Kisah Ratu Jin Mengundang Seorang Kiai Untuk Mendatangi Pernikahan Putrinya
Senen sore lalu, arek pencakan Gasmi membawa santri yang belum saya kenal. Lalu saya tanya,
“Ada apa datang ke saya? darimana asalnya? Ikut pencak apa?”
Jawabnya dia dari Bojonegoro. Dulu ikut pencak apa gitu saya lupa namanya. Lalu dia curhat katanya rumahnya sering dikirimi jin. Setiap dia pulang, jin sudah berada di rumahnya, lalu dia buang dan singkirkan jin itu. Malah akhir-akhir ini orangtuanya juga sakit, dan dia menyangka itu ulah jin.
Karena saya bukan ahli per-jin-an dan bukan tukang ruqyah yang syar’i, maka awalnya mau saya suruh pergi saja si santri itu karena lapor ke saya kok masalah jin. Tapi setelah saya lihat dia serius dan wajah lugunya nampak, maka akhirnya saya “ndleming” (asal ngomong) saja.
Saya berkata, “Kamu ini jangan “kamikejinen” alias sedikit-sedikit jin. Lalu jin yang disalahkan. Gunakan akalmu! Kamu sudah terpengaruh para peruqyah Wahabi yang selalu memandang jin kayak musuh. Jangankan jin, bagi Wahabi, sesama muslim yang beda dengan Wahabi juga dianggap “musuh” dengan diberi berbagai stempel yang tidak nyaman didengar telinga dan tidak indah dibaca oleh mata.
Si santri ini nampaknya selalu curiga dengan jin sehingga apa-apa dikaitkan dengan jin. Kayak orang yang ketakutan berlebih pada korona sehingga di mana-mana atau saat sakit langsung dikaitkan dengan korona.
Si santri mantuk-mantuk alias mengangguk saja tanpa berkomentar. Saya lanjutkan “ndlemingnya”, “Jin itu makhluk “halus” yang dapat berada dimana-mana, termasuk di rumahmu atau halamanmu. Lalu kenapa kalau ada jin kamu usir? Apakah semua jin jahat. Jin itu ya kayak manusia dalam kelakuannya. Ada yang baik dan jahat ada yang suka usil dan suka menggoda. Lha kalau semua kamu anggap musuh, pasti mereka juga tersinggung. Maka biarkan saja kalau kamu merasakan ada jin di sekitarmu, asal tidak usil kepadamu.”
Lalu dia pamit dan minta ikut puasa atau tirakatan bersama arek-arek santri lain.
Mumpung bicara jin, saya teringat pada teman lawas saya yang bercerita tentang jin. Kisah ini menunjukkan jin juga ada yang baik dan pengen berkenalan dengan manusia secara bermartabat. Suatu waktu pada hari Rabu malam Kamis, sang teman lawas sowan ke ndalemnya Gus D (nama panggilan awalnya pakai huruf D) di daerah Ngelom, Sepanjang, Sidoarjo. Gus D yang meninggal pada tahun 2016 ini masih famili dengan teman lawas saya.
Gus D tamunya banyak, dan biasanya sampai jam 12 malam baru sepi. Tapi pada malam itu sekitar jam 9 malam para tamu sudah pulang. Batin teman lawas ini, “Tumben jam 9 kok sudah sepi.” Setelah hampir 20 menit, tiba-tiba ada tamu seorang ibu beserta putrinya
Si tamu “uluk salam” atau mengucap salam, lalu tamu dipersilahkan masuk rumah oleh Gus D. Sambil mempersilakan masuk, Gus D berbisik pada teman lawas saya “Tamu ini bukan orang.”
Mendengar bisikan tersebut, teman lawas saya yang memang masih muda dan juga pendekar pada saat itu merasa kurang yakin. Apa pasalnya? Karena dua tamu tersebut diperhatikan terus oleh teman lawas dan tidak ada yang aneh alias normal baik bentuk maupun baunya serta jalannya juga “ngambah” atau menyentuh tanah.
Setelah itu si ibu itu memperkenalkan kalau dirinya adalah ratu jin yang menguasai daerah Sidoarjo dan mau mengundang Gus D untuk hadir dalam rangka ngunduh mantu putrinya, yang ada sebelahnya. Teman lawas ini bertanya, “Mbak ini kah yang akan jadi penganten?” Ibu itu menjawab “Iya Lee.”
Kemudian ibu tersebut memberi suatu benda tanda undangan kepada Gus D agar datang di hari H-nya. Lokasinya di bawah jembatan Medaeng, dan nanti akan dijemput.
Kemudian ibu dan putrinya pamit pulang, teman lawas dan Gus D mengantar sampai depan pintu rumah. Gus D dan teman lawas ada di pintu, dan tamunya satu meteran di depan pintu. Lalu si tamu mengucap salam selanjutnya membalikkan badan dan lenyap tanpa bekas. Saat itulah teman lawas yakin bahwa ibu dan putrinya itu bukan manusia.
Tentu Anda boleh tidak percaya dan menolak kisah itu.Tapi saya mempercayai kejujuran teman saya yang sudah 28 tahun kenal dengan saya, dan kisah di atas pernah disampaikan ke saya beberapa kali dengan tetap konsisten kisahnya. Atas itu semua, nilai pentingnya, jin juga makhluk yang bisa pengen kenalan dengan manusia. Terbukti mereka mengundang Gus D.
Oh ya, Gus D ini ahli gembleng yang pakai gotri Jerman bukan gotri lokalan. Kalau Gotri lokalan saat dipelintir dengan kain yang biasanya konco lawas diminta ikut memelintir, akan rusak. Kalau gotri Jerman lebih kuat.
Demikian Kisah Ratu Jin Mengundang Seorang Kiai Untuk Mendatangi Pernikahan Putrinya. Semoga bermanfaat.
Penulis: Kiai AInurrofiq Al Amin, Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras