Kisah Karomah Sunan Bejagung Tuban yang Menggetarkan Hati

Kisah Karomah Sunan Bejagung Tuban yang Menggetarkan Hati

Kisah Karomah Sunan Bejagung Tuban yang Menggetarkan Hati

Namanya Sunan Bejagung. Memang sih, nggak sepopuler makam Sunan Bonang. Tapi jangan salah, selain ramai dikunjungi, terlebih pada Jum’at Wage, makam ini juga dianggap bisa mendatangkan berkah. Makam Syekh Abdullah Asy’ari terletak di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Tuban. Kalau dari pusat Kota Tuban hanya berjarang tak lebih dari satu kilometer ke arah selatan. Makam Sunan Bejagung ada dua, yakni Bejagung Lor dan Bejagung Kidul, yang keduanya hanya dipisahkan jarak tak lebih dari 400 meteran.

Bacaan Lainnya

Memasuki makam Bejagung Lor, suasana kuno masih cukup terasa. Beberapa bangunan masa lalu masih terjaga kelestariannya. Bahkan sumur tua yang ditimba dengan cara menggunakan alat tradisional masih tetap ada dan pada hari Jumat Wage banyak yang menggambil airnya karena dianggap penuh karomah. Bahkan dari buku tamu yang ada pada juru kunci ada juga peziarah dari Malaysia dan Singapura.

Menurut keterangan yang saya dapat dari salah satu juru kunci makam Sunan Bejagung Lor, Mbah Kawan (72 tahun), karomah air dari sumur peninggalan Syekh Abdullah Asy’ari ini bisa untuk menyembuhkan penyakit, menyehatkan tubuh, serta memudahkan seseorang dalam usahanya.

Dulu, pada awalnya tidak ada istilah Bejagung Lor dan Kidul. Karena memang Sunan Bejagung hanya ada satu yakni Syekh Maulana Abdullah Asy’ari. Sebutan dua nama berbeda itu berawal dari kedatangan Pangeran Kusumo Hadiningrat atau Pangeran Sudimoro ke Perdikan Bejagung atas perintah Syekh Jumadil Kubro untuk memperdalam ilmu ketauhidan kepada Syekh Abdullah Asy’ari.

Adapun Pangeran Sudimoro ini adalah putra keempat Prabu Brawijaya atau Prabu Hayam wuruk lantas dijadikan menantu oleh Sunan Bejagung untuk menikahi salah seorang putrinya, Nyai Faiqoh.

Dalam perjalanannya, salah seorang putra mahkota Majapahit yang meninggalkan gemerlap cahaya istana dan memilih menjadi santri Sunan Bejagung akibat konflik perebutan kekuasaan antara dua bersaudara, yakni Pangeran Wirabhumi dan Putri Kusuma Wardhani ini, berganti nama menjadi Hasyim Alamuddin atau kemudian lebih dikenal dengan gelar santrinya Pangeran Penghulu.

Karena memiliki kemampuan yang dianggap sudah setara dengan Sunan bejagung, akhirnya seluruh tugas dakwah di Kasunanan Bejagung diserahkan kepada Pangeran Penghulu. Itu adalah sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan Sunan Bejagung kepada putra mantunya ini.

Masih menurut cerita, setelah semua tugas dakwah diserahkan kepada mantunya, kemudian Sunan Bejagung memilih pindah ke perdikan Bejagung Lor sampai akhir hayatnya. Namun ada satu tradisi di sini, setiap peziarah yang akan melakukan rialat (riyadloh) di makam Sunan Bejagung harus dimulai dari makam Bejagung Kidul terlebih dulu. Meskipun secara personal maqam kewaliannya lebih tinggi dari Bejagung Lor.

Sunan Bejagung yang terlahir dengan nama Maulana Abdullah Asy’ari adalah salah satu putra dari Syekh Maulana Ibrahim Asmaraqondhi bin Syekh Jumadil Kubro. Sosook Syekh Jumadil Kubro inilah yang melahirkan para wali di Tanah Jawa. 

Sedangkan Maulana Ibrahim Asmaraqondhi dimakamkan di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, sekitar 4 kilometer ke arah Timur dari pusat Kota Tuban. demikian sekelumit sejarah cerita tutur yang saya dapat, tak ada ruginya jika anda sedang berkunjung ke Kota Tuban menyempatkan diri ke petilasan ini. Anda akan dibawa menuju ke masa lalu dengan banyaknya peninggalan atau sekurang-kurangnya ‘nyecep’ karomah dari Sunan yang satu ini.

Penulis: Ulul Rosyad.

______________
Semoga artikel Kisah Karomah Sunan Bejagung Tuban yang Menggetarkan Hati ini dapat memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin.

simak juga artikel terkait di sini

simak juga video terkait di sini

Pos terkait