PERTANYAAN: Membedakan Menangis Karena Dunia dan Menangis Karena Akhirat
Assalamualaikum Wr. Wb. Maaf izin bertanya:
سهرالعيون لغيروجهك ضائع
Terjaganya mata malam hari karena selain Engkau itu sia-sia.
وبكائهن لغير فقدگ باطل
Dan tangisannya karena selain ketiadaanmu itu bathil.
Pertanyaannya:
1. Jika menangisi suami yang pemarah apakah itu tangisan bathil?
2. Dan menangisi sikon ekonomi yang kritis apa juga bathil?
جزاكم الله خيرا كثيرا
[Himmah Alya].
JAWABAN dari pertanyaan Membedakan Menangis Karena Dunia dan Menangis Karena Akhirat
Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Pernyataan di atas itu bukan hukum, tapi masalah tashawuf, bagaimana menata hati dan tubuh hanya untuk Allah semata. Begadang bukan karena Allah itu bukan berarti tidak boleh, boleh boleh saja. Dan menangisi sesuatu selain untuk Allah, ya boleh tapi itu tidak lebih utama. Menangis karena terdholimi itu mubah tapi sebentar, kalau lama itu haram karena bisa dianggap kufur nikmat (merasa allah tidak memberi pertolongan, dll), sedang menangis karena syukur itu sunah. Syarah Ibarat dari Imam Al Ghazali dalam Kitab Ayyuhal Walad Tersebut:
ﺳﻬﺮ ﺍﻟﻌﻴﻮﻥ ﻟﻐﻴﺮ ﻭﺟﻬﻚ ﺿﺎﺋﻊ *** ﻭﺑﻜﺎﺅﻫﻦ ﻟﻐﻴﺮ ﻓﻘﺪﻙ ﺑﺎﻃﻞ
___________
سَهَر: (اسم) مصدر سَهِرَ :طَالَ بِهِ السَّهَرُ : عَدَمُ النَّوْمِ لَيْلاً
ضَائِعٍ :- : عَنْ شَيْءٍ مَفْقُودٍ
فقَد الشيءَ : ضاع منه وغاب عنه
ذهَب عملُه باطلاً : خاليًا من الفائدة
Begadangnya mata, karena arah Selain kepada-MU (Allah Subhanahu wata’ala) sia-sia/sirna/tiada guna.
dan Tangis-nya mata, karena arah selain kehilangan-MU (Allah Subhanahu wata’ala) adalah bathil/tiada berfaidah.
Kandungan makna dari syiir ini adalah menata niat dan tujuan, untuk senantiasa dalam rel “karena Allah”. Intinya dari dawuh Imam Al Ghozali di atas, adalah menata hati agar selalu dalam rel ” Li Wajhi-Allah” “لوجه الله”, bukan karena arah duniawi.
Menuntut Ilmu, muthola’ah kitab, mengulang-ulang pelajaran, adalah perbuatan mulia, tapi manakala niatan-nya hanya mengejar kepentingan duniawi saja, agar dapat pangkat/kedudukan, agar bisa mengalahkan teman dalam debat, dan tidak berniat menghidup-hidupi Syariat baginda Nabi Muhammad Sholla-Allahu ‘alaihi wasallam, juga tidak untuk muhasabatun nafsi memperbaiki akhlaq, serta berperang melawan nafsu yang senantiasa mengajak keburukan, maka sia-sia bergadang malamnya.
Syair tersebut bukan qaul Imam AL Ghozali, tetapi sair yang dikutip oleh Imam Al Ghozali (atau bahkan Syiir gubahan beliau sendiri, Wa-Allahu a’lamu Bish-showab, Imam Al Ghozali yang paham, belum kami temukan sumber awal syair tersebut), yang tepat untuk memberi nasihat kepada para penuntut ilmu, agar dalam usaha kerja kerasnya dalam menuntut ilmu, bisa menata niat dengan baik..
Wallohu a’lam semoga bermanfaat. [Iwan Mahrus Arema, Yusuf Mencari Syafa’at, Ini Ali]
Sumber tulisan ada disini.
Silahkan baca juga artikel terkait.