PERTANYAAN: Menyentuh Kelamin Ganda Apakah Batal Wudhunya?
Assalamu alaikum Wr. Wb. para ustadz-ustadz, para guru-guru, para masyayikh yang ada di group ini, mohon bantu pencerahannya para Asatidz, seorang alkhuntsa (kelamin ganda) yang belum melakukan operasi karena keterbatasan biaya,
1. Kalau dia bersentuhan kulit dengan laki-laki maupun perempuan, apakah batal wudhu dia dan si pria/perempuan tadi?
2. Jika sampai akhir hayatnya seorang alkhuntsa tersebut tidak melakukan operasi karena keterbatasan biaya, yang memandikan jenazahnya apakah laki-laki atau perempuan, dan bagaimana nanti saat meletakkan mayyit untuk disholatkan jenazahnya, apakah harus seperti laki-laki dengan kepala di kiri arah menghadap kiblat atau seperti perempuan kepala di kanan arah menghadap kiblat.
Semoga para Asatidz bisa membantu menjawabkan. Detail kasus nya:
Dia punya kelamin ganda, tapi kalau untuk pipis yang fungsi kemaluan cewek, juga kalau dia bersetubuh dengan istrinya (maaf) air maninya juga keluar dari kemaluan cewek, tapi kata dia air maninya normal seperti laki-laki normal biasa kata dia. Kan kalau laki-laki keluar air mani lumayan banyak tak seperti cewek ustadz ya.
Sebelumnya terima kasih dan mohon maaf. [Utuh Licak].
JAWABAN dari pertanyaan Menyentuh Orang yang Berkelamin Ganda Apakah Batal Wudhunya?
Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Khuntsa tidak butuh operasi, tapi cukup mengenal karakter diri, apalagi kelamin ganda, kalau ketahuan pipisnya cuma pakai burung ya cowok, cuma pake sangkar ya cewek, kalau dua-duanya fungsi maka pakai karakter, kalau demen dekat cewek berarti cowok dan sebaliknya, kalau karakter tidak bisa dibedakan, barulah dia khuntsa musykil.
Melihat masalah di atas, awalnya dia adalah berhukum perempuan karena kencing dari farjinya, lalu kemudian ketika sudah besar maka dia bisa menikah dan berhubungan (burung bisa berdiri) dengan perempuan maka dalam hal ini dia adalah laki-laki, tetapi ketika dia keluar mani dari farji maka terjadi pertentangan/ta’arudh (karena di satu sisi dia intisarud dzakar, di sisi lain dia keluar mani dari farji), melihat penjabaran di atas maka jawaban nomor satu dia tetap khuntsa muskil yang dimana ketika menyentuh perempuan atau laki-laki maka wudhunya tidak batal.
Karena ada ta’arudh di satu sisi dia bisa berhubungan dengan istri, di sisi lain dia kencing dan keluar mani dari farji, maka menurut hemat kami dia tetap khuntsa musykil, karena dari tanda-tanda status khuntsanya, ini kok tarik-menarik, sehingga kesimpulannya tetap dihukumi khuntsa musykil, kecuali apabila langsung mengarah kepada salah satu ciri misal menikah, dzakarnya bisa berdiri, terus keluar mani dari dzakar maka statusnya positif laki-laki, dan bila menyentuh perempuan batal.
Kalau statusnya khuntsa muskil maka yang memandikan mahromnya yang laki-laki atau perempuan dan apabila tidak punya mahrom maka ada dua pendapat:
1. ditayammumi
2. dimandikan (oleh laki-laki atau perempuan)
Khunsta musykil tidak membatalkan wudhu, maka bersentuhan dengan mereka tidak batal wudhunya karena ada kemungkinan kesamaan jenis antara banci tersebut dengan pria atau wanita yang menyentuhnya.
