Pertanyaan: Bagaimana Tinjauan Talaq Tiga Hadits Rukanah?
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Hadits Dari Ibnu Abbas ia berkata. Aburukanah telah mentalak Ummu Rukanah, lalu Rasulullah SAW berkata kepadanya, rujuklah istrimu itu, lalu ia menjawab. Sudah aku talak tiga. Beliu berkata . Aku sudah tahu rujuklah ia (HR. Abu Daud) pertanyaannya, bisakah hadits di atas sebagai hujjah dn sohihkah hadits di atas ? Terimakasih
[Ahmad Beri]
Jawaban atas pertanyaan Tinjauan Talaq Tiga Hadits Rukanah
Wa’alaikum salam Wr. Wb
Berikut petikan dalam kitab Tanqih At-Tahqiq juz 4 Hal. 405-407 Bahwa hadits ini mempunyai dua jalur, yaitu:
Jalur Pertama Riwayat At-Tirmidziy.
2820 : بما رواه الترمذيُّ، قال: حدَّثنا هنَّاد ثنا قَبيصة عن جرير بن حازم قال: حدَّثني الزبير بن سعيد الهاشميُّ عن عبد الله بن عليِّ بن ركانة عن أبيه عن جدِّه قال: طلَّقت امرأتي البتَّة، فأتيت النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فقلت: يا رسول الله، إنِّي طلَّقت امرأتي البتَّة، قال: ” ما أردت بهذا؟ “. قلت: واحدة.ز: رواه أحمد وأبو داود وابن ماجه من رواية جرير عن الزبير، وعندهم: عبد الله بن عليِّ بن يزيد بن ركانة. ورواه ابن حِبَّان.والزبير: تكلَّم فيه يحيى والنسائيُّ وغيرهما.وعبد الله: قال العُقيليُّ: لا يتابع على حديثه، إسناده مضطربٌ.وعليٌّ: قال البخاريُّ: لم يصح حديثُه.
No. Hadits 2820: At-Tirmidzi berkata: menceritakan kepada Kami Hannad, menceritakan kepada kami Qobidloh, dari Jarir Ibn Hazim, beliau berkata: menceritakan kepadaku Az-Zubair Ibn Sa’id Al-Hasyimiy, dari ‘Abdullah Ibn ‘Aliy Ibn Rukanah, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata: “Aku mentalak istriku dengan talak tiga. ”Lalu Aku mendatangi Rasulullah SAW. Aku berkata: “Ya Rasulallah, sesungguhnya aku mentalak istriku dengan talak tiga.” Beliau bertanya: “Apa yang engkau inginkan dengan hal ini?” Aku menjawab: “talak satu. ”Beliau bertanya lagi: “Apakah karena Allah?” Aku jawab: “Karena Allah.” Nabi bersabda lagi: “maka itulah keinginanmu.”Hadits ini diriwayatkan dalam banyak kitab sunan. Diantaranya: 1. Imam Ahmad dalam Kitab Musnad-nya: juz 5 Hal. 459 No. Hadits: 7548)2. Ibnu Majah dalam Sunan Ibni Majah: Juz 1 Hal. 661 No. hadits : 2051, dari riwayat Jarir, dari Zubair. Dan dalam riwayat ini terdapat ‘Abdullah Ibn ‘Aliy Ibn Yazid Ibn Rukanah. 3. Ibnu Hibban dalam Kitab Al-Ihsan Li Ibn Hibban Juz 10 Hal. 97 No. Hadits: 4274.
