Pertanyaan: Bagaimana Kisah Said Bin Jubair Dan Al Hajjaj Bin Yusuf?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Dalam kitab Majalisussaniyah halaman 59 pas lafad “Wa’lamu Ya Ikhwani Anna Man Atho’alloh” sampai selesai,vartiya bagaimana ya?
[Wonk Salafy]
Jawaban atas pertanyaan Kisah Said Bin Jubair Dan Al Hajjaj Bin Yusuf
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Kisah Said Bin Jubair Dan Al-hajjaj Bin Yusuf
Ketahuilah wahai saudaraku , barang siapa yang ta’at kepada Allah maka Allah akan membuat segala sesuatu ta’at kepadanya, dan barang siapa takut kepada Allah maka segala sesuatu akan takut kepadanya.
Auf bin Abi Syadad Al Ubadi berkata:
” telah sampai kepadaku bahwa Al Hajjaj bin Yusuf ketika Said bin Jubair disebut dihadapannya maka dia mengutus seorang kepala tentara bernama Al Multamis bin Al Akhwash utk mendatangkan Said, bersama Al Multamis terdapat 20 orang penduduk Syam yg termasuk sahabat khususnya.
ketika mereka sedang mencari Said, mereka bertemu dengan pendeta di musholanya, kemudian mereka bertanya tentang Said kepadanya.
pendeta berkata: ” ciri cirinya bagaimana ?”
kemudian mereka memberitahukan ciri ciri Said, dan pendetapun memberikan petunjuk keberadaan Said.
mereka pergi ketempat yang telah diberitahukan dan di sana mereka menemukan Said sedang bermunajat dengan suaranya yang tinggi, mereka mendekati Said dan mengucapkan salam kepadanya.
Said menganggkat kepalanya kemudian meneruskan sholatnya. Setelah selesai salat, Said menjawab salam mereka.
mereka berkata: “Al Hajjaj mengutus kepadamu agar datang kepadaya”
Said berkata: “apakah harus mendatanginya?”
mereka berkata “harus”
kemudian Said memuji kepada Allah dan membaca sholawat kepada Nabi shollallohu alaihi wasallam. Kemudian berdiri dan pergi bersama mereka sampai kerumahnya pendeta.
pendeta berkata: “wahai para penunggang kuda, apakah kalian sudah menemukan teman kalian?”
mereka berkata: “benar”
pedeta berkata: “naiklah kalian ke rumah, karena biasanya singa dan macan berada disekitar rumah ini”
kemudian mereka bergegas masuk kerumah sebelum datangnya sore hari, tapi Said tidak mau masuk.
mereka berkata: ” kamu pasti mau kabur dari kami, ya?”
Said berkata: ” tidak, tetapi aku tidak akan pernah memasuki rumahnya orang musyrik selamanya”
mereka berkata: “kami tidak akan meninggalkanmu, dan binatang buas akan membunuhmu”
Said berkata: “sesungguhnya Rabbku bersamaku, Dia menyingkirkan binatang buas dariku dan menjadikannya sebagai penjaga disekitarku yang akan menjagaku dari segala keburukan, insya Allah”
mereka berkata: “apakah engkau seorang Nabi?”
Said berkata: “aku bukanlah seorang nabi, tapi aku adalah seorang hamba dari hamba hamba-Nya Allah, seorang hamba yang banyak salah dan dosanya.”
mereka berkata: “bersumpahlah untuk kami bahwa kamu tidak akan pergi”
kemudian Said bersumpah kepada meraka.
Kemudian pendeta berkata: “kalian cepat naiklah ke rumah dan pasanglah tali busur untuk mengusir binatang buas dari hamba yang sholeh ini karena dia tidak mau masuk ke mushollaku.”
Maka mereka memasang tali busur, tiba tiba datanglah seekor singa, setelah singa dekat dari Said, singa menggaruk-garuk dan mengusap-usap Said kemudian menderum tidak jauh darinya. kemudian macan datang dan melakukan hal yang serupa.
ketika pendeta melihat hal itu, keesokan harinya dia turun dan menanyakan tentang syari’at, agama dan sunnah sunnah Rasulullah shollallohu alaihi wasallam,
Said menjelaskan semuanya kepada pendeta, kemudian pendeta tersebut masuk Islam dan bagus keislamannya.