Referensi :
– Mausu’ah Fiqhiyyah Quwaitiyyah:
[مجموعة من المؤلفين ,الموسوعة الفقهية الكويتية ,13/61]
وَأَمَّا إِذَا كَانَ كَبِيرًا أَوْ مُرَاهِقًا فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ، وَهُوَ وَجْهٌ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ إِلَى أَنَّهُ لاَ يُغَسِّل رَجُلاً وَلاَ امْرَأَةً، وَلاَ يُغَسِّلُهُ رَجُلٌ وَلاَ امْرَأَةٌ، بَل يُيَمَّمُ. وَالأَْصْل عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ أَنَّ الْخُنْثَى الْمُشْكِل – إِنْ كَانَ لَهُ مَحْرَمٌ مِنَ الرِّجَال أَوِ النِّسَاءِ – غَسَّلَهُ بِالاِتِّفَاقِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَحْرَمٌ جَازَ لِلرِّجَال وَالنِّسَاءِ غُسْلُهُ صَغِيرًا. فَإِنْ كَانَ كَبِيرًا فَفِيهِ وَجْهَانِ: أَحَدُهُمَا: هَذَا، وَالآْخَرُ: أَنَّهُ يُغَسَّل. قَال أَحْمَدُ: إِذَا لَمْ تَكُنْ لَهُ أَمَةٌ، يُيَمَّمُ، وَزَادَ: أَنَّ الرَّجُل أَوْلَى بِتَيْمِيمِ خُنْثَى فِي سِنِّ التَّمْيِيزِ، وَحَرُمَ بِدُونِ حَائِلٍ عَلَى غَيْرِ مَحْرَمٍ. (2)
– Al-Majmu’:
ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ – ﻣﺤﻴﻰ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ – ﺝ ٢ – ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٣٤ ﻟﻮ ﻟﻤﺲ ﺍﻟﺨﻨﺜﻰ ﺍﻟﻤﺸﻜﻞ ﺑﺸﺮﺓ ﺧﻨﺜﻰ ﻣﺸﻜﻞ ﺃﻭ ﻟﻤﺲ ﺭﺟﻞ ﺃﻭ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺑﺪﻥ ﺍﻟﻤﺸﻜﻞ ﺃﻭ ﻟﻤﺲ ﺍﻟﻤﺸﻜﻞ ﺑﺪﻧﻬﻤﺎ ، ﻟﻢ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﻟﻼﺣﺘﻤﺎﻝ ، ﻓﻠﻮ ﻟﻤﺲ ﺍﻟﻤﺸﻜﻞ ﺑﺸﺮﺓ ﺭﺟﻞ ﻭﺍﻣﺮﺃﺓ ﺍﻧﺘﻘﺾ ﻫﻮ ﻷﻧﻪ ﻟﻤﺲ ﻣﻦ ﻳﺨﺎﻟﻔﻪ ﻭﻻ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻭﻻ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻟﻠﺸﻚ ، ﻭﻛﺬﺍ ﻟﻮ ﻟﻤﺴﺎﻩ ﻟﻢ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻟﻠﺸﻚ . ﻭﻓﻲ ﺍﻧﺘﻘﺎﺽ ﺍﻟﺨﻨﺜﻰ ﺍﻟﻘﻮﻻﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻠﻤﻮﺱ ، ﻓﻠﻮ ﺍﻗﺘﺪﺕ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺑﻬﺬﺍ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻢ ﺗﺼﺢ ﺻﻼﺗﻬﺎ ﻷﻧﻬﺎ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻓﺈﻣﺎﻣﻬﺎ ﻣﺤﺪﺙ
– Al-Khawi Al-Kabiir:
ﺍﻟﺤﺎﻭﻱ ﺍﻟﻜﺒﻴﺮ ﺻﻔﺤﺔ ١٨١ ﻟﻮ ﻟﻤﺲ ﺭﺟﻞ ) ﺑﺪﻥ ﺧﻨﺜﻰ ﻣﺸﻜﻞ ﻓﻼ ﻭﺿﻮﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﺠﻮﺍﺯ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﺨﻨﺜﻰ ﺭﺟﻼ ﻭﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻻ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺑﺎﻟﺸﻚ ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻟﻮ ﻟﻤﺲ ﺧﻨﺜﻰ ﻣﺸﻜﻞ ﺑﺪﻥ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻟﺠﻮﺍﺯ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺍﻣﺮﺃﺓ ، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﻟﻮ ﻟﻤﺲ ﺧﻨﺜﻰ ﻣﺸﻜﻞ ﺑﺪﻥ ﺧﻨﺜﻰ ﻣﺸﻜﻞ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻟﺠﻮﺍﺯ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻧﺎ ﺍﻣﺮﺃﺗﻴﻦ ﺃﻭ ﺭﺟﻠﻴﻦ
– AlFiqhu ‘ala Mdzahibil Arba’ah:
ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﺬﺍﻫﺐ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ . ﺍﻟﺠﺰ ١ ﺍﻟﺼﻔﺤﺔ ٥١ ﻭﻻ ﺗﻨﻘﺾ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻟﻤﺲ ﺃﻧﺜﻰ ﻟﻤﺜﻠﻬﺎ , ﻭﻻ ﺧﻨﺜﻰ ﻟﺨﻨﺜﻰ ﺍﻭ ﻟﺮﺟﻞ , ﺃﻭ ﻻﻣﺮﺃﺓ
– Mausu’ah Fiqhiyyah Quwaitiyyah:
الموسوعة الفقهية الكويتية
أَقْسَامُ الْخُنْثَى:
يَنْقَسِمُ الْخُنْثَى إِلَى مُشْكِلٍ وَغَيْرِ مُشْكِلٍ:
أ – الْخُنْثَى غَيْرُ الْمُشْكِل:
٣ – مَنْ يَتَبَيَّنُ فِيهِ عَلاَمَاتُ الذُّكُورَةِ أَوِ الأُْنُوثَةِ، فَيُعْلَمُ أَنَّهُ رَجُلٌ، أَوِ امْرَأَةٌ، فَهَذَا لَيْسَ بِمُشْكِلٍ، وَإِنَّمَا هُوَ رَجُلٌ فِيهِ خِلْقَةٌ زَائِدَةٌ، أَوِ امْرَأَةٌ فِيهَا خِلْقَةٌ زَائِدَةٌ، وَحُكْمُهُ فِي إِرْثِهِ وَسَائِرِ أَحْكَامِهِ حُكْمُ مَا ظَهَرَتْ عَلاَمَاتُهُ فِيهِ.
Pembagian khunsa.
Khunsta terbagi kepada khunsta musykil dan ghoiru musykil.
Khunsta Ghoiru Musykil adalah khunsta yang jelas padanya tanda-tanda kelelakiannya ataupun kewanitaanya, maka diketahuilah bahwa sungguh dia seorang laki-laki, atau sungguh bahwa dia seorang wanita.
Maka khuntsa ini bukanlah khunsta musykil. Hanya saja dia seorang laki-laki yang padanya ada bentuk susunan fisik tambahan. Atau dia seorang wanita yang padanya ada bentuk fisik tambahan. Dan hukumnya di dalam hal waris dan semua hukum-hukum lainnya adalah berlaku hukum apa yang jelas tanda-tandanya padanya (apakah tanda-tandanya jelas laki-laki atau jelas perempuan, jika tandanya jelas laki-laki maka dihukumi laki-laki disemua bidang hukum.
ب – الْخُنْثَى الْمُشْكِل:
٤ – هُوَ مَنْ لاَ يَتَبَيَّنُ فِيهِ عَلاَمَاتُ الذُّكُورَةِ أَوِ الأُْنُوثَةِ، وَلاَ يُعْلَمُ أَنَّهُ رَجُلٌ أَوِ امْرَأَةٌ، أَوْ تَعَارَضَتْ فِيهِ الْعَلاَمَاتُ
، فَتَحَصَّل مِنْ هَذَا أَنَّ الْمُشْكِل نَوْعَانِ:
نَوْعٌ لَهُ آلَتَانِ، وَاسْتَوَتْ فِيهِ الْعَلاَمَاتُ، وَنَوْعٌ لَيْسَ لَهُ وَاحِدَةٌ مِنَ الآْلَتَيْنِ وَإِنَّمَا لَهُ ثُقْبٌ. (٢)
Khunsta Musykil.
