Pertanyaan : Apakah Ada Makanan yang Tidak Dihisab?
Assalammu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Saya mau bertanya : Makanan yang bagaimanakah yang tidak dihisab. Apakah makanan yang dimakan bersama keluarga juga tidak dihisab? Mohon pencerahan dan referensinya, terima kasih sebelumnya. Wassalammu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh. [Wiwik Lestya].
Jawaban : Apakah Ada Makanan yang Tidak Dihisab?
Wa’alaikumussalam, makanan yang tidak dihisab adalah makanan untuk sahur, makanan untuk berbuka dan makanan yang disuguhkan untuk kawan. Menyuguhkan makanan untuk kawan terdapat keutamaan yang banyak. Ja’far bin Muhamad -semoga Allah meridloi keduanya- berkata : “Jika kalian duduk bersama kawan-kawan pada makanan, maka berlama-lamalah duduknya karena di dalamnya terdapat waktu yang tidak dihisab bagi kalian dari umur-umur kalian “
Al Hasan -semoga Allah merahmatinya- berkata : “setiap nafkah yang diinfakkan seseorang untuk dirinya sendiri, untuk kedua ortunya dan untuk orang-orang di bawahnya semua itu dihisab, kecuali nafkah seseorang kepada kawannya dalam makanan, sesungguhnya Allah malu menanyakan hal itu”.
Hadits dari Nabi shollallohu alaihi wasallam : “Malaikat senantiasa bersholawat kepada salah seorang di antara kalian selama suguhan makanan masih diletakkan di hadapannya hingga diangkat”. Diriwayatkan dari sebagian ulama’ khurosan bahwa beliau menyuguhkan makanan yang banyak sekali kepada kawannya, yang tidak akan mampu untuk menghabiskannya, dan beliau berkata : “Telah sampai kepadaku dari Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda : “Sesungguhnya para kawan ketika mengangkat tangan-tangan mereka dari makanan, maka orang yang memakan sisa dari makanan tsb tidak di hisab”. Jadi, aku suka memperbanyak suguhan kepada kalian adar aku bisa memakan sisa dari makanan tersebut.
Dalam sebuah khobar : ” Seorang hamba tidaklah dihisab atas makanan yang dimakannya bersama kawannya”
Sebagian ulama’ dulu memperbanyak makan ketika bersama banyak orang karena hal itu, dan mempersdikit makan ketika sendirian. Dalam sebuah khobar : “Tiga hal tidaklah dihisab atas seorang hamba, makanan sahur, makanan berbuka dan makanan yang dimakan bersama kawan “.
Kawan di situ adalah kawan yang sudah seperti atau dianggap sebagai saudara, misalnya sahabat dekat. Pada prinsipnya semua perbuatan manusia, semua rizqi yang Allah berikan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah walau kamitsli dzarroh (sebesar atom). Bahasa dalam ibarat di atas sebetulnya lebih ke Adab dan tashawuf, daripada bahasa hukum, sehingga lebih tepat sebagai dasar fadhai’ilul a’mal saja, karena merujuk pada beberapa ayat dan hadits tentang mizanul ‘amal tidak ada pengecualian dalam hisab. Wallohu a’lam. [Ust Nur Hamzah, Abul Qohwah Al-Aswadi].
Kitab Ihya’ Ulumuddin (2/8-9) :
تَقْدِيمُ الطَّعَامِ إِلَى الْإِخْوَانِ فِيهِ فَضْلٌ كَثِيرٌ
قال جعفر بن محمد رضي الله عنهما إذا قعدتم مع الإخوان على المائدة فأطيلوا الجلوس فإنها ساعة لا تحسب عليكم من أعماركم وقال الحسن رحمه الله كل نفقة ينفقها الرجل على نفسه وأبويه فمن دونهم يحاسب عليها البتة إلا نفقة الرجل على إخوانه في الطعام فإن الله يستحي أن يسأل عن ذلك هذا مع ما ورد من الأخبار في الإطعام قال صلى الله عليه وسلم لا تزال الملائكة تصلي على أحدكم ما دامت مائدته موضوعة بين يديه حتى ترفع
وروي عن بعض علماء خراسان أنه كان يقدم إلى إخوانه طعاماً كثيراً لا يقدرون على أكل جميعه وكان يقول بلغنا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قال إن الإخوان إذا رفعوا أيديهم عن الطعام لم يحاسب من أكل فضل ذلك فأنا أحب أن أستكثر مما أقدمه إليكم لنأكل فضل ذلك
وفي الخبر لا يحاسب العبد على ما يأكله مع إخوانه وكان بعضهم يكثر الأكل مع الجماعة لذلك ويقلل إذا أكل وحده وفي الخبر ثلاثة لا يحاسب عليها العبد أكلة السحور وما أفطر عليه وما أكل مع الإخوان
Sumber asal baca disini.
Silahkan baca juga artikel terkait.