PERTANYAAN :
Ada orang bilang : ” Kyai anu ilmunya adalah ilmu ladunniy ?”. Apa itu ilmu ladunniy menurut anda ? Bagaimana cara mendapatkannya ? [Neil Elmuna].
JAWABAN :
الحمد لله الذى غمر صفوة عباده بلطائف التخصيص طولا وامتنانا. والف بين قلوبهم فأصبحوا بنعمته إخوانا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شهادة عبد لم يكن معاندا ولا عصى. واشهد أن محمدا عبده ورسوله الذى صار بالشفاعة العظمى مختصا. فصلوات الله وسلامه عليه صلاة وسلاما دائمين متلازمين الى يوم اللقاء.
Ilmu laduni adalah ilmu yang di berikan langsung oleh Allah kepada hamba-Nya yang shalih, bertakwa dan selalu berusaha membersihkan hatinya dari nafsu dan sifat-sifat tercela. Ilmu tersebut dapat di peroleh dengan tanpa usaha belajar baik dari seorang guru atau berijtihad memahami teks-teks al-Qur’an, Sunnah, atau kitab-kitab ulama. Meski ilmu laduni juga mungkin dapat di peroleh sebab barakah guru atau memahami al-Qur’an, Sunnah maupun kitab-kitab ulama yang shalih. Ilmu laduni juga dapat di sebut ilmu mukasyafah, ilmu wahbi, ilmu ilham dan ilmu ilahi. Dalam Al-Qur’an Surat al-Kahfi ayat 65 disebutkan:
وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
“Dan Kami ajarkan padanya (Nabi Khidhir) ilmu dari sisi kami” . Ayat ini menerangkan Nabi Khidhir meperoleh ilmu laduni dari Allah. Ilmu laduni dalam literatur kitab-kitab salaf tidak hanya di peroleh Nabi Khidhir saja, bahkan selain para Nabi, baik seorang wali atau shufi juga bisa memperolehnya. Dalam keterangan kitab-kitab tafsir di lingkungan Ahlussunnah wal Jama’ah, ilmu laduni tersebut bisa diperoleh oleh seorang hamba yang taat dan hatinya bersih. Dan ketetapan ini sudah sangat masyhur serta banyak para wali atau shufi yang mendapatkannya.
Ibnu Hajar al-Haitami menyampaikan bahwa dalam Risalah al-Qusyairiyyah dan Awarif al-Awarif (as-Suhrawardi) tentang wali yang mendapatkan khabar ghaib sangat banyak . Ibnu Hajar al-Haitami juga menuturkan bahwa mengetahui ilmu ghaib adalah bagian dari karamah. Mereka dapat memperoleh dengan cara di khithab-i (sabda) secara langsung, di bukakannya hijab (kasyf) dan di bukakan kepadanya lauh mahfuzh sehingga dapat mengetahuinya . (Fatawi Haditsiyyah hlm. 222 ). Adapaun dalil dan bukti bahwa ilmu tersebut bisa diperoleh oleh hamba yang taat dan bersih adalah :
Ayat al-Qur’an surat an-Nisa’ :113 tentang Nabi Muhammad yang menerima ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum dan hal ghaib.
وَعَلَّمَكَ مَالَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ
“Dan (Allah) telah mengajari dirimu ilmu yang engkau tidak menegtahuinya”
Ayat al-Qur’an surat Yusuf : 68 tentang Nabi Ya’qub yang menerima ilham dari Allah:
وَإِنَّهُ لَذُوْعِلْمٍ لِمَاعَلَّمْناَهُ
“Sungguh Dia (Ya’qub) adalah orang yang mempunyai ilmu, karena Kami telah mengajarinya” Hadits riwayat Muslim dalam Shahih-nya:
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَدْ كَانَ يَكُونُ فِي الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ مُحَدَّثُونَ فَإِنْ يَكُنْ فِي أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَإِنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ مِنْهُمْ قَالَ ابْنُ وَهْبٍ تَفْسِيرُ مُحَدَّثُونَ مُلْهَمُونَ
“Dari Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau bersabda: ‘Di dalam umat-umat sebelum kalian ada para muhaddatsun, maka jika ada satu dari umatku yang termasuk di dalamnya, maka sesungguhnya ‘Umar bin Khaththab adalah salah satu dari mereka. Ibnu Wahb mengatakan: ‘Tafsir Muhaddatsun adalah orang-orang yang diberi ilham.”