Khunsta musykil adalah khunsta yang tidak jelas padanya tanda-tanda kelelakiannya atau kewanitaannya, dan tidak diketahui bahwa sungguh dia itu laki-laki atau wanita, atau saling berlawanan padanya tanda-tanda kelelakian atau kewanitaannya. Maka terhasil dari hal ini bahwa sungguh khunsta musykil itu ada dua macam :
1. Macam yang pertama adalah khunsta yang dia memiliki dua alat kelamin. Dan sama padanya tanda-tanda (baik kelelakian maupun kewanitaanya).
2. Macam yang kedua adalah khunsta yang dia TIDAK memiliki satupun alat kelamin dari dua alat kelamin. Hanya saja dia memiliki lubang (untuk keluar air seni).
Catatan kaki;
(٢) ابن عابدين ٥ / ٤٦٤ – ٤٦٥، وفتح القدير ٨ / ٥٠٤، ٥٠٥. ط دار صادر، ومواهب الجليل ٦ / ٤٢٤، الشرح الصغير ٤ / ٧٢٥، ٧٢٦، ٧٢٧، والأشباه والنظائر للسيوطي / ٢٤١، ٢٤٢، والمغني ٦ / ٢٥٣، ٢٥٤، وروضة الطالبين ١ / ٧٨.
مَا يَتَحَدَّدُ بِهِ نَوْعُ الْخُنْثَى:
٥ – يَتَبَيَّنُ أَمْرُ الْخُنْثَى قَبْل الْبُلُوغِ بِالْمَبَال، وَذَلِكَ عَلَى التَّفْصِيل الآْتِي:
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ الْخُنْثَى قَبْل الْبُلُوغِ إِنْ بَال مِنَ الذَّكَرِ فَغُلاَمٌ، وَإِنْ بَال مِنَ الْفَرْجِ فَأُنْثَى، لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِل عَنِ الْمَوْلُودِ لَهُ قُبُلٌ وَذَكَرٌ، مِنْ أَيْنَ يُورَثُ؟ قَال يُورَثُ مِنْ حَيْثُ يَبُول (١) وَرُوِيَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أُتِيَ بِخُنْثَى مِنَ الأَْنْصَارِ، فَقَال: وَرِّثُوهُ مِنْ أَوَّل مَا يَبُول مِنْهُ (٢) . وَلأَِنَّ مَنْفَعَةَ الآْلَةِ عِنْدَ الاِنْفِصَال مِنَ الأُْمِّ خُرُوجُ الْبَوْل، وَمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَافِعِ يَحْدُثُ بَعْدَهَا، وَإِنْ بَال مِنْهُمَا جَمِيعًا فَالْحُكْمُ لِلأَْسْبَقِ، وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ وَمُعَاوِيَةَ، وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، وَجَابِرِ بْنِ زَيْدٍ وَسَائِرِ أَهْل الْعِلْمِ.
Sesuatu yang dengannya macam khuntsa ditentukan.
Menjadi jelas urusan khuntsa sebelum baligh dengan tempat keluarnya air kencing. Dan demikian itu ditafsil sbb:
Jumhur Fuqoha (ahli fiqih) berpendapat bahwa sungguh khuntsa sebelum baligh jika dia kencing dari penis maka dia itu seorang anak laki-laki. Dan jika dia kencing dari vagina maka dia itu anak perempuan. Karena ada riwayat dari Ibn Abbas r.a bahwa sungguh Nabi ﷺ ditanya dari masalah bayi yg terlahir mempunyai vagina dan dan penis, dari arah mana dia mendapat warisan? Jawab Nabi ﷺ : dia mendapat warisan ditentukan dari mana dia buang air kecil.
Dan diriwayatkan didatangkan seorang khuntsa dari kaum anshor pada Nabi ﷺ , maka Nabi ﷺ bersabda: “berikanlah warisan oleh kalian padanya dari alat kelamin pertama yang dia buang air kecil lewat darinya”. (Jika buang air seni pertama kali lewat penis maka dia mendapat warisan sebagai laki-laki).
