Karomah Foto Kiai Hamid Pasuruan, Ngaji Indah Gus Baha

Karomah Foto Kiai Hamid Pasuruan, Ngaji Indah Gus Baha

Karomah Foto Kiai Hamid Pasuruan, Ngaji Indah Gus Baha.

Dalam berbagai ngajinya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) selalu mengulangi cita-cita menjadi seorang wali Allah. Cita-cita ini semakin sedikit diminati umat Islam, karena lebih banyak yang berminat dengan yang lainnya. Salah satu wali Allah yang sering dikisahkan Gus Baha adalah Kiai Abdul Hamid Pasuruan, wali masyhur yang dikenal semua publik Nusantara dan dunia.

Bacaan Lainnya

Kiai Hamid Pasuruan termasuk masih kerabat Gus Baha, karena sama-sama dari keturunan Mbah Sambu Lasem. Jejak kewalian Mbah Sambu mengalir kepada para keturunannya yang masyhur di berbagai daerah di Indonesia.

Gus Baha di sini mengisahkan karomah foto Kiai Hamid Pasuruan. Kisah ini awalnya Gus Baha menjelaskan tentang kecintaan umat Islam dengan simbol-simbol agama, walaupun mereka kadang tidak taat dalam beragama.

“Saya punya banyak cerita. Tetangga saya kan banyak yang kerja di Malaysia. Suatu ketika di kapal jurusan Malaysia, yang ditumpangi tetangga saya, pada suatu Jum’at didirikan jama’ah shalat Jum’at. Tetangga saya ini termasuk yang tidak sholat Jum’at. Kemudian ada satu orang China yang nyinyir, “kapalnya orang banyak,
kok, dipakai untuk Sholat Jum’at?”

Mendengar nyinyir itu, lanjut Gus Baha, orang Cina itu malah dipukuli orang-orang yang tidak Shalat Jum’at. Mereka mengaku tidak shalat Jum’at, tapi kalau ada yang menghina sholat, mereka tidak terima.

“Saya sih memang tidak Sholat, Gus, tapi ada orang menghina Sholat, saya tidak terima,” kisah Gus Baha.

“Kamu, kan, tidak Sholat. Ngapain marah?” tanya Gus Baha kepada mereka.

“Kalau tidak Sholat, sih, iya, tapi tetap tidak terima sholat Jum’at dilecehkan, Gus.” kenang Gus Baha sambil tertawa.

Menurut Gus Baha, dunia kiai di Jawa timur banyak yang mengalami hal itu. Kalau ada orang tidak sholat melihat kiai dihina, marah langsung orang ini.

“Di Pasuruan ada sebuah cerita, benar-benar kisah nyata. Mbah Hamid Pasuruan, kan, orang terkenal di Pasuruan. Saat itu ada tiga orang mabuk yang berkelahi satu sama lain. Kenapa? di tempat mereka minum terdapat fotonya Mbah Hamid.

Seorang pemabuk di antar mereka yang sekaligus pemilik rumah, bilang: “Gimana ini, jangan mabok di sini. Sungkan sama fotonya Mbah Hamid.

Satunya lagi bilang: “Ah, gak masalah, kan cuma foto.”

“Akhirnya mereka malah berkelahi. Padahal mereka sama-sama mabuk. Mereka berkelahi hanya gara-gara foto
Mbah Hamid Pasuruan. Yang melerai justru tertawa: “antar pemabuk malah berkelahi hanya karena khilaf (perbedaan) dalam menyikapi foto.” kisah Gus Baha.

Setelah mengisahkan karomah Kiai Hamid Pasuruan itu, Gus Baha kemudian mengisahkan bahwa setiap lebaran selalu ada banyak tamu yang datang ke rumahnya. Banyak yang bertato juga. Semuanya cium tangan Gus Baha.

“Kamu ini bertato, kok sowan kiai segala?” tanya Gus Baha.

“Lho, saya ini punya idola tetap kiai, Gus. Tapi untuk Sholat, ya mohon maaf. Saya jangan disuruh sholat, Gus,” jawab mereka.

“Waah, payah ini. belum apa-apa sudah tawar (ibadah),” kata Gus Baha sambil tertawa.

Menurut Gus Baha, kita ini tidak tahu bagaimana nasib akhir manusia. Kalau sudah melihat muslim yang seperti ini, ya daripada mereka mengidolakan pendeta, lebih baik mengidolakan kiai. Sama seperti pemabok yang masih mengidolakan foto Kiai Hamid Pasuruan.

“Kita tidak pernah tahu setiap orang, bisa jadi ternyata di dalam hatinya menyimpan mahabbah (cinta) dan ta’dzim (rasa mengagungkan simbol Agama),” tegas Gus Baha.

“Hanya saja Jawa timur itu memang agak parah. orang mau masang judi, pun, sowannya ke kiai. katanya, kalau sudah disowankan kiai, nomor yang dipasang itu tembus.,” lanjut Gus Baha disambut penuh tawa.

Bagi Gus Baha, hidup di zaman akhir itu, bagaimanapun mereka semua ini adalah umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

“Makanya, Ma’ruf Al-Karkhi, termasuk wali senior- bilang: “siapa yang berdo’a tiga kali dalam sehari ‘ya Allah,
rahmatilah umat Nabi Muhammad”, maka dicatat sebagai Wali Abdad.” tegas Gus Baha.

Makanya, lanjut Gus Baha, ini semua biar yang sok suci pada taubat.

“Karena tidak ada Wali Allah yang anti umat Kanjeng Nabi. Kalau ada orang fasik dan wajib dihukum, ya dihukum. Oleh karenanya, Habib Al-Haddad (dalam Ratib Al-Haddad) mendoakan: “semoga Allah memberikan jalan yang mulus bagi aktivitas umat Islam…” tegas Gus Baha.

Gus Baha menegaskan bahwa dalam setiap tahajudnya selalu berdoa untuk semua umat Nabi Muhammad.

“Saya itu kalau tahajud, pas lagi puncak tahajud, do’a saya seperti tadi: “ALLAHUMMA IRHAM UMMATA
MUHAMMAD, Watajawaz ‘an Ummat MUHAMMAD, WA ASHLIH UMMATA MUHAMMAD.”

Itulah Gus Baha. Ngajinya selalu indah dan memberi kesan kepada kita semua. Demikian kisah Karomah Foto Kiai Hamid Pasuruan, Ngaji Indah Gus Baha, semoga bermanfaat.

Penulis: Ustadz Abu Umar.

Pos terkait