Pertanyaan: Makna Hadis Ruh-Ruh Laksana Tentara Yang Berkumpul
Assalamu’alaikum Wr Wb.
> Ebiey Doell
Assalamu alaikum, para masyayikh.. mau tanya maksud kalimat di bawah ini:
وغاية هذيان المنجم أن يقول : إذا كان طالعه على تسديس طالع غيره أو تثليثه فهذا نظر الموافقة والمودة , فيقتضي التناسب والتودد , وإذا كان على مقابلته أو تربيعه اقتضى التباغض والعداوة
syukron katsir atas pencerahannya..
Jawaban Atas Pertanyaan Makna Hadis Ruh-Ruh Laksana Tentara Yang Berkumpul
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
> Rizalullah
KAJIAN TENTANG ” RUH-RUH LAKSANA TENTARA YANG BERKUMPUL “, MAKNA HADIST ” AL-ARWAH JUNUDUN MUJANNADAH ”
Dalam Suroh Al-Isro’, Alloh berfirman ;
(وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا) [Surat Al-Isra : 85]
” Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Tema kajian ;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ؛ الارواح جنود مجندة، فما تعارف منها…ائتلف، وما تناكر منها…اختلف. رواه مسلم من حديث ابي هريرة والبخارى تعليقا من حديث عائشة
* Referensi yang saya pakai sebagai muqobalah untuk pembahasan ini adalah ;
(1). Kitab Syarhus Shudur, bi Syarhi Halil Mauta wal Qubur, lil Imam Jalaluddin As-Suyuthi.
(2). Ihya’ Ulumiddin, lil Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali.
Ada beberapa sudut pandang berbeda dari pengertian hadist tentang makna ” Al-arwah junudun mujannadah… “, akan tetapi kesimpulan akhirnya terdapat kesamaan.Sebagaimana pada Kitab Syarhus shudur nya Imam As-Suyuthi, Hal. 570, beliau menerangkan begini ;
اختلف في معني قوله صلى الله عليه وسلم (( الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها…ائتلف، وما تناكر منها…اختلف ))، فقيل : هو اشارة الى معنى التشاكل في الخير والشر، والصلاح والفساد، وان الخير من الناس يحن الى شكله، والشرير يميل الى نظيره، فتعارف الارواح يقع بحسب الطباع التي جبلت عليها من خير او شر، فاذا اتفقت…تعارفت، واذا اختلفت…تناكرت.
Terjadi perbedaan pendapat tentang makna sabda Rosululloh SAW, ” Ruh-ruh itu laksana tentara yang berkumpul, maka yang saling mengenal daripadanya niscaya menyelaraskan ( mudah bergaul atau saling menyesuaikan ) dan yang bertentangan daripadanya, niscaya saling menyelisihi ( bersebrangan ) “.Maka dikatakan, bahwa ini adalah isyarat terhadap penyesuaian makna dari kebaikan dan keburukan, integritas dan disintegritas ( kemanfaatan dan kerusakan ). Dan sesungguhnya bentuk kebaikan dari sesama manusia adalah bentuk penyesuaian dari rasa mengasihi itu, dan keburukan senantiasa condong pada apa yang pararel dengannya ( partnernya ). Maka ruh-ruh itu saling mengenal menurut karakter atau watak yang dibentuk daripadanya kebaikan dan keburukan. Maka apabila cocok, akan saling mengenal, apabila tidak cocok maka saling bersebrangan atau berselisih.
Dalam hal ini, Imam As-Suyuthi menyajikan beberapa sudut pandang lain, sebagaimana dalam paragraf berikutnya ;
وقيل : المراد : الإخبار عن بدئ الخلق، على ما ورد (( ان الارواح خلقت قبل الاجساد، فكانت تلتقي فتتشام، فلما حلت الاجساد…تعارفت )) *٣ بالمعنى الاول، فصار تعارفها وتناكرها علي ما سبق من العهد والمتقدم.
Dan dikatakan, yang dimaksud adalah pemberitaan tentang permulaan penciptaan. Sebagaimana keterangan, ” Bahwa ruh itu diciptakan sebelum tubuh, maka ruh itu saling bertemu dan saling mengendus atau menciumi. Maka ketika timbul ( terbentuk ) jasad…mereka saling mengenal. (*3 ) Dengan pengertian dari makna yang pertama, maka jadilah mereka saling mengenal dan menyelisihi terhadap apa yang telah ditetapkan pada masa yang terdahulu ( penciptaan ).
