Pertanyaan: Adakah Penjelasan Bahwa Kebijakan Pemerintah Harus Atas Dasar Kemaslahatan?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Mohon penjelasan mengenai maslahah itu ada pada tangan pemerintah (Imam)? Perlu ibarat yang menjelaskan bahwa ketika pemerintah menganggap hal itu maslahat maka itulah yang dianggap maslahah.
[Ainul Yaqin Joist Best].
Jawaban atas pertanyaan Kebijakan Pemerintah Harus Atas Dasar Kemaslahatan
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Dalam kitab asbah imam suyuti disebutkan:
القاعدة الخامسة تصرف الإمام على الرعية منوط بالمصلحة هذه القاعدة نص عليها الشافعي وقال ” منزلة الإمام من الرعية منزلة الولي من اليتيم ” .
قلت : وأصل ذلك : ما أخرجه سعيد بن منصور في سننه . قال حدثنا أبو الأحوص عن أبي إسحاق ، عن البراء بن عازب قال : قال عمر رضي الله عنه ” إني أنزلت نفسي من مال الله بمنزلة والي اليتيم ، إن احتجت أخذت منه فإذا أيسرت رددته فإن استغنيت استعففت ” .
Kaidah Ke-Lima:
تَصَرُّفُ الْأِمَاِم عَلَى الرَّاعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
“Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan.”
Kaidah ini adalah ketetapan Imam As Syafi’i dan beliau berkata: “Kedudukan imam terhadap rakyat adalah seperti kedudukan wali terhadap anak yatim”. Aku (Imam Suyuti) berkata: asal dari kaedah itu adalah apa yang dikeluarkan oleh Said bin Mansur dalam sunannya, Umar RA.: “saya memposisikan diri saya dari harta Allah dalam posisi walinya anak yatim. Apabila saya butuh, maka saya mengambil harta itu. Namun ketika saya dalam keadaan lapang (mudah) maka saya mengembalikan harta itu. Namun jika saya dalam keadaan cukup, maka saya akan menjaganya”.
ومن فروع ذلك أنه إذا قسم الزكاة على الأصناف يحرم عليه التفضيل ، مع تساوي الحاجات . ومنها : إذا أراد إسقاط بعض الجند من الديوان بسبب : جاز ، وبغير سبب لا يجوز حكاه في الروضة .
ومنها : ما ذكره الماوردي أنه لا يجوز لأحد من ولاة الأمور أن ينصب إماما للصلاة فاسقا ، وإن صححنا الصلاة خلفه ; لأنها مكروهة . وولي الأمر مأمور بمراعاة المصلحة ، ولا مصلحة في حمل الناس على فعل المكروه .
Sebagian contohnya adalah jika imam membagi zakat kepada asnaf haram hukumnya memberikan lebih daripada yang lain padahal hajatnya sama. Jika imam mau menghapus daftar sebagian tentara hukumnya boleh dengan adanya sebab, jika tanpa sebab maka tidak boleh. Pemerintah tidak boleh menjadikan seorang fasiq menjadi imam sholat walaupun kami men-sah-kan sholat di belakangnya tetapi makruh, dan pemerintah diperintah untuk menjaga kemashlahatan, dan tidak ada kemaslahatan membawa orang-orang pada perbuatan makruh. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya.
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Nur Hamzah].
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.