Dan sungguh karena kemanfaatan alat kelamin setelah berpisah dari ibunya itu keluarnya air seni. Dan selain keluarnya air seni yaitu kemanfaatan lain (dari alat vital) datang kemudian setelah itu.
Dan jika buang air kecil (kencing) keluar dari penis dan vagina bersamaan maka hukum yang berlaku adalah yang paling dahulu keluarnya air kencing. Demikian itu diriwayatkan dari Ali krw dan Mu’awiyah, dan Sa’id bin Musayyib dan Jabir bin Zaid dan lainnya para ahli ilmu.
Catatan kaki:
(١) حديث: ” سئل في المولود له قبل وذكر، من أين بورث؟ ” أخرجه البيهقي (٦ / ٢٦١ -. ط دائرة المعارف العثمانية) من طريق الكلبي عن أبي صالح عن ابن عباس وضعف إسناده.، وقال ابن حجر في التلخيص (١ / ١٢٨ -. ط شركة الطباعة الفنية) : الكلبي هو محمد بن السائب: ” متروك الحديث بل كذاب “.
(٢) حديث: ” ورثوه من أول ما يبول منه “. أورده المغني (٦ / ٢٥٣. ط الرياض) ولم نعثر عليه فيما لدينا من كتب السنة.
Difinisikan secara mendasar:
[مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ٢١/٢٠]
خُنْثَى
التَّعْرِيفُ:
1 – الْخُنْثَى فِي اللُّغَةِ: الَّذِي لاَ يَخْلُصُ لِذَكَرٍ وَلاَ أُنْثَى، أَوِ الَّذِي لَهُ مَا لِلرِّجَال وَالنِّسَاءِ جَمِيعًا مِنَ الْخَنَثِ، وَهُوَ اللِّينُ وَالتَّكَسُّرُ، يُقَال: خَنَّثْتُ الشَّيْءَ فَتَخَنَّثَ، أَيْ: عَطَّفْتُهُ فَتَعَطَّفَ، وَالاِسْمُ الْخُنْثُ (1) .
وَفِي الاِصْطِلاَحِ: مَنْ لَهُ آلَتَا الرِّجَال وَالنِّسَاءِ، أَوْ مَنْ لَيْسَ لَهُ شَيْءٌ مِنْهُمَا أَصْلاً، وَلَهُ ثُقْبٌ يَخْرُجُ مِنْهُ الْبَوْل (2) .
Ciri-ciri khunsa sebelum baligh:
[مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ٢٢/٢٠]
5 – يَتَبَيَّنُ أَمْرُ الْخُنْثَى قَبْل الْبُلُوغِ بِالْمَبَال، وَذَلِكَ عَلَى التَّفْصِيل الآْتِي:
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ الْخُنْثَى قَبْل الْبُلُوغِ إِنْ بَال مِنَ الذَّكَرِ فَغُلاَمٌ، وَإِنْ بَال مِنَ الْفَرْجِ فَأُنْثَى، لِمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِل عَنِ الْمَوْلُودِ لَهُ قُبُلٌ وَذَكَرٌ، مِنْ أَيْنَ يُورَثُ؟ قَال يُورَثُ مِنْ حَيْثُ يَبُول (1) وَرُوِيَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أُتِيَ بِخُنْثَى مِنَ الأَْنْصَارِ، فَقَال: وَرِّثُوهُ مِنْ أَوَّل مَا يَبُول مِنْهُ (2) . وَلأَِنَّ مَنْفَعَةَ الآْلَةِ عِنْدَ الاِنْفِصَال مِنَ الأُْمِّ خُرُوجُ الْبَوْل، وَمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَافِعِ يَحْدُثُ بَعْدَهَا، وَإِنْ بَال مِنْهُمَا جَمِيعًا فَالْحُكْمُ لِلأَْسْبَقِ، وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ وَمُعَاوِيَةَ، وَسَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، وَجَابِرِ بْنِ زَيْدٍ وَسَائِرِ أَهْل الْعِلْمِ
Ciri khunsa (terkait muskil tidaknya) setelah baligh:
[مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ٢٣/٢٠]
6 – وَأَمَّا بَعْدَ الْبُلُوغِ فَيَتَبَيَّنُ أَمْرُهُ بِأَحَدِ الأَْسْبَابِ الآْتِيَةِ:
إِنْ خَرَجَتْ لِحْيَتُهُ، أَوْ أَمْنَى بِالذَّكَرِ، أَوْ أَحْبَل امْرَأَةً، أَوْ وَصَل إِلَيْهَا، فَرَجُلٌ، وَكَذَلِكَ ظُهُورُ الشَّجَاعَةِ وَالْفُرُوسِيَّةِ، وَمُصَابَرَةِ الْعَدُوِّ دَلِيلٌ عَلَى رُجُولِيَّتِهِ كَمَا ذَكَرَهُ السُّيُوطِيُّ نَقْلاً عَنِ الإِْسْنَوِيِّ.