(*3) Imam Al-Hakim at-Tirmidzi menuturkannya dalam kitab ” Nawadirul Ushul , Hal. 409 pada pokok yang ke-283.
وقال بعضهم : الارواح وان اتفقت في كونها ارواحا، لكنها تتمايز بأمور مختلفة، تتنوع بها، فتتشاكل اشخاصا، كل نوع تألف نوعها، وتنفر من مخالفها.وفي (( تاريخ ابن عساكر )) بسنده عن هرم بن حيان قال : اتيت أويسا القرني، فسلمت عليه، ولم اكن رأيته قبل ذلك ولم رآني. فقال لي : وعليك السلام يا هرم بن حيان. قلت : من اين عرفت اسمى واسم ابي، ولم اكن رايتك قبل اليوم ولا رايتني ؟! قال : عرفت روحى وروحك حيث كلمت نفسي نفسك ؛ إن الارواح لها انفاس كانفاس الاجساد، وان المؤمنين ليعرف بعضهم بعضا، ويتحابون بروح الله وان لم يلتقوا .(*١)
Dan sebagian mereka berkata ; ” Ruh-ruh itu sekalipun sudah saling cocok didalam eksistensinya, akan tetapi saling membeda-bedakan terhadap perkara yang diperselisihkan, saling bervariasi, saling menyesuaikan kepribadiannya. Setiap jenis terbiasa dengan jenisnya, dan menghindar dari yang bertentangan dengannya.Didalam kitab ” Tarikh Ibnu ‘Asakir ” dengan sanadnya dari Harom bin Hayyan, yang berkata ,” Aku mendatangi Uwais Al-Qorny, maka aku mengucapkan salam kepadanya dan sebelumnya saya tidak pernah melihatnya, begitupula dia belum pernah melihatku. Maka dia berkata kepadaku ; ” Wa’alaikas salam ya Harom bin Hayyan “. Aku berkata ,” Darimana engkau tahu namaku dan nama ayahku ? padahal aku belum pernah melihatmu sebelum hari ini dan engkaupun tidak pernah melihatku ?”. Berkata Uwais Al-Qorny ;” Roh ku melihat roh mu semenjak jiwaku berbicara dengan jiwamu , sesungguhnya ruh itu mempunyai nafas sebagaimana bernafasnya tubuh, dan sesungguhnya orang-orang mu’min itu akan mengenali bagian dari sebagian yang lain, mereka saling mencintai dengan anugerah Alloh apabila belum saling berjumpa “. (*1)
(*1). Kitab Tarikh Madinah Damsyiq, jilid 9, Hal. 447. Perkataan Uwais Al-Qorny ” Anfaasun ka anfaasil ajsaad ” maksudnya adalah, bentuk seperti hanya bentuk tubuh, hanya saja ruh itu halus, Wallohu a’lam.
Pada paragraf berikutnya, Imam At-Thusi dalam kitab ” Uyunil Akhbar ” meriwayatkan dari Aisyah. Sebagaiman penuturan Imam As-Suyuthi pada halaman 471 ;
واخرج الطوسي في (( عيون الاخبار )) عن عائشة : ان امرأة كانت بمكة تدخل على نساء قريش تضحكهن، فلما هاجرت الى المدينة…قدمت علي، فقلت ؛ اين نزلت ؟ قالت : على فلانة— امرأة كانت تضحك بالمدينة — فدخل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : فلانة المضحكة عندكم !! قال : الحمد لله ؛ ان الارواح جنود مجندة، فما تعارف منها..ائتلف، وما تناكر منها..اختلف .(٢).