Hadits ini mengantarkan kepada satu pemahaman bahwa ilmu ilham bisa didapatkan oleh selain Nabi Khidhir, seperti Sayyidina ‘Umar dan lain-lain. Hadits Rasulallah riwayat at-Tirmidzi dari Muadz bin Jabal bahwa Rasulallah bersabda: “Aku melihat Allah, azza wa jalla menempelkan telapak-Nya di antara bahuku, kemudian aku merasakan dinginnya jari-jari-Nya di antara putingku dan kemudian tajalli-lahsetiap sesuatu kepadaku dan aku mengetahuinya sehingga aku dapat mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan apa yang terjadi antara tanah timur (masyriq) dan tanah barat (maghrib)” hadits ini di shahih-kan oleh al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan lain-lain.
Hadits Riwayat Ibnul Jauzi dalam Manaqib Umar tentang Sayyidina Umar yang mengatahui tentaranya yang sedang berperang padahal beliau sedang berkhuthbah. Hadits ini hasan sebagaimana di katakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar. Riwayat tentang Sayyidana Abu Bakar yang pernah menebak kandungan istrinya bahwa bayinya laki-laki. Dan itu ternyata benar adanya. Hadits riwayat Abu Nu’iam al-Ashfahani dalam Hilyah al-Auliya’ dari Anas :
مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَرَثَهُ اللهُ تَعَالَى عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Siapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan memberinya ilmu yang dia tidak ketahui.” ( Ash-Shawi dalam Hasyiyah Tafsir al-Jalalain 1/182 menisbatkan ucapan tersebut kepada Imam Malik ) Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang hadits ini dan beliau menjawab, “Sesuai apa yang dikatakan oleh Izzuddin bin Abdissalam bahwa sesungguhnya orang yang mau mengamalkan apa yang dia ketahui baik wajib syar’i, atau sunah atau menjauhi makruh dan haram, maka Allah akan memberinya ilmu ilahi yang sebelumnya dia tidak mengetahuinya”. ( Fatawi Haditsiyyah hlm. 203-204, Darul Fikr. ).
Ucapan Ali al-Kisa’i :
قَالَ الدَّمِيرِيُّ : وَهَذِهِ الْمَسْأَلَةُ الَّتِي سَأَلَ عَنْهَا أَبُو يُوسُفَ الْكِسَائِيُّ لَمَّا ادَّعَى أَنَّ مَنْ تَبَحَّرَ فِي عِلْمٍ اهْتَدَى بِهِ إلَى سَائِرِ الْعُلُومِ ، فَقَالَ لَهُ : أَنْتَ إمَامٌ فِي النَّحْوِ وَالْأَدَبِ فَهَلْ تَهْتَدِي إلَى الْفِقْهِ ؟ فَقَالَ : سَلْ مَا شِئْتَ ، فَقَالَ : لَوْ سَجَدَ سُجُودَ السَّهْوِ ثَلاَثًا هَلْ يَلْزَمُهُ أَنْ يَسْجُدَ ؟ قَالَ : لاَ ؛ لِأَنَّ الْمُصَغَّرَ لاَ يُصَغَّرُ
“Ad-Damiri berkata : ‘Masalah ini adalah masalah yang pernah ditanyakan oleh Abu Yusuf (Hanafiyyah) kepada Ali al-Kisa’i ketika al-Kisa’i pernah mendakwahkan bahwa siapa yang dalam satu ilmu luas layaknya samudera maka dia akan bisa pada ilmu-ilmu yang lain. Abu Yusuf bertanya: ‘Anda adalah imam dalam bidang nahwu dan sastra, apakah Anda bisa fiqh juga? Al-Kisa’i menjawab: ‘Tanyalah yang Anda suka!’ Kemudian Abu Yusuf bertanya: ‘Andai ada orang yang sudah melakukan sujud sahwi tiga kali, apakah dia wajib bersujud untuk kedua kali?’ Al-Kisa’i menjawab: ‘Tidak, karena sesuatu yang sudah diperkecil (tashghir) tidak boleh diperkecil lagi.” ( Disebutkan dalam kitab-kitab Fiqh Syafi’iyyah dalam bab sujud sahwi. )
Ucapan al-Kisa’i tersebut menunjukkan bahwa siapa yang dalam satu disiplin ilmu agama luas bak samudera, maka dia akan mendapat ilmu laduni dengan bisa menguasai ilmu-ilmu yang lain. Kisah yang diceritakan oleh al-Habib Abdullah Alawi al-Haddad tentang seseorang yang semula bodoh kemudian menjadi alim lewat ilmu wahb dan ilmu ilahi (ilmu laduni) di bidang ushuluddin dan cabang-cabangnya. Mereka adalah Sa‘id bin ‘Isa al-Amudi, Ahmad ash-Shayyad, Ali al-Ahdal dan Abul Ghaits. Dengan keterangan-keterangan ini pernyataan dan syubhat-syubhat mereka yang tidak pernah di dukung dalil sudah terbantahkan.
