PERTANYAAN :
Bolehkah mengambil bunga yang ada ( di tanamannya atau terserak ) di makam makam umum atau makam ulama atau wali ? syukron jiddan. [Wandi Aljahil Alfaqir].
JAWABAN :
Tidak boleh dan haram mengambil bunga di atas pusara tersebut (Apabila hanya sedikit tidak diperkenankan, namun bila banyak terserak di atas pusara itu syaikh ibn Qosim membolehkan ).
Diharamkan mengambil sesuatu dari keduanya selagi belum mongering karena dapat menghilangkan bagian dan hak janazah yang dianjurkan oleh nabi Muhammad shallalaahu alaihi wasallam. (Keterangan “Diharamkan mengambil sesuatu”) artinya tanaman hijau/bunga-bunga basah diatas pusara. Bila menilik zhahirnya keterangan diatas keharaman mengmbilnya mutlak baik bagi pemilik (penanam/penabur) nya atau bagi orang lain. Dalam kitab ‘an-Nihaayah’ keharaman mengambilnya saat ia belum kering hanya berlaku pada orang yang tidak memiliki (menanam/menabur) nya.
Ibnu Qaasim merinci “Bila tanaman hijau/bunga-bunga basah diatas pusara tersebut sedikit (sejimpit atau dua jimpit) bagi pemilik (penanam/penabur) nya haram mengambilnya karena berhubungan dengan hak nya mayat tapi bila tanaman hijau/bunga-bunga basah diatas pusara tersebut banyak maka boleh ia mengambilnya. (Keterangan ‘karena dapat menghilangkan bagian dan hak mayat) menghilangkan manfaatnya yaitu meringankan siksaan mayat akibat bacaan tasbih tanaman/bunga diatas pusara tersebut. [ Masaji Antoro ].
– I’aanah at-Thoolibiin II/120 :
ويحرم أخذ شيء منهما ما لم ييبسا لما في أخذ الأولى من تفويت حظ الميت المأثور عنه صلى الله عليه وسلم
( قوله ويحرم أخذ شيء منهما ) أي من الجريدة الخضراء ومن نحو الريحان الرطب وظاهره أنه يحرم ذلك مطلقا أي على مالكه وغيره
وفي النهاية ويمتنع على غير مالكه أخذه من على القبر قبل يبسه فقيد ذلك بغير مالكه وفصل ابن قاسم بين أن يكون قليلا كخوصة أو خوصتين فلا يجوز لمالكه أخذه لتعلق حق الميت به وأن يكون كثيرا فيجوز له أخذه…
( وقوله من تفويت حظ الميت ) أي منفعته وهو التخفيف عنه ببركة تسبيحها….