Namun dalam beberapa literatur dibutkan beberapa point penting, yaitu:1. Terkait perawi Az-Zubair, juga disinggung oleh Syaikh Yahya dalam kitab Tarikh (juz 4 hal. 134 No. Hadits: 3603, 4888) dan dengan riwayat Ibn Al-Junaid (hal. 307 No. Hadits: 142) dan dengan riwayat Ibn Thomha (hal. 106 No. hadits : 335) 2. Terkait perawi ‘Abdullah, al-‘Uqoiliy berkata: “haditsnya tidak dapat diikuti, sandnya mutthorrob.” (lihat Ad-Dlu’afa’ Al-Kabir juz 2 hal 282 No. Hadits 837)3. Terkait perowi ‘Aliy, Al-imam Al-Bukhorit berkata: “haditsnya tidak sah.” (lihat At-tarikh Al-Kabir juz 6 hal. 301 No. Hadits 2468)
Jalur Kedua Riwayat Yang Lain:
2821 : طريق آخر: قال الدَّارَقُطْنِيُّ: حدَّثنا محمَّد بن يحيى بن مرداس ثنا أبو داود السجستانيُّ ثنا أحمد بن عمرو بن السرح وأبو ثور إبراهيم ابن خالد الكلبيُّ في آخرين قالوا: ثنا محمَّد بن إدريس الشافعيُّ قال: حدَّثني عمِّي محمَّد بن عليِّ بن شافع عن عبد الله بن عليِّ بن السائب عن نافع بن عجير ابن عبد يزيد عن ركانة أنَّه طلَّق امرأته سُهيمة البتَّة، فأخبر النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بذلك، فقال: ” والله ما أردت إلا واحدة؟ “. فقال: والله ما أردت إلا واحدة. فردَّها إليه رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فطلَّقها الثانية في زمن عمر، والثالثة في زمن عثمان.قال أبو داود: هذا الحديث صحيحٌ.قلنا: قد قال أحمد: حديث ركانة ليس بشيءٍ.ز: قال أبو داود: سُئل أحمد عن حديث ركانة لا تثبته- أنه طلق امرأته البتَّة-؟ قال: لا، لأنَّ ابن إسحاق يرويه عن داود بن الحُصين عن عكرمة عن ابن عبَّاس أنَّ ركانة طلَّق امرأته ثلاثًا. وأهل المدينة يسمُّون الثلاث: البتَّة.وقال أحمد بن أصرم: سئل أبو عبد الله عن حديث ركانة في البتَّة، قال: ليس بشيءٍ. ذكره أبو بكر في ” الشافي “
NO. Hadits 2821: Jalur yang lain terkait hadits ini. Al-Imam Ad-Daru Quthniy berkata: telah menceritakan kepadaku Muhammad Ibn Yahya Ibn Mirdas, menceritakan kepada kami Abu Daud As-Sajstaniy, menceritakan kepada kami Ahmad Ibn ‘Amr Ibn As-Saroh dan Abu Tsur Ibrohim Ibn Kholid Al-kalabiy dalam riwayat yang lain. Mereka berkata: menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Idris as-Syafi’I, beliau berkata: telah menceritakan kepadaku pamanku yaitu Muhammad Ibn ‘Aliy Ibn Syafi’, dari ‘Abdillah Ibn ‘Aliy Ibn As-Sa’ib, dari Nafi’ Ibn ‘Ujair, dari Rukanah, bahwasanya ia mentalak istrinya Suhaimah dengan talak tiga. Kemudian dia mengabarkan kepada Rasulullah perihal itu. Beliau bertanya kepada Rukanah: “Apakah demi Allah engaku tidak bermaksud kecuali dengan talak satu?” Dia menjawab: “Demi Allah aku tidak bermaksud kecuali talak satu.” Lalu Rasulullah mengembalikan Suhaimah (istri Rukanah) kepadanya. Dan kemudian Rukanah mentalaknya untuk yang kedua kalinya pada masa Sayyidina ‘Umar RA. Dan mentalak ketiga kalinya pada masa Sayyidina ‘Utsman RA.