Lebih lengkap tentang dalil-dalil ilmu laduni yang dapat diperoleh selain Nabi Khidhir, lihat Fatawi Haditsiyyah halaman 222 dan Majmu’ Fatawi wa Rasail halaman 202 pembahasan tentang ilham. [www.fb.com/notes/390430753099 ].
Faktor gen atau keturunan apakah menjadi penentu seseorang mendapat anugerah ilmu ladunniy ? Setahu saya enggak, karena dalam kitab Al-Hikam dijelaskan ilmu ladunni itu Murni Hanya karena Anugrah DariNya.
إِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ. أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْأَعْمَالَ أَنْتَ مُهْدِيْهَا إِلَيْهِ. وَأَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ.
Jika Allah membukakan pintu makrifat bagimu, jangan hiraukan mengapa itu terjadi sementara amalmu amat sedikit. Allah membukakannya bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu. Tidaklah engkau mengerti bahwa makrifat itu adalah karunia-Nya kepadamu, padahal hanya amal itu saja persembahanmu kepada-Nya? Maka, betapa besar perbedaan antara persembahanmu kepada Allah dan karunia-Nya kepadamu .. Bisa disebut ilmu ladunniy ini termasuk ilmu muktasabah baathiniyyah.
ILMU LADUNNIY adalah ‘ULUM GHOIBIYYAH dan ILMU LADUNNIY merupakan ‘ULUUM SYAR’IYYAH
( WA’ALLAMAKA MAA LAM TAKUN TA’LAM…) AY ‘ALLAMAKA MAA LAM TAKUN TA’LAMUHU MINASY SYAROO-I’I WAL ‘ULUUMIL GHOIBIYYATI WA KAANA FADHLUHU ‘ALAIKA KABIIROO BIL WACHYI WAR RISAALATI WA SAA-IRIN NI’AMIAL JISMIYYATI. [ SHOFWATUT TAFAASIIR HAL 303, ASHSHOOBUUNIY ].
فالعلم اللدني ، هو ما يحصل للعبد من العلم من غير واسطة ، فإما أن يكون بإلهام من الله تعالى وتعريف منه لعبده ، أو من الشيطان والنفوس الخبيثة وهو على نوعين :
أولاً : علم لدني رحماني إلهي :
فهذا ـ العلم اللدني الرحماني الإلهي ـ حصل للخضر عليه السلام بغير واسطة موسى ، قال سبحانه وتعالى ـ عن الخضر ـ : { آتيناه رحمة من عندنا وعلمناه من لدنا علماً } الكهف 65 .
فقد فرق الله تعالى بين الرحمة وبين العلم .. فالرحمة ” من عندنا ” وأما العلم ” من لدنا ” ، فقوله تعالى ” من لدنا ” أي لم ينل العلم على يد البشر ، وهي أخص بل وأقرب من قوله ” من عندنا ” ، ولهذا قال الله تعالى { وقل رب ادخلني مدخل صدق وأخرجني مخرج صدق واجعل لي من لدنك سلطاناً نصيراً } الإسراء 80 . فالسلطان النصير الذي من لدنه سبحانه أقرب مما عنده ..
والعلم اللدني الرحماني الإلهي ، ينبت في القلوب الطاهرة من كدر الدنيا والإنشغال بها ، وعلائقها التي تعوق الأرواح عن بلاد الأفراح .. فإن هذه الآكدار تحجب وجه مرآة القلب عن الحقائق .. فإذا جليت مرآة القلب بإذهاب الأكدار صفت وظهرت لها الحقائق والمعارف ..