وَإِنْ ظَهَرَ لَهُ ثَدْيٌ وَنَزَل مِنْهُ لَبَنٌ أَوْ حَاضَ، أَوْ أَمْكَنَ وَطْؤُهُ، فَامْرَأَةٌ، وَأَمَّا الْوِلاَدَةُ فَهِيَ تُفِيدُ
الْقَطْعَ بِأُنُوثَتِهِ، وَتُقَدَّمُ عَلَى جَمِيعِ الْعَلاَمَاتِ الْمُعَارِضَةِ لَهَا.
وَأَمَّا الْمَيْل، فَإِنَّهُ يُسْتَدَل بِهِ عِنْدَ الْعَجْزِ عَنِ الإِْمَارَاتِ السَّابِقَةِ، فَإِنْ مَال إِلَى الرِّجَال فَامْرَأَةٌ، وَإِنْ مَال إِلَى النِّسَاءِ فَرَجُلٌ، وَإِنْ قَال أَمِيل إِلَيْهِمَا مَيْلاً وَاحِدًا، أَوْ لاَ أَمِيل إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمَا فَمُشْكِلٌ. (1)
قَال السُّيُوطِيُّ: وَحَيْثُ أُطْلِقَ الْخُنْثَى فِي الْفِقْهِ، فَالْمُرَادُ بِهِ الْمُشْكِل.
Hukum khunsa goiru muskil:
[مجموعة من المؤلفين، الموسوعة الفقهية الكويتية، ٢٢/٢٠
أ – الْخُنْثَى غَيْرُ الْمُشْكِل:
3 – مَنْ يَتَبَيَّنُ فِيهِ عَلاَمَاتُ الذُّكُورَةِ أَوِ الأُْنُوثَةِ، فَيُعْلَمُ أَنَّهُ رَجُلٌ، أَوِ امْرَأَةٌ، فَهَذَا لَيْسَ بِمُشْكِلٍ، وَإِنَّمَا هُوَ رَجُلٌ فِيهِ خِلْقَةٌ زَائِدَةٌ، أَوِ امْرَأَةٌ فِيهَا خِلْقَةٌ زَائِدَةٌ، وَحُكْمُهُ فِي إِرْثِهِ وَسَائِرِ أَحْكَامِهِ حُكْمُ مَا ظَهَرَتْ
بشرى الكريم ج ١ ص ١١٣
(الثالث:) تيقن (التقاء بشرتي الرجل والمرأة) *الواضح: كل منهما* المشتهى لذوي الطباع السليمة، ولو صبياً وممسوحاً، أو عنيناً أو صبية أو مكرهاً أو ميتاً، لكن لا ينقض الميت، أو بعضو أشل أو زائد ولو جنياً عند (م ر)
الى ان قال
وخرج بما ذكر: التقاء بشرتي ذكرين وإن كان أحدهما أمرد حسناً، أو أثنين، أو خنثى وغيره، أو ذكر وأنثى بحائل وإن رق ولو بشهوة.
Wallohu a’lam semoga bermanfaat. [Pakdhe Nur Hasan, Abdulkodir, Muchcin Chafifi, Muh Jayus, Abdulkodir]
Sumber tulisan ada disini.
Silahkan baca juga artikel terkait.