Kisah Nyata Kiai Kediri Diundang Ceramah Aqiqohan Bangsa Jin

Kisah Nyata Kiai Kediri Diundang Ceramah Aqiqohan Bangsa Jin

Kisah Nyata Kiai Kediri Diundang Ceramah Aqiqohan Bangsa Jin.

Semalam Kiai David Fuadi bersama seluruh keluarganya dolan ke gubuk saya di Tambakberas, Jombang. Ada apa?

Bacaan Lainnya

Mungkin tiga anaknya yang memang mondok di Tambakberas kangen dengan pondoknya yang sudah sekian bulan ditinggalkan. Seperti biasa, kami jagongan di gubuk reyot dan ngobrol sana-sini, termasuk pengalaman mengaji beliau dulu dengan para kiai kampung yang tentu tidak terkenal, tapi alim, wirai dan ikhlas. Semisal saat itu santri yang ngaji ke langgar kiai kampung hanya dua anak saja (Kiai David dan seorang temannya). Tapi ngaji kitab seperti Ibnu Aqil dan Fathul Muin dan ilmu Falaq dilayani dengan sabar oleh sang kiai kampung itu hingga tuntas.

Lalu obrolan saya dengan alumni MAPK Jember serta alumni IAIN Surabaya ini nyerempet tentang pandàngan Kiai David bahwa penting saat ini kepada para warga NU untuk kembali riyadloh dengan amalan masing-masing. Tanpa disengaja, obrolan juga menyinggung pengalaman unik yang sulit dilupakan oleh Kiai David.

Syahdan, pada tahun 2012, di saat Kiai David baru saja menjadi pengurus PCNU Kabupaten Kediri, beliau diundang mengisi ceramah untuk acara aqiqahan.

Saat itu, kiai cerdas dan saya akui hafalannya kuat ini hendak ke hutan yang banyak monyetnya bersama anak-anaknya dengan tujuan untuk memberi makan monyet monyet itu. Sesampai di tengah jalan, ada yang lupa akhirnya kembali ke rumahnya lagi yang ada di Tunglur, Pare, Kediri.

Tetiba di rumah, sudah ada dua tamu di teras yang ditemui istri Kiai David. Tamu yang sudah minta nomor HP dan juga memberi nomor HP ke istri Kiai David gak jadi pamitan pulang karena kedatangan Kiai David. Lalu si tamu ditemui dan intinya hendak mengundang ceramah acara aqiqahan di suatu desa di Kediri (tepatnya tidak saya tulis).

Jelang hari H acara pada suatu siang hari ada SMS (belum pakai Android) yang berasal dari tamu tersebut untuk mengingatkan dan memberi ancer-ancer lokasi acara.

Lalu pada malam harinya, Kiai David bersama sang sopir menuju lokasi yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari rumahnya. Sesuai dengan ancer-ancer di SMS, lokasinya adalah dekat jalanan aspal dimana Kiai David beberapa kali lewat desa itu saat mau ke pelosok Kediri. Maka ketemulah lokasinya dengan adanya keramaian acara ala desa pada satu rumah.

Kiai David berhenti mau tanya ke orang yang ada di sana untuk memastikan apa itu lokasi undangan. Belum sempat bertanya, dua orang yang mengundang yang kapan hari ke rumah Kiai David menyambut kedatangannya lalu dipersilakan duduk dan diajak omong-omong sambil mendengarkan marhabanan para ibu tua yang lagunya menurut Kiai David termasuk lawas-lawas.

Hingga di situ, Kiai David tidak merasakan apa-apa atau curiga. Tidak begitu lama datang seseorang tinggi besar dan ganteng yang dikenalkan oleh tuan rumah sebagai sesepuh di situ. Ngobrol dengan sesepuh desa itu ternyata yang diomongkan juga tentang kiai-kiai era tahun 50-an. Kiai David mulai agak merasakan sesuatu yang “lain”. Lalu beliau bertanya kepada sesepuh itu apa tahu nomor hp yang sebelumnya SMS istri Kiai David? Sesepuh itu bilang tidak tahu.

Selesai para ibu marhabanan dan pulang, Kiai David tampil memberikan ceramah kepada para pria yang sudah duduk rapi di lokasi acara. Kiai David tambah merasakan aneh melihat jamaah pria yang mendengarkan dengan tertib dan sama sekali tidak ada guyon saat Kiai David ceramah. Selesai ceramah dilanjutkan salaman dengan para tamu. Salamnya juga dalam kondisi tertib serta tenang tanpa ada obrolan guyon.

Selanjutnya jam 11 malam Kiai David pamit pulang dan seperti biasa diberi bisyaroh. Sampai di rumah, Kiai David merenungi acara yang baru saja didatangi karena merasakan janggal dengan peristiwa itu. Maka Kiai David berniat ingin kembali pada siang hari untuk mencari dan memastikan rumah yang masih diingat sekali bentuk model dan besarnya serta alamatnya plus ancer-ancernya.

Beberapa hari kemudian, pada siang hari bersama sopir Kiai David menuju alamat dimana acara aqiqahan yang kapan hari didatangi. Sesampai di lokasi tenyata rumah yang dicari tidak ada, yang tampak adalah kebun tanpa ada rumahnya. Padahal Kiai David sangat ingat ancer-ancer lokasi plus model rumahnya. Lalu dia berpikir jangan jangan telah diundang jin untuk ceramah.

Kisah Nyata Kiai Kediri Diundang Ceramah Aqiqohan Bangsa Jin

****

Apa hikmah ceritanya?

1. Para dai kalau diundang ceramah mau saja jangan takut daripada yang diundang penceramah abal-abal. Kalau diundang jin malah enak, karena bisyarohnya besar dibanding bisyaroh yang saat itu berlaku. Maaf guyon lho, tapi memang kata Kiai David bisyarohnya besar dan uangnya asli.

2. Ingat ya, jangan sampai memusuhi jin dengan menilai jin selalu dianggap jahat. Asal tahu saja, jin ada yang muslim, ada yang baik dan ada yang jahat. Kayak manusia juga sama, banyak yang baik dan tidak sedikit yang culas, penipu, tidak punya rasa malu, dan jahat. Berteman dengan jin bisa tetap normal atau baik tapi juga bisa dijerumuskan, sebagaimana berteman dengan manusia, bisa baik tapi juga bisa dijerumuskan. Berteman dengan siapapun akan tetap normal asal mempunyai ilmu pertemanan. Kalau tidak, ya kalau ternyata temannya buruk, bisa terjerumus. Tapi kalau punya ilmu pertemanan, berteman dengan korak sekalipun, malah akan membawa kebaikan, pun berteman dengan makhluk Allah lain yang begitu banyak, baik yang berakal, maupun tidak, baik yang gaib atau tidak.

Demikian Kisah Kiai David Fuadi Kediri Diundang Ceramah Makhluk Asing, semoga bermanfaat.

10 Juli 2020.

Penulis: KH Dr Ainur Rofiq Al Amin, Pesantren Tambakberas Jombang.

*Terkait Kisah Nyata Kiai Kediri Diundang Ceramah Aqiqohan Bangsa Jin, silahkan menikmati video berikut ini.

Pos terkait