Beberapa catatan peting tentang hadits ini yaitu: 1. Abu Daud mengomentari hadits ini sebagai hadits shohih (Lihat Sunan Ad-Daru Quthniy juz 4 hal. 33) Aku berkata (mushannif, yaitu Syaikh Syamsuddin Muhammad Ibn Ahmad Ibn Abdil Hadi Al-hanbaliy, wafat tahun 744 H.): “Hadits Rukanah ini tidak ada apa-apanya.” 2. Abu Daud berkata: Imam Ahmad ditanya tentang hadits Rukanah yang tidak ditetapkannya. Bahwa Rukanah telah mentalak istrinya dengan talak tiga (menggunakan redaksi Al-battatah, bukan tsalatsan). Beliau menjawab: “Tidak, sebab Ibn Ishaq meriwayatkannya dari Daud Ibn Al-Hushoin, dari ‘Ikrimah, dari Ibn ‘Abbas, bahwa Rukanah mentalak istrinya dengan talak tiga (disini menggunakan redaksi tslatsan, bukan al-battatah), sementara penduduk Madinah mengistilahkan talaq tiga (tsalatsan) dengan redaksi al-battatah.” (Lihat Masa’ilu Abi Daud, hal. 236 No. Hadits: 1129)3. Ahmad Ibn Ashrom berkata: “Abu ‘Abdillah ditanya tentang hadits Rukanah ini, beliau menjawab: “tidak ada apa-apanya”, demikian disinggung oleh Syaikh Abi Bakr dalam kitab As-Syafi.
Hadits Abu Dawud yang anda tanyakan bertentangan dengan banyak dalil lain yang lebih shahih terutama ijma’ shahabat di masa Umar, haditsnya muhdtharrab sebagaimana pada kasus hadits Ahmad, serta rawinya majhul dan tidak bisa dijadikan hujjah sebagaimana penuturan al-Hafidz al-Khaththabi. Saya akan menyambung ulasan hadits sebelumnya dari Qomarullail El Bustaniy El Kendaliy.
Bila dalam kitab Tanqih At-Tahqiq dikatakan diriwayatkan dalam dua jalur, mungkin yang dimaksud adalah -wallahu a’lam- dua jalur hadits Abu Rukanah yang memakai redaksi ‘albattata’. Sebab hadits tentang Rukanah sendiri sebenarnya memiliki banyak jalur isnad dan juga banyak versi matan, sehingga imbasnya antara lain disebut sebagai hadits mudhtharrab. Berikut sekedar ditambahkan beberapa catatan selain yang telah disebutkan di atas.
Hadits yang ditanyakan dalam soal, adalah hadits riwayat Abu Dawud dengan redaksi thallaqtuhaa tsalatsan, selengkapnya adalah sebagai berikut:
Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibn Shalih, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah mengkhabarkan kepadaku Ibnu Juraij, telah mengkhabarkan kepadaku sebagian orang Bani Abu Rafi’ hamba sahaya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Ikrimah hamba sahaya Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas berkata: Abdu Yazid -ayah dari Rukanah dan para saudaranya- mentalaq Ummu Rukanah, lalu menikahi wanita dari Muzainah. Lantas wanita Muzainah itu menghadap pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: Dia [Abu Rukanah] sudah tidak mampu lagi mencukupiku selain sekedar kemampuan satu helai rambut ini – dari rambut yang wanita itu cabut dari kepalanya, maka pisahkanlah aku darinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam murka setelahnya, lalu memanggil Rukanah dan para saudaranya, serta bertanya pada para sahabat yang duduk di sekelilingnya: Apakah kamu semua melihat anak ini serupa dengan Abu Yazid ayahnya, juga apakah anak yang ini serupa dengannya?. Mereka menjawab: Benar demikian. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata pada Abdu Yazid: Ceraikanlah wanita itu. Hal itu dilakukannya, lalu Nabi berkata lagi kepadanya: Rujuklah pada istrimu -Ibu dari Rukanah dan para saudaranya. Dia menjawab: Aku telah mentalaqnya tiga kali wahai Rasulullah. Nabi berkata: Aku sudah tahu, tetap kembalilah pada istrimu. Lalu Nabi membacakan ayat ‘Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada [waktu mereka dapat menghadapi] iddahnya. (HR. Abu Dawud)
Hadits tentang Abu Rukanah tersebut sebenarnya memiliki banyak versi matan. Setidaknya ada tiga versi redaksi matan hadits itu:Pertama, dengan menggunakan redaksi thallaqtuhaa tsalatsan (aku menthalaqnya tiga kali).Kedua, dengan menggunakan redaksi thallaqa imra’atahu albattata (dia menthalaq sama sekali istrinya -sesuai terjemahan albattata dari kamus al-Munawwir).Ketiga, dengan menggunakan redaksi thallaqa Abu Rukanah imra’atahu fi majlisin wahidin tsalatsan (Abu Rukanah menthalaq istrinya tiga kali di tempat yang sama).