Orang orang yang bersama Said menghadap dan meminta maaf, mereka mencium tangan dan kaki Said, mengambil tanah yang di injak Said semalam dan berkata:
“wahai Said, kami telah bersumpah kepada Al Hajjaj dengan talak dan memerdekakan budak jika kami melihatmu dan tidak meninggalkanmu hingga kami memperlihatkanmu kepada Al Hajjaj, sekarang perintahkanlah kepada kami apapun yang kamu mau”
Said berkata: “laksanakanlah tugas kalian, karena sesungguhnya aku berlindung kepada penciptaku dan tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya”
Kemudian mereka berjalan lagi sampai daerah Wasith, ketika sampai sana Said berkata kepada mereka: “wahai sekalian kaum, aku telah menjadi terhormat sebab kalian dan pertemanan dengan kalian, aku tidaklah ragu bahwa ajalku telah datang dan waktunya sudah habis. tinggalkanlah aku malam ini sendirian, aku akan bersiap siap menghadapi kematian, bersiap siap untuk malaikat munkar dan nakir, mengingat adzab kubur dan debu di tebarkan padaku, ketika pagi nanti maka janji antara diriku dan diri kalian adalah tempat yang kalian inginkan.”
Sebagian diantara merka berkata: “kami tidak menginginkan bukti lagi setelah menyaksikan secara nyata”
sebagaimana lagi berkata: “telah sampai angan angan kalian, janganlah membuat dia lemah”
sebagian yang lainnya berkata: “dia bagiku kuserahkan kepada kalian, insya Allah”
kemudian mereka semua melihat Said yang sedang mencucurkan air mata dikedua matanya, warnanya berubah, tidak pernah makan dan minum serta tidak pernah tertawa semenjak mereka bersamanya.
mereka semua berkata: “wahai sebaik baik penduduk bumi, andai saja kami tidak mengenal dan di utus untukmu, kecelakaan bagi kami, bagaimana bisa kami datang dengan membawamu. Mohon maafkanlah kami dihadapan pencipta kami kelak di hari kiamat, karena sesungguhnya Dia adalah yang maha memutuskan yang agung dan adil.”
Mereka menangis bersama, setelah selesai menangis, sang penanggung jawab berkata: “aku memohon atas nama Allah kepadamu wahai Said, agar engkau memberi bekal kepada kami berupa doa dan ucapanmu, karena sesungguhnya kami tidak akan betemu lagi dengan orang sepertimu selamanya. ”
kemudian Said mendoakan mereka dan merekapun melepaskan Said.
Said membasuh kepala, baju dan kantongnya.
dan mereka pun malam itu menyingkir dari Said semuanya.
Ketika fajar subuh menjelang, Said bin Jubair mendatangi mereka dan mengetuk pintu.
mereka berkata: ” siapa yang diluar?”
“temanmu, demi Rabbnya ka’bah ” jawab Said
kemudian mereka turun menemui Said dan menagis bersama sama dalam waktu yang lama.
setelah itu mereka bersama Said pergi ketempatnya Al Hajjaj.
Al Mutalammis sang kepala tentara masuk dan memberi salam kepada Al Hajjaj, dia memberitahukan kedatangan Said bin Jubair.
ketika Said bin Jubair sudah berada di hadapan Al Hajjaj
Al-Hajjaj bertanya, “Siapa namamu?”
Sa’id menjawab, “Sa’id bin Jubair.”
Al-Hajjaj berkata: “Kamu adalah orang yang celaka anak dari orang yang binasa.”
Sa’id menjawab, “Ibuku lebih tahu dengan namaku daripada dirimu.”
Al-Hajjaj berkata, “Celakalah ibumu dan celakalah dirimu.”
Sa’id berkata, “Bukan dirimu yang mengetahui perkara ghaib.”
Al-Hajjaj berkata, “Kamu harus merasakan api membara di dunia.”
Sa’id berkata, “Kalau aku mengetahui bahwa siksa api naar di tanganmu niscaya aku akan menjadikan dirimu tuhan.”
Al-Hajjaj berkata, “Apa pendapatmu tentang Muhammad?”
Sa’id menjawab, “Nabi penebar kasih sayang dan imam pemberi petunjuk.”
Al-Hajjaj berkata, “Apa pendapatmu tentang Ali, apakah dia di jannah atau di naar?”
Sa’id berkata, “Kalau aku masuk jannah, aku akan mengetahui orang-orang yang di dalam jannah dan para penghuninya.”
Al-Hajjaj berkata, “Apa pendapatmu tentang para Khalifah?”