Imam At-Thusi dalam kitabnya ” ‘Uyunil Akhbar ” mengeluarkan riwayat dari siti Aisyah, bahwa di Makkah ada seorang wanita berkunjung kepada wanita Quraisy yang mereka saling bercanda ( ketawa ), maka ketika ia hijrah ke Madinah, ia mendatangiku ( Aisyah ). Aku bertanya, ” Dari manakah engkau datang ?”. Ia menjawab, ” Dari fulanah -para wanita yang suka bercanda ( ketawa ) di kota Madinah -maka Rosululloh SAW masuk dan bertanya, ” si fulanah yang suka tertawa bersamamu ?”. Wanita itu menjawab, ” Iya “. Lalu Rosululloh berkata, ” Kepada siapa engkau tinggal ?”. Maka wanita itu menjawab, ” Kepada sifulanah yang suka bercanda itu “. Maka berkata Rosululloh, ” Segala puji bagi Alloh, sesungguhnya ruh itu laksana tentara yang berkumpul, maka yang saling mengenal daripadanya niscaya menyelaraskan ( mudah bergaul atau saling menyesuaikan ) dan yang bertentangan daripadanya, niscaya saling menyelisihi ( bersebrangan ) “.(*2)
* (2). Imam Al-Hafidz As-Sakhowi menuturkan juga riwayat ini didalam kitabnya ” Al-Maqoshid al-Hasanah ” Hal. 51. Serta mengacu pada Zubair bin Bakr dalam kitabnya ” Al-Mizahu al-Fawakihah “.
* Demikian pembahasan Imam As-Suyuthi tentang ” Al-Arwaah junudun mujannadah ” yang merupakan bagian ke-8 dari penutup pada bab ” خاتمة في فوائد تتعلق بالروح ” ( Faedah-2 yang berkaitan dengan ruh ).
————
Sekarang mari kita lihat bagaimana analisa Imam Al-Ghozali yang lebih spesifik lagi dengan tamtsil-tamtsil atau contoh-contoh sebagai penguat dari analisanya terhadap hadist diatas.
Disini, tidak semua teks per-paragraf saya tulis lengkap, akan tetapi beberapa poin pentingnya saja sebagai pelengkap agar pembahasan tidak terlalu melebar.Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin-nya, Hal. 159-160, beliau memberikan ulasannya sebagai berikut ;
الارواح جنود مجندة فما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف (*1) فالتناكر نتيجة التباين والائتلاف نتيجة التناسب الذى عبر عنه بالتعارف وفي بعض الالفاظ ” الارواح جنود مجندة تلتقي فتتشام في الهواء (*2). وقد كنى بعض العلماء عن هذا بان قال ان الله تعالى خلق الارواح ففلق بعضها فلقا واطافها حول العرش فأى روحين من فلقتين تعارفا هناك فالتقيا تواصلا في الدنيا. وقال صلى الله عليه وسلم ان ارواح المؤمنين ليلتقيان علي مسيرة يوم وما رأى احدهما صاحبه قط (*3)
Ruh-ruh / jiwa itu laksana tentara yang berkumpul, maka yang saling mengenal daripadanya niscaya menyelaraskan ( mudah bergaul atau saling menyesuaikan ) dan yang bertentangan daripadanya, niscaya saling menyelisihi ( bersebrangan ) “.(1).
Kata ” Tanakur / pertentangan ” adalah natijah ( hasil ) dari perbedaan, dan ” I’tilaf /kejinakan ” adalah hasil dari kesesuaian yang diibaratkan dengan ” Ta’aruf ” atau saling mengenal, atau berkenalan satu sama lain.Pada sebagian teks hadist diatas terdapat maksud yang mengindikasikan bahwa ” jiwa atau ruh itu ibarat tentara yang berkumpul dan berjumpa, lalu berciuman diudara “.(2).Sebagian Ulama menyebutkan hal ini dengan cara kinayah atau sindiran dengan mengatakan, bahwa Alloh SWT menjadikan segala nyawa, maka dipecahkanNya sebagian dan dithowafkanNya disekeliling Arsy. Maka mana diantara dua nyawa atau ruh dari dua pecahan yang berkenalan itu lalu bertemu sebagai kesinambungan terhadap perjumpaan keduanya didunia. Nabi SAW bersabda, ” Bahwa nyawa dua orang mu’min bertemu dalam perjalanan sehari, dan tidak sekali-kali salah satu dari keduanya melihat temannya “.(3).
———
(1). Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abi Huroiroh dan Imam Bukhori meriwayatkan sebagai ulasan dari hadist Siti Aisyah.
