Menghina Ulama Menyebabkan Kafir, Benarkah?
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya mau bertanya tentang sebuah penjelasan bahwa: menghina ulama’ agama bisa jatuh kafir. Ini pemahamannya bagaimana? Kemudian jika di suatu pondok pesantren, misal karena ada kekesalan kepada ustadznya, kemudian si santri sampai bersitegang atau sampai mengeluarkan kata-kata yang mengarah kepada penghinaan, atau ocehan santri terhadap guru ngajinya, atau ocehan santri terhadap kiai kampungnya, maka apakah kemudian seperti dalam penjelasan di atas, menjadi kafir? Konteksnya adalah menghina kiai kang, menghina fisiknya, seperti menggosip fisiknya, bukan menghina predikatnya ataupun ilmu agama, atau ajaran yang disampaikan. Maka dihukumi? [Penyimak Bangsa].
JAWABAN dari pertanyan Benarkah Menghina Ulama’ Bisa Menyebabkan Kafir ?
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Menghina Ulama, atau kata-kata yang mengarah kepada menghina, seperti kasus di dalam soal di atas menurut saya harus jelas dulu seperti apa hinaannya.
Jika kata-kata ocehan, yang mengarah pada hinaan tidak merusak kewajiban seseorang atas hak-hak seorang Ulama maka ia jatuh pada ma’shiyat karena tidak melakukan adab dia terhadap Ulama.
Tetapi, jika sampai melanggar hak-hak para Ulama, dikhawatirkan menjadi kafir karena dia “TARKUL HURMAH”, meninggalkan hurmat. Sementara Ulama termasuk Syi’ar-syi’ar Islam dan dalam إسعاد الرفيق، para Ulama adalah نواب الله ورسوله, sebagai para nāib dari Allah dan RasulNya.
Jadi, tidak boleh menghina ulama, termasuk Kyai yang merupakan guru ngajinya misalkan, atau Kyai di kampungnya.
Referensi:
(1) متن سلم التوفيق ص ٢٥
وقد عد الشيخ احمد بن حجر والقاضي عياض رحمهما الله تعلى في كتا بها الاعلام والشفاءاشيأ كثيرة فينبغي الاطلاع عليها فان من لم يعرف الشر يقع فيه وحاصل اكثر تلك العبارات يرجع الى ان كل عقد او فعل او قول يدل على استهانة او استحفاف بالله او كتبه او رسوله او ملائكته او شعائره او معالم دينه او احكامه او وعده او وعيده كفر او معصية فليحذار الانسان من ذلك جهده
مرقاة صعود التصديق ص ٢٥
أو شعائره أي أعلام دينه والمراد بالشعائر المواضع التي يقام فيها الدين قاله سليمان الجمل (أو معالم) أي إمارات
“Imam Syekh Ahmad bin Hajar dalam kitab Al-I’lāmu Biqowāthi’il Islām, menghitung dan menerangkan banyak masalah murtad
dan Imam Qodli ‘Iyadl juga demikian dalam kitab As Syifā, seyogyanya kita melihat dua kitab itu, siapa yang tak mengerti keburukan, tentu jatuh kedalamnya.
Wal hasil kesimpulan keterangan di atas, dikembalikan kepada Aqidah, perbuatan, dan ucapan yg menunjukan penghinaan dan meremehkan Allah, kitab-kitab, rasul-rasul, syi’ār-syi’ar, tanda agama ,hukum -hukum, atau janji dan ancaman-NYA. Semua itu ada dua hukum adakalanya kufur dan adakalanya maksiat. Karenanya, semua insan tak lain diriku juga harus waspada dan hati-hati sekuat tenaga terhadap hal hal diatas.”
(2) الأشباه والنظائر للعلامة ابن نجيم
الاستهزاء بالعلم والعلماء كفر
“Istihzā kepada ilmu dan ulama merupakan kekufuran.”
(3) إسعاد الرفيق، ط. الحرمين ج ٢ ص ١١
وفى العهود أخذ علينا العهد العام من رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نبجل العلماء والصالحين والأكابر، وإن لم يعلموا بعلمهم ونقوم بواجب حقهم، ونكل أمرهم إلى الله تعالى،
Fokus:
فمن أخل بواجب حقوقهم من الإكرام والتبجيل فقد خان الله ورسوله فإن العلماء نواب الله ورسوله، وذلك كفر
(4) إسعاد الرفيق، ط. الحرمين ج ٢ ص ١٢
ومن تعظيم الشعائر القيام برد المظالم، وترك أخذ شيئ من مال له أمان بغير حق،
Fokus:
وتعظيم العلماء والأولياء وأهل البيت ومحبتهم والقيام بحقوقهم وإن وقعت منهم هفوة أو زلة بل وكل من يقول لا إله إلا الله ….
(5) Dalam Ta’lim al Muta’allim:
اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله، وتعظيم الأستاذ وتوقيره. قيل: ما وصل من وصل إلا بالحرمة، وما سقط من سقط إلا بترك الحرمة. وقيل: الحرمة خير من الطاعة، ألا ترى أن الإنسان لا يكفر بالمعصية، وإنما يكفر باستخفافها، وبترك الحرمة.
Penting diketahui, seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya. Dikatakan: “Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya.” Tidakkah kamu tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi menjadi kafir lantaran meremehkan maksiat dan meninggalkan rasa hormat.
Dalam sebuah Hadits, Kanjeng Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ _ رواه أبو داود عن طريق سيدنا أبي موسى الأشعري رضي الله عنه
” Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah Subhānahu wa Ta’ālā, yaitu memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal Al Qur’an tanpa berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan penguasa yang adil.”
لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ _ رواه الحاكم فى المستدرك عن طريق سيدنا عبادة بن صامت رضي الله عنه
“Bukan termasuk ummatku (yang mengikuti jalanku), siapa orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim.” والله أعلم
Maksud ibaroh diatas : Tindakan yang mengandung unsur penghinaan terhadap ulama’ dan dilakukan dengan niat ” meremehkan / melecehkan / menghina ” ulama’ menyebabkan pelakunya murtad. Maka berhati²lah terhadap ulama’. Karna menghina ulama berarti menghina ilmu, menghina ilmu berarti menghina sebagian sifatnya Alloh.
Menurut ibarot diatas bila yang dihina hanya fisiknya saja maka tidak menyebabkan pelakunya murtad, hanya saja dia berdosa. Berarti menurut ibaroh ghomzu uyunil bashoir yang menyebabkan murtad apabila yang dihina pangkat ulama’nya.
Demikian ulasan khusus terkait Menghina Ulama Menyebabkan Kafir serta penjelasannya.
Wallohu a’lam semoga bermanfaat. [Aas Ahmad Hulasoh A, Abdul Qodir Shodiqi].
Sumber tulisan ada disini.
Silahkan baca juga artikel terkait.