحب اليد بيمينه لأن اليد تدل علي الملك دلالة ظاهرة

Shohibul yad cukup disumpah atas jalur kepemilikannya, maka bila shohibul yad berani bersumpah atas kepemilikannya, maka hakim menetapkan barang yang didakwa / digugat atas namanya, dan gugur gugatan dari penggugat. Wallahu a’lam.

ﻓﺼﻞ: ]ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺇﺫﺍ ﺍﺩﻋﻰ ﻋﻠﻰ ﺭﺟﻞ ﻋﻴﻨﺎ ﻓﻲ ﻳﺪﻩ ﺃﻭ ﺩﻳﻨﺎ ﻓﻲ ﺫﻣﺘﻪ ﻓﺄ ﻧﻜﺮﻩ ﻭﻻ ﺑﻴﻨﻪ ﻟﻪ [

ﻭﺇﺫﺍ ﺍﺩﻋﻰ ﻋﻠﻰ ﺭﺟﻞ ﻋﻴﻨﺎ ﻓﻲ ﻳﺪﻩ ﺃﻭ ﺩﻳﻨﺎ ﻓﻲ ﺫﻣﺘﻪ ﻓﺄ ﻧﻜﺮﻩ ﻭﻻ ﺑﻴﻨﻪ ﻟﻪ ﻓﺎﻟﻘﻮﻝ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ ﻣﻊ ﻳﻤﻴﻨﻪ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﻯ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ]ﻟﻮ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻋﻄﻮﺍ ﺑﺪﻋﻮﺍﻫﻢ ﻻﺩﻋﻰ ﻧﺎﺱ ﺩﻣﺎﺀ ﺭﺟﺎﻝ ﻭﺃﻣﻮﺍﻟﻬﻢ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻴﻤﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺪﻋﻰ ﻋﻠﻴﻪ [ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﻗﺼﺔ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻲ ﻭﺍﻟﻜﻨﺪﻱ: ]ﺷﺎﻫﺪﺍﻙ ﺃﻭ ﻳﻤﻴﻨﻪ [ ﻭﻷﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺫﻣﺘﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﻭﺇﺫﺍ ﺗﺪﺍﻋﻴﺎ ﻋﻴﻨﺎ ﻓﻲ ﺃﻳﺪﻳﻬﻤﺎ ﻭﻻ ﺑﻴﻨﺔ ﺣﻠﻔﺎ ﻭﺟﻌﻠﺖ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻧﺼﻔﻴﻦ ﻟﻤﺎ ﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﻣﻮﺳﻰ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ: ﺃﺫ ﺭﺟﻠﻴﻦ ﺗﺪﺍﻋﻴﺎ ﺩﺍﺑﺔ ﻟﻴﺲ ﻷﺣﺪﻫﻤﺎ ﺑﻴﻨﺔ ﻓﺠﻌﻠﻬﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ

No. 3. Cukup dengan cara bersumpah jika antara pak Bambang dan si Penggugat tidak punya saksi. Dan harus pakai saksi jika si Penggugatnya punya saksi.

 

– GHOYATU TALKHISHIL MAROD hal.281 (Cet. Al-Haromain) :

فلو أقام الخارج بينة شهدت له بالملك ثم أقام الداخل بينة شهدت له ان اليد يده وملكه فمذهبنا تقديم بينة الداخل لترجيحها باليد . فلو اقام الخارج بينة ان يد الداخل غاصبة للارض او ممن ترتبت يده علي يده سمعت وقدمت علي بينة صاحب اليد لان عليها زيادة علم . فلو اقام الداخل بينة انها ملكه وان يده ثابتة عليها بحق قدمت علي بينة الغصب …. الخ ….

Dalam Kitab Jual-Beli di Bulughul Maram-Ibnu Hajar Al-Ashqolani dijelaskan : Dari Jabir RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Umra (memberikan rumah kepada orang lain dengan ucapan: Aku memberikan rumah ini seumur hidupmu) itu menjadi milik bagi orang yang diberi.” [Muttafaq Alaihi]. Menurut riwayat Muslim: “Jagalah hartamu dan janganlah menghamburkannya, karena barangsiapa ber-umra maka ia menjadi milik orang yang diberi umra selama ia hidup dan mati, dan menjadi milik keturunannya.” Umra yang diperbolehkan oleh Rasulullah SAW ialah bila ia berkata: Ia milikmu dan keturunanmu. Jika ia berkata: Ia milikmu selama engkau hidup, maka pemberian itu akan kembali kepada pemiliknya. Menurut Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i: “Janganlah memberi ruqba (memberi rumah kepada orang lain dengan ucapan: Jika aku mati sebelummu, maka rumah ini menjadi milikmu dan jika engkau mati sebelumku, maka rumah ini kembali padaku) dan umra karena barangsiapa menerima ruqba dan umra maka ia menjadi milik ahli warisnya.”. Wallahu A’lam. [Kudung Khantil Harsandi Muhammad, Ical Rizaldysantrialit, Kumbang Gurun].

 

Wallohu a’lam semoga bermanfaat.

Sumber tulisan ada di sini.

Silahkan baca artikel terkait.

Pos terkait