(2). Hadist ” jiwa atau ruh itu ibarat tentara yang berkumpul dan berjumpa, lalu berciuman diudara “. Imam At-Thobroni menyandarkan kelemahan hadist ini dari hadist Ali.
(3). Hadist ” Bahwa nyawa dua orang mu’min bertemu dalam perjalanan sehari, dan tidak sekali-kali salah satu dari keduanya melihat temannya “. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdulloh bin ‘Amr dengan lafadz ” تلتقى ” dan berkata salah seorang dari mereka yang terdapat didalamnya Ibnu Luhai’ah dari Darooj. ( footnote Ihya, Hal. 159, tentang makna ” al-ikhwah fillah “).
Kemudian pada halaman 160, dituturkan lebih lanjut oleh Imam Al-Ghozali ;
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول (( الارواح جنود مجندة )) الحديث، والحق في هذا ان المشاهدة والتجربة تشهد للائتلاف عند التناسب والتناسب في الطباع والاخلاق باطنا وظاهرا امر مفهوم. واما الاسباب التي اوجبت تلك المناسبة فليس في قوة البشر الا طلاع عليها وغاية هذيان المنجم ان يقول اذا كان طالعه على تسديس طالع غيره او تثليثه فهذا نظر الموافقة والمودة فتقتضي التناسب والتواد واذا كان علي مقابلته او تربيعته اقتضي التباغض والعداوة فهذا لو صدق بكونه كذلك في مجارى سنة الله فى خلق السموات والارض لكان الاشكال فيه اكثر من الاشكال في اصل التناسب فلا معنى للخوض فيما لم يكشف سره للبشر فما اوتينا من العلم الا قليلا ويكفينا في التصديق بذلك التجربة والمشاهدة فقد ورد الخبر به قال صلى الله عليه وسلم (( لو ان مؤمنا دخل الى مجلس فيه مائة منافق ومؤمن واحد لجاء حتى يجلس اليه ولو ان منافقا دخل الى مجلس فيه مائة مؤمن ومنافق واحد لجاء حتى يجلس اليه (2)
Aku mendengar Rosululloh SAW bersabda, ” Jiwa itu laksana tentara yang berkumpul…al-Hadist “. Pengertian yang sebenarnya mengenai hal ini adalah, bahwa pandang memandang dan percobaan menjadi saksi dari kejinakan hati ketika terjadi kecocokan atau kesesuaian. Dan kesesuaian tentang tabiat atau watak dan akhlak pada bathin dan pada lahir adalah hal yang dapat difahami.Adapun sebab-sebab yang mengharuskan adanya persesuaian itu tidaklah manusia sanggup mendalaminya. Dan sejauh kekonyolan ahli nujum yang mengatakan bahwa ” Apabila bintangnya berada enam kali dari bintangnya orang lain atau tiga kali dari yang lain, maka hal ini bisa menunjukkan bukti adanya persesuaian dan kasih sayang. Lantas yang demikian itu menghendaki kepada kesesuaian dan berkasih-kasihan. Dan apabila sebaliknya atau berada empat kali ( bintangnya ), maka akan membawa pertengkaran dan permusuhan “.Maka kalau hal ini benar adanya dalam berlakunya sunnatulloh pada kejadian langit dan bumi, niscaya persoalan yang ada padanya adalah lebih banyak dari persoalan tentang pokok kesesuaian. Maka tidak ada artinya memasuki hal yang tidak terbuka rahasianya bagi manusia. Dan tidaklah dianugerahkan kepada kita ilmu pengetahuan ( tentang ruh ) kecuali sedikit saja. Dan cukuplah bagi kita untuk membenarkan yang demikian itu akan percobaan dan penyaksian.Dan telah datang Hadist akan hal yang demikian itu, dimana Rosululloh SAW bersabda ;
” Jika seorang mu’min masuk ke suatu majelis, yang dimana pada majelis itu terdapat seratus orang munafiq dan satu orang mu’min, maka pasti ia datang sehingga duduk pada satu orang mu’min tadi. Dan kalau orang munafiq masuk pada suatu majelis, yang dimana pada majelis itu terdapat seratus orang mu’min dan satu orang munafik, maka sesungguhnya ia datang sehingga duduk pada seorang munafik tadi “. (2).