Hadits pertama (redaksi tsalatsan), adalah hadits yang dicantumkan terjemahnya dari Abu Dawud di atas. Al-Hafidz Al-Mundziri berkata, bahwa Al-Hafidz al-Khaththabi berkata: Isnad hadits ini menjadi bahan pembicaraan, sebab Ibnu Juraij meriwayatkan secara majhul dari sebagian bani Abu Rafi’, hadits majhul tidak bisa dijadikan hujjah. Disebut juga bahwa Ahmad Ibn Hanbal mendhaifkan seluruh rawi dari hadits ini.
Abu Dawud setelah menuliskan hadits itu memberikan catatan tambahan jalur lain dari hadits Abu Rukanah dengan redaksi ‘albattata’ sebagai penguat sekaligus penjelas konteks dari hadits tersebut. Namun konsekuensinya, sebagaimana pada konteks hadits Ahmad, tsalatasan tersebut akan ditakwili sebagai albattata. Yakni, Abu Rukanah sebenarnya bukan berkata ‘aku menthalaqmu tiga kali’, melainkan ‘aku menthalaqmu albattata’ (ihtimal antara satu kali atau tiga kali).
Hadits kedua (redaksi albattata), telah diulas panjang lebar dalam Tanqih at-Tahqiq. Khilafiyah tentang status hadits ini cukup masyhur. Hadits dengan redaksi demikian diriwayatkan oleh Muhammad ibn Idris as-Syafi’i, Abu Dawud, Daraquthni, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim.Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Hakim menshahihkan hadits ini.Ibnu Katsir berkata: Abu Dawud telah mendatangkan wajah dan jalur lain dari hadits ini, maka insya Allah haditsnya hasan.
Al-Hafidz Ibnu Hajar menyebutkan bahwa jalur riwayat ini lebih baik dari jalur Abu Dawud dengan redaksi tsalatsan. Ibnu Hajar menggunakan hadits ini untuk mentafsiri (memadukan) hadits taalaq tsalatsan pada riwayat Ahmad, sebagaimana Abu Dawud juga melakukan hal serupa pada hadits talaq tsalatsan yang diriwayatkan olehnya. Namun di sisi lain at-Tirmidzi menyebutkan, aku bertanya pada al-Bukhari tentang hadits ini lalu dijawab olehnya: hadits ini mudhtharrab. Ibnu Abdil Barr dalam kitab at-Tamhid berkata: para ulama banyak memperbincangkan kualitas hadits ini. Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Majmu’ berkata: hadits ini dha’if, tidak hanya satu ulama yang mendhaifkan hadits ini.
Hadits ketiga (redaksi tsalatsan fi majlis wahid), diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengomentari bahwa hadits semacam ini tergolong nash sharih dalam masalah talaq sekaligus tiga serta tidak membutuhkan takwil sebagaimana lafadz albattata. Imbasnya Mula Ali al-Qari menetapkan bahwa hadits ini munkar, dan yang lebih shahih adalah hadits talaq yang menggunakan redaksi kata albattata.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menuliskan empat bantahan atas hadits Ahmad tersebut, lalu dikuatkan olehnya bantahan ketiga bahwa hadits Ahmad ini sesungguhnya dilatarbelakangi oleh hadits Abu Dawud. Yakni perkataan talaq tsalatsan merupakan tafsiran pribadi dari perawi dan lafadz aslinya dimungkinkan adalah thalaq albattata. Terjemahan bebas ‘albattata’ adalah ‘sama sekali’. Namun dalam kosakata Arab albattata merupakan kata yang ihtimal antara thalaq satu dan thalaq tiga. Pengucapan ‘aku menthalaqmu albattata’ bisa diartikan ‘aku menthalaqmu satu kali’ atau ‘aku menthalaqmu tiga kali’.Di sisi lain Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim berpegangan pada hadits Ahmad ini, lalu memfatwakan thalaq tiga jatuh satu yang akhirnya memicu kontroversi luar biasa di kalangan masyarakat muslim masa itu.