Sa’id menjawab, “Mereka bukan tanggung jawab saya.”
Al-Hajjaj berkata, “Siapakah yang paling kamu kagumi di antara mereka?”
Sa’id menjawab, “Yang paling diridhai oleh Penciptaku.”
Al-Hajjaj berkata, “Siapakah di antara mereka yang paling diridhai oleh Sang Pencipta?”
Sa’id menjawab, “Ilmu hal ini di sisi Dzat yang mengetahui rahasia mereka dan yang tersembunyi dari mereka.”
Al-Hajjaj berkata, “Aku senang kamu berkata jujur kepadaku.”
Sa’id menjawab, “Meskipun aku tidak menyukaimu, aku tidak akan berdusta kepadamu.”
Al-Hajjaj berkata, “Kenapa kamu tidak pernah tertawa?”
Sa’id menjawab, “Bagaimana seorang makhluk yang diciptakan dari tanah bisa tertawa, sedangkan tanah akan dimakan oleh api!”
Al-Hajjaj berkata, “Kenapa kami tertawa?”
Sa’id menjawab, “Hati kita tidak sama.”
Kemudian Al-Hajjaj memerintahkan untuk diambilkan intan, permata dan mutiara lalu dikumpulkan dihadapan Sa’id.
Sa’id berkata, “Jika kamu mengumpulkan ini untuk menjaga dirimu dari ketakutan pada hari kiamat, maka alangkah baiknya. Jika tidak, sungguh satu saja guncangan hari kiamat bisa melalaikan seorang ibu yang menyusui terhadap anak susuannya. Tidak ada kebaikan di dunia ini kecuali yang baik dan suci.”
Kemudian Al-Hajjaj meminta alat musik maka menangislah Said.
Al-Hajjaj berkata, “Celakalah kamu wahai Sa’id, pilihlah cara pembunuhan yang aku akan membunuhmu dengannya.”
Sa’id berkata, “Pilihlah sendiri. Demi Allah, tidaklah kamu membunuhku dengan satu cara kecuali Allah akan menyiksamu dengan cara yang sama pada hari kiamat.”
Al-Hajjaj berkata, “Apakah kamu ingin ampunanku?”
Said berkata, “Jika ampunan dari Allah aku mengharapkannya. Adapun dirimu, kamu tidak akan terbebas dari dosamu dan tidak ada udzur bagimu.”
Al-Hajjaj berkata (kepada tentaranya), “Bawalah dia dan bunuhlah.”
Tatkala Said keluar dari hadapan Al-Hajjaj, dia tertawa. Maka Al-Hajjaj diberitahu akan hal ini, lalu mereka mengembalikan Sa’id kepada Al-Hajjaj.
Al-Hajjaj berkata, “Apa yang membuatmu tertawa?”
Sa’id menjawab, “Aku heran dengan keberanianmu kepada Allah terhadap diriku dan kasih sayang Allah terhadap dirimu.”
Maka Al-Hajjaj memerintahkan untuk didatangkan tikar dari kulit dan dibentangkan. Lalu Al-Hajjaj berkata, “Bunuhlah dia.”
Sa’id berkata, “Aku menghadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi dalam kondisi lurus dan Islam dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”
Al-Hajjaj berkata, “Arahkan dia ke selain kiblat.”
Sa’id berkata, “Kemanapun kamu menghadapkan wajahmu, di sanalah wajah Allah.”
Al-Hajjaj berkata, “Sungkurkan wajahnya ke tanah.”
Said berkata, “Dari tanah Kami menciptakan kalian dan pada tanah Kami mengembalikan kalian dan dari tanah Kami mengeluarkan kalian untuk kedua kalinya.”
Al-Hajjaj berkata, “Sembelihlah dia.”
Said berkata, “Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ambillah syahadat ini dariku sampai kamu bertemu denganku pada hari Kiamat. Ya Allah, janganlah kamu kuasakan dia kepada seorangpun untuk dia bunuh setelahku.”
kemudian Said dibunuh disembelih diatas tikar kulit -semoga Allah merahmati dan meridhoinya.
kepalanya Sa’id setelah terpotong mengucapkan kalimat: laa ilaaha illallah”
setelah pembunuhan tersebut, Al Hajjaj hidup selama 15 hari , hal itu terjadi pada tahun 95 H, dan umur Sa’id saat itu adalah 49 tahun.
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Mas Hamzah]
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.