والعلم اللدني الرحماني الإلهي ، ينبت من القلوب الطاهرة الصافية من الأبدان التى زكت بطاعة الله تعالى ، ونبتت على أكل الحلال والبعد عن الحرام ، فمتى خلصت الأبدان من الحرام ، وأدناس البشرية ، وطهرت الأنفس والقلوب من علائق الدنيا .. ظهرت الحقائق والمعارف .. فإن سقى العبد قلبه وبدنه بماء الشريعة النبوية أنبت العلم والحكمة والفائدة المقيدة بنور الشريعة المحمدية . بسبب ثمرة موافقته للشريعة النبوية المحمدية ، والمحبة التي أوجبها التقرب بالنوافل بعد الفرائض …
قال ابن القيم ـ رحمه الله ـ ” والعلم اللدني ، ثمرة العبودية والمتابعة ، والصدق مع الله ، والإخلاص له ، وبذل الجهد في تلقي العلم من مشكاة رسوله . وكمال الإنقياد له . فيفتح له من فهم الكتاب والسنة بأمر يخصه به ، كما قال على بن أبي طالب ـ رضي الله عنه ـ : وقد سئل ” هل خصكم رسول الله صلى الله عليه وسلم بشيء دون الناس ؟ فقال : لا والذي فلق الحبة ، وبرأ النسمة . إلا فهماً يؤتيه الله عبداً في كتابه ” فهذا هو العلم اللدني الحقيقي . ” ا.هـ مدارج السالكين 3 / 382.
قال بعض العلماء: إن الله عز وجل أعطى النبوة والرسالة للخصوص من أهل الصفوة:
﴿إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آَدَمَ وَنُوحاً وَآَلَ إِبْرَاهِيمَ وَآَلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ﴾
[سورة آل عمران الآية:33]
النبوة اختص بها صفوته من خلقه, وهناك بحث طويل جعل النبوة وهبية, لكنها وهبية للمتفوقين من خلقه, والتفوق كسبي.
تماماً كما لو أردنا أن نعين إنساناً يمثل بلداً؛ فطالبناه بدكتوراه في العلوم, دكتوراه في الآداب, دكتوراه في الحقوق, وطالبناه بخمس لغات يتقنها, وطالبناه بفطنة وذكاء, بعد أن اخترناه من بين كل الناس, -وهذا من تفوقه وكسبه-؛ أعطيناه خصائص, أعطيناه حقيبة دبلوماسية, أعطيناه أجهزة, أعطيناه شيكات مفتوحة, القسم الثاني وهبي, لكنه مبني على الكسبي:
﴿إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آَدَمَ وَنُوحاً وَآَلَ إِبْرَاهِيمَ وَآَلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ﴾
[سورة آل عمران الآية:33]
هذه وهبية, لكن بحسب الاصطفاء, والاصطفاء بحسب التفوق, والتفوق بحسب الصدق.
( وعلمناه من لدنا علما) وهذا العلم يعرف بالعلم اللدني, فهو يكون من الله الي العبد من غير واسطة. والدليل على ذلك ان الخضر فعل اشياء لم تكن متوافقة مع ظاهر الشريعة فاعترض عليه سيدنا موسى عليه السلام , فبين له الخضر حقيقة الامر و أخبره بان هذا الامر كان من الله عز وجل بقوله وما فعلته عن أمري . ومعلوم ان الخضر كان فرداً من قوم موسى ولوكان هذا العلم اتاه بواسطة سيدنا موسى عليه السلام لكان موسى أول من علم به ولايمكن أن يعترض عليه في شيئ بعد ذلك . كما ان الخضر قد اشار الي ذلك بقوله انك لن تستطيع معي صبرا , وقد عزره ايضا بقوله وكيف تصبر على مالم تحط به خبرا . فدل ذلك على ان العلم اللدني يأتي من الله بغير واسطة
فحاصل الامر ان الله أفاض عليه من أسراره عن طريق الالهام
وقد يوحي الله للولي بعض العلوم والاسرار والفيوضات الربانية ويخصه بها دون غيره . فلا تظن أن الوحي للنبوة فقط. فهذا فهم خاطئ . فقد يطلق الوحي في غير النبوة.