:وعباراتنا
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى بَعْضُ بَنِى أَبِى رَافِعٍ مَوْلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ عِكْرِمَةَ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ طَلَّقَ عَبْدُ يَزِيدَ – أَبُو رُكَانَةَ وَإِخْوَتِهِ – أُمَّ رُكَانَةَ وَنَكَحَ امْرَأَةً مِنْ مُزَيْنَةَ فَجَاءَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَتْ مَا يُغْنِى عَنِّى إِلاَّ كَمَا تُغْنِى هَذِهِ الشَّعْرَةُ. لِشَعْرَةٍ أَخَذَتْهَا مِنْ رَأْسِهَا فَفَرِّقْ بَيْنِى وَبَيْنَهُ فَأَخَذَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حَمِيَّةٌ فَدَعَا بِرُكَانَةَ وَإِخْوَتِهِ ثُمَّ قَالَ لِجُلَسَائِهِ « أَتَرَوْنَ فُلاَنًا يُشْبِهُ مِنْهُ كَذَا وَكَذَا مِنْ عَبْدِ يَزِيدَ وَفُلاَنًا يُشْبِهُ مِنْهُ – كَذَا وَكَذَا ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لِعَبْدِ يَزِيدَ « طَلِّقْهَا ». فَفَعَلَ ثُمَّ قَالَ « رَاجِعِ امْرَأَتَكَ أُمَّ رُكَانَةَ وَإِخْوَتِهِ ». فَقَالَ إِنِّى طَلَّقْتُهَا ثَلاَثًا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « قَدْ عَلِمْتُ رَاجِعْهَا ». وَتَلاَ (يَا أَيُّهَا النَّبِىُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ ). قَالَ أَبُو دَاوُدَ وَحَدِيثُ نَافِعِ بْنِ عُجَيْرٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلِىِّ بْنِ يَزِيدَ بْنِ رُكَانَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رُكَانَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ الْبَتَّةَ فَرَدَّهَا إِلَيْهِ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- أَصَحُّ لأَنَّ وَلَدَ الرَّجُلِ وَأَهْلَهُ أَعْلَمُ بِهِ أَنَّ رُكَانَةَ إِنَّمَا طَلَّقَ امْرَأَتَهُ الْبَتَّةَ فَجَعَلَهَا النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَاحِدَةً. (رواه ابو داود)
وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ – رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : – طَلَّقَ أَبُو رُكَانَةَ أُمَّ رُكَانَةَ . فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ” رَاجِعِ امْرَأَتَكَ ” , فَقَالَ : إِنِّي طَلَّقْتُهَا ثَلَاثًا. قَالَ : ” قَدْ عَلِمْتُ , رَاجِعْهَا – رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَوَفِي لَفْظٍ لِأَحْمَدَ : – طَلَّقَ أَبُو رُكَانَةَ اِمْرَأَتَهُ فِي مَجْلِسٍ وَاحِدٍ ثَلَاثًا , فَحَزِنَ عَلَيْهَا , فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ” فَإِنَّهَا وَاحِدَةٌ – وَفِي سَنَدِهَا اِبْنُ إِسْحَاقَ , وَفِيهِ مَقَالٌ .وَقَدْ رَوَى أَبُو دَاوُدَ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ أَحْسَنَ مِنْهُ : – أَنَّ رُكَانَةَ طَلَّقَ اِمْرَأَتَهُ سُهَيْمَةَ اَلْبَتَّةَ , فَقَالَ : “وَاَللَّهِ مَا أَرَدْتُ بِهَا إِلَّا وَاحِدَةً, فَرَدَّهَا إِلَيْهِ اَلنَّبِيُّ -صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الكتاب : بُلُوغُ اَلْمَرَامِ ص423-422
وأما حديث ركانة بن عبد الله فقد أخرجه الشافعي وابو داود والدارقطني، وقال أبو داود: هذا حديث حسن صحيح. وكذلك اخرجه الترمذي وصححه أيضا ابن حبان والحاكم. وقال الترمذي: لا يعرف الا من هذا الوجه، وسألت محمدا عنه، يعنى البخاري فقال: فيه اضطراب. اهقلت: وقد جاء اسناده ضعيفا ولذلك لم يخرجه البخاري ولا مسلم لان في اسناده الزبير بن سعيد الهاشمي.وقد ضعفه غير واحد.قال ابن كثير: لكن قد رواه ابو داود من وجه آخر وله طرق أخر فهو حسن ان شاء الله. وقال ابن عبد البر في التمهيد: تكلموا في هذا الحديث اه
الكتاب : المجموع شرح المهذب ج17 ص85
قال المنذري قال الخطابي في إسناد هذا الحديث مقال لأن بن جريج إنما رواه عن بعض بني أبي رافع ولم يسمه والمجهول لا تقوم به الحجة. وحكى أيضا أن الإمام أحمد بن حنبل كان يضعف طرق هذا الحديث كلها انتهى.
