Kisah Kesaktian Sunan Bonang Mengubah Aliran Sungai Brantas
Sunan Bonang merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang menguasai segudang disiplin ilmu, tak terkecuali ilmu kanuragan. Sejumlah riwayat menyebut bahwa dirinya menggunakan kesaktian itu untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam.
Sunan Bonang yang sakti dan digdaya itu mengawali dakwahnya di pedalaman Kediri yang kala itu menganut ajaran lokal. Lalu melanjutkan jalan dakwah tersebut ke daerah Lasem, Rembang, Jawa Tengah, dan berlabuh di Tuban, Jawa Timur.
Dia merupakan buah hati Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Nyai Ageng Manila, seorang putri Arya Teja yang kala itu menjabat Bupati Tuban.
“Adik Sunan Bonang adalah Raden Qasim yang kelak menjadi anggota Wali Songo dan dikenal dengan sebutan Sunan Drajat. Sunan Bonang lahir dengan nama kecil Mahdum Ibrahim,” tulis Agus Sunyoto dalam buku Atlas Wali Songo
Kesaktian Sunan Bonang didukung oleh kedekatannya dengan Tuhan. Hal itu tercermin dari pengetahuannya yang dalam mengenai tasawuf
“Naskah Primbon Bonang yang diyakini B.J.O. Schrieke adalah tulisan Sunan Bonang, memuat ajaran esoteris doktrin dan ajaran inti tasawuf yang mendalam,” tulis Agus.
Dalam tradisi Islam, kesaktian tersebut merupakan karamah yang didapat oleh orang pilihan yang punya kedekatan khusus dengan Tuhan.
Sementara, karamah itu sendiri, tak mudah didapat oleh orang biasa. Orang harus menjalani sejumlah ritual ibadah khusus. Tantangan terberatnya adalah menguasai hawa nafsu
Dalam, Babad Daha-Kediri menggambarkan bagaimana Sunan Bonang dengan pengetahuannya yang luar biasa bisa mengubah aliran Sungai Brantas.
Daerah yang dihuni oleh masyarakat yang menolak dakwah Islam di sepanjang aliran sungai menjadi kekurangan air, dan menjadikan wilayah lain kebanyakan air, bahkan mengalami banjir.
Sepanjang perdebatan dengan tokoh Buto Locaya yang selalu mengecam tindakan dakwah Sunan Bonang, terlihat sekali bahwa tokoh Buto Locaya itu tidak kuasa menghadapi kesaktian yang dimiliki Sunan Bonang.
Demikian juga dengan tokoh Nyai Pluncing, yang kiranya seorang bhairawi penerus ajaran ilmu hitam Calon Arang, yang dapat dikalahkan oleh Sunan Bonang.
Serat Kandhaning Ringgit Purwa, naskah LOr 6379 No. 9, menyebut, Sunan Bonang dikenal memiliki karomah luar biasa. Hal itu tercermin saat ia ditantang oleh Ajar Blacak Ngilo untuk sabung ayam dengan taruhan siapa yang kalah akan menjadi pengikut yang menang.
Dengan memerintahkan seorang muridnya, Santri Wujil, Sunan Bonang menjagokan seekor anak ayam (khutuk) untuk menghadapi ayam aduan Ajar Blacak Ngilo.
Dituturkan bagaimana anak ayam itu setiap kali kalah, tubuhnya makin besar setiap kali diberi tiupan nafas oleh Santri Wujil, sampai akhirnya dengan sekali serang ayam aduan Ajar Blacak Ngilo tewas. Sehingga membuat Santri Wujil bersorak menari kegirangan
(wus sasawung agengira/ amales gitik pan aglis/ waungnya ajar yekti/ kapisanan apan lampus/ wusa dadi gandhen enggal/ ki wujil jogeti ngarsi/ sarwi keplok amencak cara Mekasar//)
Salah satu kisah populer terkait Wali Songo adalah riwayat bagaimana Sunan Bonang menaklukkan begal atau perampok jagoan si Raden Said yang kondang dengan julukan Brandal Lokajaya. Setelah tobat, mengaji, dan lelaku, kelak si begal itu dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Demikian Kisah Kesaktian Sunan Bonang Mengubah Aliran Sungai Brantas. Semoga bermanfaat.