فالوحي في اللغة معناه الاخبار سراً . وقد قال الله تعالى (وأوحينا الي ام موسى ان ارضعيه) ولم تكن ام موسى نبية ولم تكن هنالك نبوة عند النساء ابداً , فدل ذلك على الالهام منه تعالى , كما قال تعالى (اذ أوحى ربك الي النحل ان اتخذي من الجبال بيوتا ومن الشجر ومن ما يعرشون) ولم تكن هنالك نبوة في النحل
كما اشار الله لذلك المعنى في قوله تعالى (ماكان لبشر أن يكلمه الله الاوحياً أومن وراء حجاب أو يرسل رسولا فيوحي باذنه مايشاء) أو من وراء حجاب : كما كلم سيدنا موسى عليه السلام , أويرسل رسولا : أي ملك والملائكة رسل الله كما قال (الحمد لله فاطر السموات والأرض، جاعل الملائكة رسلا أولي أجنحة مثنى وثلاث ورباع، يزيد في الخلق ما يشاء، إن الله على كل شيء قدير) الا وحيا : فدلت كلمة وحياً التي في أول الاية على الالهام. وورد عن سيدنا سليمان أنه علم منطق الطير , وانه كان يخاطب النمل والي غيرذلك من الجن والريح والدواب , فمن المعلوم انك اذا ارت ان تتعلم كيفية مخاطبة الطير فلن تحصل على ذلك اذا قراءت القران الكريم أو السنة النبوية , ولا حتى كل الكتب السماوية السابقة , لان ذلك من العلم الوهبي وليس من العلم الكسبي , فلابد من ان يهب الله لك ذلك . قال تعالى (يختص برحمته من يشاء والله والله واسع عليم) وقال تعالى (واتقوا الله ويعلمكم الله) اذا كل من اتقى الله حق تقاته كان له كفل من هذه العلوم بقدر تقواه واتباعه للسنة الشريفة , كما قال تعالى (وماهو على الغيب بضنين).
وقد قال سيدنا علي ابن ابي طالب كرم الله وجهه , تعلمت من رسول الله صلى الله عليه وسلم مئة الف مسألة ولقد علمني ربي مئة الف مسألة .
في الخلاصة نقول إن العلم الوهبي او اللدني وهو الالهام ثابت بالكتاب والسنة الشريفة وهو أمر اجمعت عليه الامة ولا ينكر ذلك الاجاهل ومعاند . فلايصح بعد هذا أن تنكر على أحد الاولياء في ماقاله إن كان قد أخبر بأمر جائز ولا يخالف أمر شرعي . ولو لم يكن لديه دليل . فإن لم تصدقه لاتكذبه وسلم له الامر تسلم . إن كان صادقا يصبكم بعض الذي يعدكم وان كان كاذبا فعليه كذبه .
و العلم الوهبي لا يحصل عن سبب بل من لدنه. الفتوحات المكية 1/282
Ilmu wahby atau laduny tidak diperoleh melaluli sebab akan tetapi ilmu wahby atau laduny itu merupakan pemberian Allah kepada orang-orang tertentu. [ al Futuhatul Makkiyah 1/282 ].
{ وعلمناه من لدنا علما } أي علما خاصا بنا لا يعلم إلا بتوفيقنا وهو علم الغيوب. قال العلماء هذا العلم الربني ثمرة الإخلاص والتقوى ويسمى العلم اللدني يورثه الله لمن أخلص العبودية له ، ولا ينال بالكسب والمشقة وإنما هو هبة الرحمن لمن خصه الله بالقرب والولاية والكرامة.
صفوة التفاسير 2/632
Ilmul Ghuyub adalah ilmu tertentu yang tidak dapat diketahui kecuali dengan Taufiq Allah. Ulama mengatakan Ilmu Robbany ini merupakan buah ikhlas dan taqwa dan juga disebut ILMU LADUNNY yang diberikan oleh Allah kepada orang yang ikhlas dalam beribadah. Ilmu ini tidak dapat di peroleh melalui usaha dan kepayahan . Ilmu ini merupakan pemberian Allah kepada orang-orang yang di beri keitimewaan oleh Allah berupa al Qurbu, Kewaliyan dan Kekeramatan. [ Shofwatut Tafasiir 632 ].
Mujawib : Mbah Jenggot, A Nafik Halim