الكتاب : عون المعبود شرح سنن أبي داود ج6 ص193
أقول ؛ كل ما استدل به الفريق الثاني لا يقوى على رد أدلة الجمهور وعلى إجماع الصحابة ، وكفى بهذا الإجماع حجة وبرهانا وهذا ما ندين الله عز وجل به . ونعتقد أنه الصواب ، لأن مخالفة إجماع الصحابة وإجماع الفقهاء ليس بأمر اليسير -الي أن قال-وأما حديث ركانة فقيل ؛ إنه حديث مضطرب منقطع لا يستند من وجه من يحتج به ، وهو من عكرمة عن ابن عباس وفيه ؛ «أن ركانة طلق امرأته ثلاثا فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم ؛ أرجعها»ـوالثابت أن ركانة طلق امرأته البتة فاستحلفه رسول الله صلى الله عليه وسلم ما أراد به ؟ فحلف ما أراد إلا واحدة فردها إليهفهذا اضطراب في الاسم والفعل ولا يحتج بشيء من مثل هذاوالخلاصة إن رأي الجمهور يبقى أقوى دليلا ، وأمكن حجته ، لا سيما وقد تعزز بإجماع الصحابة والأئمة المجتهدين والله أعلم
الكتاب : روائع البيان ج1 ص263-262
ومن القائلين بالتحريم واللزوم من قال إذا طلق ثلاثا مجموعة وقعت واحدة وهو قول محمد بن إسحاق صاحب المغازي واحتج بما رواه عن داود بن الحصين عن عكرمة عن بن عباس قال طلق ركانة بن عبد يزيد امرأته ثلاثا في مجلس واحد فحزن عليها حزنا شديدا فسأله النبي صلى الله عليه و سلم كيف طلقتها قال ثلاثا في مجلس واحد فقال النبي صلى الله عليه و سلم إنما تلك واحدة فارتجعها أن شئت فارتجعها وأخرجه أحمد وأبو يعلى وصححه من طريق محمد بن إسحاق وهذا الحديث نص في المسألة لا يقبل التأويل الذي في غيره من الروايات الآتي ذكرها وقد أجابوا عنه بأربعة أشياء -الي أن قال-الثالث أن أبا داود رجح أن ركانة إنما طلق امرأته البتة كما أخرجه هو من طريق آل بيت ركانة وهو تعليل قوي لجواز أن يكون بعض رواته حمل البتة على الثلاث فقال طلقها ثلاثا فبهذه النكتة يقف الاستدلال بحديث بن عباس
الكتاب : فتح الباري ج9 ص363-362
وأما ما روى ابن اسحاق عن عكرمة عن ابن عباس رحمهم الله تعالى قال طلق ركانة ابن عبد يزيد زوجته ثلاثا في مجلس واحد فحزن عليها حزنا شديدا فسأله كيف طلقتها قال طلقتها ثلاثا في مجلس واحد قال إنما تملك طلقة واحدة فارتجعها فحديث منكر والأصح ما رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه إن ركانة طلق زوجته البتة فحلفه رسول الله أنه ما أراد إلا واحدة فردها إليه وطلقها الثانية في زمان عمر والثالثة في زمان عثمان رضي الله عنهما قال أبو داود وهذا أصح ا ه
الكتاب : مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح ج10 ص224
Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat.
[Umam Zein]
Sumber Baca Disini
Silahkan baca juga artikel terkait.