—
Hadist ini oleh Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya ” Syu’bil Iman ” dianggap mauquf ( terhenti ) pada Ibnu Mas’ud. Pengarang kitab ” Al-Firdaus ” menuturkan hadist ini dari Mu’adz bin Jabal, dan putranya ( shohibul firdaus ) tidak mentakhrijnya dalam Al-Musnad.
Dalam hadist diatas, Imam Al-Ghozali memberikan analisanya ;
وهذا يدل على ان شبه الشيء منجذب اليه بالطبع وان كان هو لا يشعر به. وكان مالك بن دينار يقول لا يتفق نوعان من الطير في الطيران الا وبينهما مناسبة قال فرأى يوما غرابا مع حمامة فعجب من ذلك فقال اتفقا وليسا من شكل واحد ثم طارا فاذا هما أعرجان فقال من ههنا اتفقا ولذلك قال بعض الحكماء : كل انسان يأنس الى شكله كما ان كل طير يطير مع جنسه، واذا اصطحب اثنان برهة من زمان ولم يتشا كلا في الحال فلا بد ان يفترقا، وهذا معنى خفي تفطن له الشعراء حتى قال قائلهم :
وقائل كيف تفرقتما فقلت قولا فيه إنصافلم يك من شكلى ففارقته والناس اشكل وألاف
فقد ظهر من هذا ان لانسان قد يحب لذاته لا لفائدة تنال منه في حال او مآل بل لمجرد المجانسة والمناسبة في الطباع الباطنة والاخلاق الخفية ويدخل في هذا القسم الحب للجمال اذا لم يكن المقصود قضاء الشهوة.
Ini menunjukkan bahwa keserupaan sesuatu adalah tertarik padanya dengan tabiat sekalipun ia tidak merasakan hal itu.Malik bin Dinar berkata ;” Tidak akan sesuai ( cocok ) dua orang dalam sepuluh orang, selain kepada salah seorang dari keduanya terdapat sifat ( yang sesuai ) dari seorang lagi. Sesungguhnya jenis-jenis manusia adalah seperti jenis-jenis burung. Dua macam burung tidak akan sepakat terbang bersama, kecuali diantara keduanya ada kesesuaian ( kecocokan ). Lalu Malik bin Dinar meneruskan dengan mengatakan bahwa pada suatu hari beliau melihat seekor burung gagak bersama seekor burung merpati, maka heranlah beliau melihat yang hal itu, lalu beliau berkata, ” Keduanya itu telah sepakat dan tidaklah keduanya itu dari satu bentuk ( jenis ) “. Kemudian kedua ekor burung itu terbang, dan rupanya kedua ekor burung itu pincang kakinya, lantas Malik bin Dinar berkata, ” Dari segi inilah keduanya sepakat “.
Karena itulah, sebagian ahli hikmah mengatakan ;” Tiap-tiap manusia jinak hatinya kepada yang dengan dia sebagaimana masing-masing burung itu terbang bersama jenisnya. Dan apabila dua orang bersahabat pada suatu waktu dan keadaan keduanya tidak serupa, maka tidak bisa tidak, suatu saat keduanya pasti akan berpisah “.
Dan ini adalah suatu pengertian yang tersembunyi yang telah difahami oleh para penyair, sehingga berkatalah salah seorang penyair dari mereka ;
” Seorang bertanya :Bagaimana engkau berdua jadi berpisah ?Maka aku menjawab :Dengan jawaban keinsyafanDia tidak sebentuk dengan aku,Maka aku berpisah dengan dia..Manusia itu berbagai bentukDan beribu macam keadaan…”
Maka jelaslah dari yang tersebut ini, bahwa manusia kadang-kadang mencintai karena zat barang itu sendiri, bukan karena sesuatu faedah yang akan dicapai pada masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Tetapi karena semata-mata kesejenisan dan kesesuaian pada sifat-sifat bathin dan budi pekerti yang tersembunyi. Dan termasuk dalam bagian ini, adalah cinta karena kecantikan, apabila tidak ada maksud untuk melepas nafsu syahwat.
Wallohu a’lam.
Sumber tulisan ada disini.
Silahkan baca juga artikel mengenai Al-Hadits.