PERTANYAAN :
Bagaimana hukum liur yang keluar dari mulut ketika tidur namun terkena baju yang akan dikenakan dalam shalat ? [Wijnil ‘Ain].
JAWABAN :
Air liur itu Suci selama diyakini tidak berasal dari perut, tapi bila diyakini dari perut hukumnya najis.
أما المنى فطاهر خلافا لمالك وكذا بلغم غير معدة من راس او صدر وماء سائل من فم نائم ولو نتنا أو أصفر مالم يتحقق أنه من معدة الاممن إبتلى به فيعفى عنه وإن كثر
Sedangkan mani hukumnya suci berbeda menurut Imam Malik begitu juga lendir dari kepala atau dada bukan lender yang dari pencernaan, begitu juga air yang mengalir dari bibir orang tidur (iler-java-pen) meskipun bacin atau berwarna kekuning-kuningan selama tidak diyakini keluar dari perut kecuali bagi orang yang mendapatkan cobaan (dengan terus-menerus mengeluarkan liur dari perut) maka juga termasuk najis yang dima’fu (diampuni) meskipun banyak. [ I’aanah at-Thoolibiin I/85 ]. Wallaahu A’lamu Bis Showaab
Kenapa ulama menetapkan air liur dari perut itu najis? Karena dalam perut tempat terjadinya perubahan makanan menjadi bacin dan rusak, sesuatu yang disana hukumnya najis karena sudah menyerupai tinja / kotoran. [ Al-Muhaddzab I/47 ].
وأما القيء فهو نجس لحديث عمار ولأنه طعام استحال في الجوف إلى النتن والفساد فكان نجسا كالغائط
Jika pada permasalahan iler kita bingung untuk menentukan keluarnya dari perut atau bukan, karena saat tidur kita tidak tahu posisi ketika tidur, apakah yang diyakini adalah ketika kita bangun pas posisi bagaimana, apakah posisi ketika bangun tidur ini yang menjadi patokan asal keluarnya iler ?
Ibnu ‘Iimaad memberi batasan tentang ciri-ciri antara air liur yang keluar dari perut dan yang dari “sekitar bibir” ( seputar bagian dalam mulut, penyunting ) :
1.Saat baunya berubah bacin berarti dari perut
2.Bila ditemukan warna kekuning-kuningan juga dari perut
3.Tidurnya terlelap pulas dan dalam rentang waktu panjang. Sedang ciri-ciri air liur yang dari bibir kebalikannya.
4.Sebagian ulama ada yang menyatakan, bila saat ia tidur posisi kepala tinggi (melebihi perut) diatas bantal maka hukumnya seperti ludahnya suci. [Masaji Antoro].
– Hasyiyah I’aanah at-Thoolibiin I/113 :
وقد ذكر ابن العماد ثلاثة أقوال فيما سال من فم النائم وهي: قيل: إنه طاهر مطلقا. وقيل: إنه نجس مطلقا. والثالث: التفصيل بين الخارج من المعدة والخارج من الفم.
وذكر أيضا ثلاثة أقوال في علامة الخارج من المعدة أو الفم، فقال: ومن إذا نام سال الماء من فمه مع التغير نجس في تتمته قال الجويني ما من بطنه نجس وطاهر ما جرى من ماء لهوته ونص كاف متى ما صفرة وجدت فإنه قد جرى من ماء معدته وقيل ما بطنه إن نام لازمه بأن يرى سائلا مع طول نومته والماء من لهوة بالعكس آيته من بله شفة جفت بريقته وبعضهم إن ينم والرأس مرتفع على الوساد فذا طاهر كريقته