PERTANYAAN :
Assalamu’alaikum, nderek tangklet,apakah orang yang menjadi saksi dalam pernikahan harus faham bahasa arab bila acara ijab qobul memakai bhs arab?? Maturnuwun. [Kang Din Hasan Bani].
JAWABAN :
Sedang menerangkan aturan SHIGHOT dalam akad nikah, diperbolehkan akad nikah dengan menggunakan bahasa ‘ajam (bukan bahasa arab), baik satu bahasa yang sama atau dengan bahasa berbeda. Ketika bahasa pengantar akad dengan dua bahasa berbeda, maka masing-masing disyaratkan memahami maksud dari redaksi bahasa itu. Lihat Fathul mu’in :
(قوله: هذا إن فهم الخ) أي محل صحته بالترجمة إن فهم كل من العاقدين كلام نفسه وكلام الآخر: سواء اتفقت لغتهما أم اختلفت
فإن فهمها ثقة دونهما وأخبرهما بمعناها: فإن كان بعد الاتيان بها لم يصح، أو قبله صح، إن لم يطل الفصل، على الاوجه
Ketika bahasa pengantar berbeda, dan pemahaman terhadap redaksi bahasa itu lewat TSIQOH (penterjemah terpercaya), maka PEMBERIAN pemahamannya itu disyaratkan harus sebelum akad, atau ketika akad berlangsung hanya saja jeda penterjemah antara ijab dan qobul tidak terlalu lama. Bahkan bila memahaminya terjadi setelah akad, maka akadnya dihukumi tidak sah (harus diulang).
(قوله: والشاهدان) معطوف على كل، أي وفهمها الشاهدان أيضا
Kalimat “asy-syaahidaani” bertaut ke kalimat “kullu” yang ada sebelumnya, yang maksudnya termasuk dua saksi pun harus memahami redaksi ijab Kabul.
والمراد بالترجمة ترجمة معناه اللغوي كالضم، فلا ينعقد بألفاظ اشتهرت في بعض الاقطار للانكاح – كما أفتى به شيخنا المحقق الزمزمي
Redaksi akad dengan terjemah harus dengan redaksi yang memberi pengertian “KUMPUL” sebagaimana arti NIKAH dalam bahasa arab adalah KUMPUL (andai dalam suatu bahasa ajam NIKAH biasa diartikan yang lain, diartikan “membeli” misalnya, maka akad dengan bahasa ajam tersebut jangan menggunakan kata NIKAH). Demikian fatwa syaikhunaa almuhaqqiq syaikh Az-zamzami [lihat I’anah].
ولو عقد القاضي النكاح بالصيغة العربية لعجمي لا يعرف معناها الاصلي بل يعرف أنها موضوعة لعقد النكاح صح- كذا أفتى به شيخنا، والشيخ عطية – وقال في شرحي الارشاد والمنهاج: أنه لا يضر لحن العامي – كفتح تاء المتكلم، وإبدال الجيم زايا، أو عكسه.
Bila seorang qodli melakukan akad nikah dengan seorang ‘ajam, qodli dengan bahasa arab dan ‘ajamy dengan bahasanya sendiri, tetapi si ‘ajamy memahami bahwa maksud dari redaksi yang dilontarkan qodli adalah untuk menikahkan, maka akad seperti ini dihukumi sah. Demikian menurut syaikhuna dan syaikh ‘athiyyah. Dalam kitab al-irsyad dan al-minhaj dikatakan: bahwa kesalahan pelafalan bahasa arab oleh orang awamm tidak menjadikan rusaknya akad. [Yupiter Jet ].