Kisah Nyata Ketika Santri Mbah Maimoen Zubair Bertemu Nabi Khidir.
Almaghfurlah KH Haizul Ma’ali atau yang lebih akrab disapa Mbah Ali merupakan putra dari KH Abdul Aziz. KH Abdul Aziz sendiri biasa dijuluki sebagai ‘Singa Ulama’ pendiri Pesantren Bustanul Ulum Sedan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
KH Haizul Ma’ali semasa hidupnya merupakan salah satu tokoh ulama NU di Rembang. Mbah Ali pernah menjabat sebagai Rais Syuriyah dan selanjutnya menjabat sebagai Mustasyar PCNU Kabupaten Rembang hingga akhir hayatnya.
Kabar wafatnya Mbah Ali pada Ahad (26/7) pukul 21.00 WIB mengejutkan warga Rembang dan sekitarnya. Almarhum KH Haizul Ma’ali wafat di rumahnya Desa Sidorejo, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang.
Selain aktif di NU, Mbah Ali merupakan Pengasuh Pesantren Misykatul Anwar Desa Sidorejo Kecamatan Sedan Rembang. Selain itu Mbah Ali juga dikenal sebagai sesepuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Rembang.
Kiai Ma’mun Azizi adik kandung dari KH Haizul Ma’ali mengatakan, Mbah Ali sakit mulai bulan Muharram 1441 Hijriyah dan keadaannya kritis hingga wafat. Upaya berobat ke rumah sakit sudah dilakukan.
“Pada umumnya orang kalau sudah kritis jarang sekali yang bertahan sampai berbulan-bulan. Ini kak Ali (sapaan KH Haizul Ma’ali) Masyaallah luar biasa bisa bertahan berbulan-bulan. Ini karomahnya beliau,” jelasnya.
Kiai Ma’mun menambahkan, selama KH Haizul Ma’ali sakit sempat didatangi Nabi Khidir dengan menggunakan pakaian compang-camping.
“Selesai pertemuan itu, Mbah Ali ngendikan (berkata) ke putra-putranya, ‘itu tadi Nabi Khidir’. Sadar dengan perkataan sang ayah, akhirnya mereka mengejarnya dan sudah tidak nampak lagi dari pandangan,” katanya.
Dalam kesempatan lain, Mbah Ali juga pernah cerita pernah mimpi bertemu dengan KH Maimoen Zubair. “Mbah Moen dawuhan (berkata), ‘setelah aku (meninggal) giliran kamu Ali’. Ternyata dawuh itu tepat setahun kemudian Mbah Haizul Ma’ali wafat,” terangnya.
Keponakan Mbah Ali juga pernah bermimpi ketika sedang berziarah ke makam kakeknya, KH Abdul Aziz. Dalam mimpinya datang KH Maimoen Zubair bersama-sama dengan KH Haizul Ma’ali dan kembali lagi secara bersamaan.
“Itu salah satu tanda bahwa Mbah Ali sami’na wa ato’na kepada gurunya, yaitu KH Maimoen Zubair,” jelas Kiai Ma’mun.
Demikian Kisah Nyata Ketika Santri Mbah Maimoen Zubair Bertemu Nabi Khidir. Semoga manfaat.
Kontributor : Aan Ainun Najib / Editor: Abdul Muiz.
(Sumber: NU Online)