PERTANYAAN  :
Assalamualaikum, yang sya  hormati pra ustadz dan ustadzah PISS-KTB truma kepada gru ku yang trcinta Mbah  dan mas Nur Hasyim. Saya ingin brtanya bagaimana hukum nya bayi TABUNG ?  Dan  apakah ibu bayi TABUNG tersebut tu dikatakan ZINA ? ‘Afwan wa Syukron.  [Aldi  Shoma].
JAWABAN  :
Waalaikumsalam wr wb. Hukum  bayi tabung ditafsil sbb :
1.Apabila sperma yang di  tabung dan yang dimasukan ke dalam rahim wanita tersebut ternyata bukan sperma  suami istri, maka hukumnya haram.
2.Dan apabila sperma / mani  yang ditabung tersebut sperma suami istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak  muhtarom, maka hukumnya juga haram.
3.Bila sperma yang ditabung  itu sperma / mani suami istri dan cara mengeluarkannya muhtarom, serta dimasukan  ke dalam rahim istri sendiri maka hukumnya boleh.
Keterangan : Mani muhtarom adalah  yang keluar atau dikeluarkan dengan cara yang diperbolehkan oleh  syara’.
Tentang anak yang  dihasilkan dari sperma, tersebut dapat ilhaq atau tidak kepada pemilik mani  terdapat perbedaan pendapat antara Imam Ibnu Hajar dan Imam Romli. Menurut Imam  Ibnu Hajar tidak bisa ilhaq kepada pemilik mani secara mutlaq (baik muhtarom  atau tidak) sedang menurut Imam Romli anak tersebut dapat ilhaq kepada pemilik  mani dengan syarat keluarnya mani tersebut harus muhtarom.
Dasar  Pengambilan Dalil :
مامن  ذنب بعد الشرك أعظم عند الله من نطفة وضعها رجل فى رحم لايحل له. رواه ابن الدنا عن  الهشيم بن مالك الطائ الجامع الصغير
Tidak ada dosa yang lebih  besar setelah syirik (menyekutukan Allah ) disisi Allah dari pada maninya  seorang laki-laki yang ditaruh pada rahim wanita yang tidak halal baginya. (HR.  Ibnu Abid-dunya dari Hasyim bin Malik al-thoi). [ Al-jami’ul Shoghir hadis no.  8030 ].
من  كان يؤمن بالله واليوم الأخر فلا يسقين ماءه زرع أخيه
Barangsiapa beriman kepada  Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali menyiram air (maninya ) pada lahan  tanaman (rahim) orang lain. [ Hikmatu Tasyri’wal Safatuhu, II: 48 ].
ولو  أتت بولد عُلِمِ أنه ليس منه مع إمْكَانِه مِنْهُ ( لَزِمَهُ نَفْيُهُ ) لِأَنَّ  تَرْكَ النَّفْيِ يَتَضَمَّنُ اسْتِلْحَاقَ مَنْ لَيْسَ مِنْهُ حَرَامٌ.
Apabila seoarang perempuan  datang dengan membawa anak, dan diketahui bahwa anak tersebut bukan dari  suaminya, dan dapat mungkin dari suaminya (namun secara yakin tidak dari  suaminya). Maka wajib meniadakan (menolak mengakui), karena bila tidak  dilaksanakan penolakan, dapat dimasukan nasab dari orang yang tidak haram  (suaminya). [ Al-Qolyubi, IV: 32 ].
(  الحاصل ) المراد بالمنى المحترام حال خروجه فقط على ما اعتمده مر وان كان غير محترم  حال الدخول، كما اذا احتلم الزوج وأخذت الزوجة منيه فى فرجها ظانة أنه من منىّ  اجنبى فإن هذا محترم حال الخروج وغير محترم حال الدخول وتجب العدة به إذا طلقت  الزوجة قبل الوطء على المعتمد خلافا لإبن حجر لأنه يعتبر أن يكون محترما فى الحالين  كماقرره شيخنا.
(Kesimpulan) yang dimaksud  mani muhtarom (mulia) adalah pada waktu keluarnya saja, seperti yang dikuatkan  Imam Romli, meskipun tidak muhtarom pada waktu masuk. Contoh: suami bermimpi  keluar mani, dan istrinya mengambilnya (air mani tersebut) lalu dimasukan ke  farjinya dengan persangkaan, bahwa air mani tersebut milik laki-laki lain (bukan  suaminya) maka hal ini dinamakan mani muhtarom keluarnya, tapi tidak muhtarom  waktu masuknya kefarji, dan dia wajib punya iddah (masa penantian) jika suaminya  menceraikan sebelum disetubui. Menurut yang mu’tamad, berbeda dengan pendatnya  imam ibnu hajar yang mengatakan, kreterianya harus muhtarom keduanya (waktu  masuk dan keluar) seperti ketetapan dari Syaikhuna (Rofi’i Nawawi). [ Bujairimi  Iqna’ IV: 36 ].
لو  إستمنى الرجل منية بيد امرأته او امته جاز لأنها محل استمتاعها
Jika seorang suami sengaja  mengeluarkan air maninya dengan perantara tangan istrinya, atau tangan perempuan  amatnya, maka boleh, karena perempuan tersebut tempat istima’ (senang-senang)  bagi seorang suami. [ Kifayatu Al-akhyar, II: 113 ]. Lihat juga  Tuhfa, VI: 431,  Al-bajuri, II: 172, Al-bughya: 238. Wallohu a’lam. [Mbah  Jenggot].
			
									





